3# Donat PDKT

209 25 0
                                    

Sudah menjadi sesuatu yang wajar setiap mengunjungi Ana, Sagara selalu membawa donat karena gadis itu sangat menyukainya. Ana sudah lama berada di rumah sakit, Sagara hanya mau gadis itu sembuh dan bisa melihat sinar bahagia dari wajahnya.

Tangan Sagara menenteng dua plastik donat yang masing-masing disimpan rapi dalam tok kecil. Didalamnya, donat tersebut memiliki isi lima dengan rasa berbeda-beda. Semua donat itu tidak Ana makan karena dia sakit jadi harus lebih mengontrol apa yang dia makan.

"Selamat pagi, Ana." Sagara membuka pintu pelan dan mendapat sambutan hangat dari Ana. Gadis itu tersenyum lebar seolah Sagara adalah mentari yang sangat dia nantikan setiap saat.

Pria itu mendekati nakas kemudian meletakkan barang bawaannya di sana. "Selamat pagi, Bang Iru," jawab Ana dengan senang hati. Iru adalah panggilan sayang Ana untuk Sagara yang dia ambil dari nama belakangnya yaitu 'Biru', Sagara tidak keberatan melainkan dia sangat suka bila ada seseorang yang memanggil namanya dengan nama lain.

"Bang, tumben banget bawa banyak donat? Mau Abang makan ya, donatnya?" celetuk Ana.

"Nggak, mau dikasih ke temen Bang Iru ada yang lagi sakit di rumah sakit ini, nanti sekalian Abang jenguk. Gimana kamu ngerasa baikan atau belum? Kak Dinar kemana?"

Ana terdiam karena keadaannya tidak baik-baik saja, dia bahkan merasa sangat sakit tapi dia tidak ingin membebani Sagara. Pria itu sudah banyak berkorban untuk Ana. "Ana baik-baik aja kok, Bang. Kak Dinar lagi beli sarapan di kantin. Abang udah sarapan belum?"

"Alhamdulillah. Kamu harus kuat ya, Dek. Secepatnya kamu pasti akan sembuh dan kita berdua akan jalan-jalan bareng."

Ana tersenyum tipis mendengar perkataan Sagara yang membuatnya sedikit tenang. "Ayah sama Mama Aryl nggak ke sini, Bang?" tanya Ana dengan penuh kecewa.

"Ayah lagi sibuk banget ngurusin di pelabuhan sama bisnisnya. Kenapa kamu nyariin Aryl? Kamu mulai suka ya, sama dia?" Sagara bertanya usil pada Ana.

"Ana ngerti Ayah sibuk karena cari uang buat pengobatan Ana. Ana cuma mau liat dia aja, Bang. Selama Ana dirawat di sini Mama Aryl dan Ayah nggak pernah jenguk ke sini." Sagara menghembuskan napas, seandainya Ana tau apa yang terjadi di rumah pasti selamanya Ana akan membenci ayahnya.

Sagara memilih diam tak menceritakan hal buruk tentang Aksa pada Ana karena tidak mau gadis itu membenci ayahnya. Dimata Sagara Aksa hanyalah iblis yang tak punya rasa belas kasih sedangkan dimata Ana, Aksa adalah malaikat pelindungnya.

"Wah... sarapannya udah dateng nih, Abang suapin, ya?" Perawat rumah sakit datang membawa makanan bersamaan dengan kedatangan Dinar.

Dengan telaten Sagara menyuapkan nasi dan lauknya pada Ana. Ini adalah rutinitasnya sebelum berangkat bekerja. Sagara harus kembali ke pelabuhan sekitar jam sembilan pagi. Setelah sarapan pagi Ana habis, Sagara berpamitan.

"Abang harus pergi sekarang. Dinar, tolong jagain Ana ya, kalo ada sesuatu kabarin aku langsung. Nanti malam Abang ke sini lagi buat gantiin Kak Dinar."

"Iya, siap!" seru Dinar.

"Iya hati-hati di jalan. Semangat kerjanya jangan cemberut harus senyum!" perintah Ana.

Sagara mengetuk pintu kamar Zara. Wanita itu sedang berkemas sendirian. "Tante Luna mana, Zar?" sahut Sagara membuat Zara terlonjak kaget karena tiba-tiba saja dia berada di sana.

"Mama? Lagi di ruang administrasi. Ngapain ke sini lagi?"

"Kamu mau pulang?" Sagara tidak merespon pertanyaan Zara. Dia langsung memberikan pertanyaan pada wanita itu.

"Iya." Zara melanjutkan kembali aktivitasnya mengemas barang-barangnya. Sesekali Sagara membantu.

Mereka telah selesai berkemas, tinggal menunggu kedatangan Luna. Sagara juga belum memberikan donat yang dia bawa khusus untuk Zara karena dia masih ragu, takut bila Zara tidak menerimanya lagi sama seperti bunga yang waktu itu Sagara berikan.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang