36# Saudara Tiri

95 14 0
                                    

Setelah Zara mengusirnya, Sagara kembali ke apartemen membawa kembali donat yang seharusnya ia berikan untuk Zara. Kehadiran Sagara di apartemen menjadi pusat perhatian, pasalnya Aksa tengah asik mengobrol dengan Sabella.

Aneka ragam masakan terhidangkan di meja makan, pastinya Sabella yang melakukan itu semua tidak mungkin Aryl, wanita itu masih aman bersama Dinar dan suaminya. Sagara akan mengunjunginya secepat mungkin sebelum Aksa menyadari jika pelaku yang membantu Aryl kabur dari apartemen adalah dirinya.

"Sagara? Aku udah masak banyak makanan, kamu pasti capek kan baru pulang dari pelabuhan. Aku siapkan buat kamu, ya." Sabella meminta Sagara untuk bergabung bersama mereka. Di sisi Aksa juga ada Daniel yang ikut bergabung memakan masakan Sabella.

Sagara tak mengucapkan sepatah katapun selain menaruh donat diatas meja makan, dia memikirkan apa Sabella mangadu soal dirinya meninggalkan dia di restoran kepada Aksa? Tapi jika dilihat-lihat dari raut wajah Aksa tidak ada tanda pria itu akan marah malah sebaliknya.

"Persiapan pernikahan kalian sampai mana? Bukannya sebentar lagi?" Aksa membuka topik perbincangan yang sangat sensitif bagi Sagara. Apalagi dia baru berbincang dengan Sabella untuk tidak melanjutkan pernikahan ini.

Beruntungnya Sabella mau menyelamatkan Sagara dengan jawabannya. "Hampir selesai, Om. Siang tadi kita juga cari gaun pengantin iya kan, Sagara?" Sabella melirik Sagara dan menaikkan satu alisnya agar pria itu menyetujui jawabannya.

"Eumm.. i—ya, Yah."

"Dokter itu nggak ada apa-apa nya kan dibanding Sabella ini. Dia sederhana, cantik, baik dan tentunya selalu percaya sama kamu. Ayah nggak mau kamu sakitin Bella." Sagara ingin mengelak ucapan Aksa tapi ia harus menahan rasa tidak sukanya, ia memilih untuk berada di posisi aman dengan menganggukkan kepala menyetujui.

Sabella yang mulai sadar jika Sagara tidak menyukai topik perbincangan kali ini memilih untuk mengganti topik sembari menyantap makanannya. "Ngomong-ngomong tante Aryl di mana, Om? Lama Bella nggak liat," celetuk Sabella membuat Sagara menelan makanannya dengan susah payah. Dia tidak mau Aksa curiga kepergian Aryl berhubungan dengannya.

Aksa mengambil segelas air putih lalu meneguknya sampai habis karena aktivitas makannya telah selesai. "Biasa, dia seumuran sama Sagara pastinya ingin menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Dia ada di luar kota, biasanya dia hanya butuh waktu tiga hari buat pergi dan akan kembali pulang. Sepertinya kali ini dia membutuhkan waktu lebih lama. Kamu tahu Sagara di mana Ibu sambung kamu berada?"

Sagara yang awalnya hanya menyimak kini ikutan terseret, berharap Aksa tidak menyindirnya jika dia tahu dimana Aryl berada saat ini. "Aryl? Mana aku tahu," jawab Sagara berpura-pura. Setidaknya pria itu bisa berakting sedikit, meskipun tampak gugup tapi tak begitu menonjol.

"Mau sampai kapan kalian musuhan? Bukannya mudah menerima kenyataan? Dulu dia memang cinta pertama kamu tapi sekarang dia sudah menjadi ibu kamu. Bel, kayaknya ini bakal jadi tugas kamu satuin Sagara sama Aryl setelah kamu jadi istrinya." Sagara tak bisa menebak apa yang ada dipikiran ayahnya.

Ia berkata sejujurnya atau hanya ingin memancing emosi Sagara?

"Kita nggak bisa maksa Sagara buat terima tante Aryl secepatnya, Bella yakin kalo mereka sering ngobrol, ketemu, pasti lama-lama bakal baikan. Aku nggak akan maksa Sagara buat hal itu. Biarkan mengalir seperti air karena itu memang sulit. Aku juga pernah ngerasain," balas Sabella dengan bijak.

"Ada benarnya juga kamu, Bel. Baiklah Ayah nggak akan maksa kamu baikan sama Aryl tetapi kamu harus hargai dia karena sekarang dia istri Ayah." Aksa kian memandang Sagara dengan tatapan teduh. Karena suasana perbincangan mereka sangat hangat dan tidak ada tanda-tanda akan ada konflik, Sagara memutuskan mengutarakan permintaannya pada Aksa yang sejak tadi mengganggu pikiran.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang