41# Air Mata Dendam | END

197 20 0
                                    

Sagara mendadak mengerem mobilnya, tangannya dengan sigap menahan tubuh Zara yang hampir saja mengenai depan mobil. Satu mobil dengan Sagara adalah mimpi buruk! Selama perjalanan Zara merasa nyawanya akan diambil. Sagara juga tak menghiraukan bentakan ataupun teriakan Zara, Sagara hanya terus menginjak gas mobilnya.

Mereka sampai di sebuah pelabuhan, Zara ingin sekali mengumpat pada pria yang ada di sampingnya namun segera di urungkan setelah menyadari bahwa pelabuhan inilah yang membuat Zara dan Malik mengalami kecelakaan kapal. Tepat disinilah pertemuan Zara dan Malik untuk terakhir kalinya. Disini juga, Sagara menyelamatkan nyawa Zara dari maut.

Beberapa orang di depan mobil Sagara mengenakan baju hitam sedang bersembunyi, seperti akan terjadi sesuatu yang mengerikan di sini. "Ada apa, Sagara?" Zara menoleh ke belakang, tidak ada siapapun di sana bahkan mobil milik Daniel. Padahal selama perjalanan Zara sangat yakin Daniel mengikutinya bersama Sabella.

"Sutss! Jangan berisik kalau kamu mau selamat." Sagara meletakkan telunjuknya di depan bibir, memberikan kode untuk Zara tetap diam. Mulut Zara memang tidak berbicara tapi tatapan wanita itu sangat kentara seolah bertanya 'kenapa?'.

Sagara bisa melihat dari jauh Rayan bersama beberapa timnya sedang beraksi untuk menangkap Aksa. Setelah sekian lama tidak melihat Aksa, akhirnya Sagara bisa melihat pria kejam itu. Meskipun umurnya semakin bertambah tapi dia tak sedikitpun merasa bersalah atas apa yang telah diperbuatnya. Sagara merasa kesal dan sedih diwaktu bersamaan.

"Menjauhlah dari situ, Sagara. Kalau Aksa tahu kedatanganmu dia akan makin menggila, strategi aku dan tim bakal berantakan."

Sagara berdecak kesal setelah menerima telepon dari Rayan tapi sengaja tidak ia keraskan suaranya karena tidak ingin Zara mendengarnya. Beberapa meter Sagara memundurkan mobilnya, ingin sekali Sagara keluar dari sana tapi Zara lebih penting. Jika terjadi sesuatu dengan dia Sagara tidak akan pernah memaafkan dirinya.

"Kamu kenapa ngeyel harus ikut aku sih?" tegur Sagara.

"Kamu nggak bilang mau ngapain sih. Kenapa Sabella nggak ada di belakang kita? Dia dimana?"

"Dia ada ditempat yang aman."

Zara memang wanita yang sangat peka dengan lingkungan sekitar, mungkin karena profesinya dokter jadi dia lebih peka. Daniel memang pria yang cerdas, dia membawa mobilnya bersembunyi jauh dari pelabuhan karena tidak ingin terjadi sesuatu dengan Sabella. Sayang sekali Zara ada di mobil Sagara, jika wanita itu tidak ada, sejak pertama kali menghentikan mobilnya di pelabuhan Sagara pasti akan berlari menangkap ayahnya tanpa perlu strategi.

Untuk melakukan tindakan kali ini Sagara harus berpikir panjang, jangan sampai melukai Zara untuk kesekian kalinya.

"Kamu masih marah, kan sama aku soal itu?" Sagara sedang membaca strategi yang baru saja dikirim Rayan lewat pesan pribadi tiba-tiba saja Zara menyaut dan menghilangkan konsentrasinya.

"Bukan waktunya bahas itu, kamu cukup diem aja di sini!" tekan Sagara.

Zara sedikit tersinggung karena ucapan Sagara yang terdengar sangat memaksa. Sagara juga tidak menjelaskan mengapa dia tidak boleh bicara ataupun keluar dari mobil. Apa yang sebenarnya terjadi? Pria itu sangat tidak jujur.

Terdengar suara tembakan melayang di udara dengan begitu keras membuat Zara yang sedang memainkan ponselnya terlonjak kaget. Dia bahkan sampai berpegang pada bahu Sagara secara refleks. Melihat Zara yang ketakutan, Sagara tidak yakin wanita itu bisa bertahan di sini.

"Saga—ra, suara apa barusan?" Zara merasa kesusahan menelan ludahnya setelah mendengar suara tembakan itu. Dua kali Zara mendengarnya, berarti tempat ini sangat tidak aman. Lantas apa yang Sagara lakukan di sini bersama orang-orang berpakaian serba hitam yang bersembunyi di balik beberapa gudang pelabuhan?

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang