16# Kebenaran Tentang Aryl

131 21 0
                                    

*Hi, Blooms! Aku lumayan kecewa dengan wattpad kali ini karena dua ceritaku bener-bener partnya ke acak, sudah aku benerin tetap aja ke acak lagi, gatau masalahnya dimana huuuu... Jadi misal kalian baca harus perhatikan baik-baik ya judul babnya ^^

****

Langit kali ini sangat cerah dengan warna khas biru mudanya, ditambah gumpalan-gumpalan awan yang menambah keindahan langit. Lihat, ciptaan Tuhan begitu indah tapi kenapa sampai saat ini engkau masih ragu akan keindahan diri kamu sendiri.

Bertemu dengan wanita sebaik Zara adalah keberuntungan sepanjang hidup bagi Sagara, dia seperti awan yang selalu melengkapi langit, dia seperti bulan yang melengkapi malam, dia seperti ombak yang melengkapi lautan. Sagara yakin memperjuangkan Zara bukanlah kesalahan.

Selama wanita itu tidak memerintahkannya untuk pergi, Sagara tidak akan pernah pergi. Sampai detik ini Aksa bahkan terus memaksa Sagara untuk mengikuti perintahnya. Jawaban Sagara sekali lagi tetap sama dan tidak akan pernah berubah.

"Jawaban Sagara tetap sama, Zara."

"Oke, terserah kamu kali ini. Kalo kamu sampai sakit hati karenanya jangan pernah salahkan Ayah!"

Ketegasan Sagara berhasil membuat Aksa kali ini tunduk. Aksa tidak lagi memaksa Sagara untuk menikah dengan wanita pilihannya namun Sagara masih sangat yakin jika Aksa tidak hanya akan berhenti di sini, Aksa pasti akan melakukan apapun yang pada akhirnya membuat Sagara setuju. Sebelum itu, Sagara berjanji akan menaklukkan hati Zara terlebih dahulu dan meyakinkannya.

Setiap kalah berdebat, Aksa pasti akan pergi begitu saja seperti saat ini meninggalkan Sagara di ruangan serba putih, pagi ini Sagara sudah berkemas dan akan kembali ke pelabuhan karena ada panggilan pekerjaan. Karena itulah semalam Sagara berniat mentraktir makan Zara.

Daniel membantu Sagara mengemasi sedikit barang-barangnya. "Nggak usah Paman, biar aku aja. Setelah keluar rumah sakit aku ada urusan diluar, bilang sama Ayah aku nggak pulang ke rumah karena ada panggilan dari pelabuhan," celetuk Sagara mengambil barang-barang yang berada di tangan Daniel.

"Tt-api Tuan baru keluar rumah sakit, Tuan besar pasti nggak akan ngizinin."

"Gampang kalo soal itu, bilang aja apa yang aku katakan. Tenang, dia nggak akan berani ngelakuin apapun kan sama Paman, kunci mobilnya jangan lupa ditinggal," kata Sagara begitu enteng.

Perkataan Sagara memang sulit untuk Daniel tolak karena Daniel sendiri punya anak laki-laki seperti Sagara, rasanya tidak setuju jika harus mendidik anak seperti yang dilakukan Aksa. Daniel bahkan kadang kali kagum dengan sifat Sagara yang tidak pernah sekalipun berpikir untuk kabur dari tempatnya padahal dia sudah berkali-kali mendapat perlakuan buruk dari orang tuanya sendiri.

"Baik, hati-hati di jalan."

Senyum Sagara terangkat begitu lebar sembari memasang kemeja hitamnya lalu menata rambutnya yang sedikit berantakan. "Wajah tampan ini tidak pernah membuatku bosan," gumam Sagara menatap dirinya dipantulan cermin. Pahatan Tuhan kali ini nyaris sempurna.

Hal pertama yang Sagara lakukan begitu menginjak kakinya keluar ruangan adalah mencari tahu dimana keberadaan dokter cantik yang selalu menjadi prioritasnya. "Pagi, dokter Zara!" sapa Sagara begitu keras membuat beberapa rekan kerja Zara yang sedang mengobrol terpaku.

'Bukannya pria itu di penjara? Zara kenal?' kira-kira begitulah bisikan para rekan kerja Zara yang hobinya membicarakan orang diam-diam.

Zara menutup wajahnya dengan rekap medis pasien yang berada ditangannya, pria itu sering sekali membuat seisi rumah sakit heboh terutama saat pria itu mengenakan topi warna putihnya. Wanita-wanita yang tidak termakan gosip terus memuji ketampanan Sagara, mereka yakin bahwa Sagara bukanlah penyebab kecelakaan kala itu.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang