26# Pertemuan Dua Keluarga

73 17 2
                                    

Fakta yang tidak pernah Sagara duga sangat menohok hatinya. Meskipun dia sangat membenci sosok Aksa karena kekejamannya tak pernah sekalipun Sagara berpikir bahwa dia dalang dibalik insiden kapal itu. Aksa juga tak segan membawa Sagara masuk ke dalam masalahnya dan dijadikan kambing hitam.

Rasanya sulit sekali menerima kebenaran yang tidak sesuai dengan kemauan. Sagara tidak begitu takut jika orang lain menjadikannya seolah pelaku sebenarnya karena dia pasti akan berjuang untuk menemukan kebenarannya. Namun, kondisi saat ini sangat berbeda, orang yang menjerumuskan Sagara bukanlah orang lain melainkan ayahnya sendiri. Apa yang bisa Sagara lakukan?

Tubuh Sagara hanya bisa mematung menatap kapal yang sebentar lagi akan dia bawa untuk kembali ke Bandung. Tatapannya begitu kosong menatap lautan yang lepas, seluruh badannya terasa kaku untuk digerakkan. Sagara masih belum sanggup untuk bertemu dengan Aksa terutama menatap manik matanya yang menyeramkan itu.

Bagaimana dia akan menjelaskan semuanya pada Zara? Bagaimana jika wanita itu tidak percaya bukanlah Sagara pelakunya. Apakah wanita itu akan tetap berada di samping Sagara atau justru melambaikan tangan dan pergi begitu saja? Usahanya selama ini akan berakhir sia-sia dan inilah yang dimaksud Aryl, Sagara akan menjadi luka terbesar Zara.

"Kapten Sagara, kapal sudah siap dan kita akan segera kembali ke Bandung." Sagara mengangguk pelan lalu membuang napas secara kasar sebelum menaiki kapal. Siap tidak siap Sagara harus siap, karena inilah takdir yang telah Tuhan tetapkan untuknya.

Bunyi kapal terdengar begitu keras, menandakan bahwa kapal telah tiba di pelabuhan. Sagara tersenyum kecut melihat Aksa dan beberapa bodyguard-nya sudah berdiri untuk menyambutnya dengan sebuah pukulan karena pergi tanpa seizinnya.

"Berani-beraninya kamu pergi tanpa izin dari Ayah!" tegasnya.

Sagara menunduk dalam tak berani menatap manik mata Aksa, pikirannya masih kalut terbayang dengan ucapan Raka yang mengatakan bahwa Aksa adalah seorang pembunuh dengan menjadikan anaknya sendiri sebagai kambing hitam. Sangat kejam apa yang telah dilakukan Aksa kepada Sagara. Sagara juga menyalahkan dirinya karena tidak bisa membuat Aksa sadar.

"Kamu tidak menjawabnya Sagara?" ulang Aksa.

"Maaf, Sagara salah." Sangat mudah bagi Sagara untuk mengucapkan kata maaf tapi tidak dengan Aksa yang sulit untuk mengakui bahwa dirinya bersalah.

Kali ini Aksa membiarkan Sagara, dia juga melihat perubahan sikap Sagara yang tampak lemah dan tidak ingin berdebat. Aksa tidak jadi melayangkan pukulan padanya melainkan memilih untuk pergi begitu saja, namun beberapa detik kemudian Sagara memanggilnya.

"Ayah nggak lupa dengan janjinya, kan?"

Aksa berhenti melangkah kemudian menoleh sebentar ke arah Sagara. "Nanti malam di restoran bubble dream jam delapan malam." Jawaban tersebut membuat Sagara tersenyum kecil dan mengangguk pelan.

Untuk saat ini Sagara menyampingkan masalahnya lebih dahulu, dia memilih untuk menemui Zara dan mengatakan kabar gembira ini. Sagara sangat menanti ekspresi bahagia yang nantinya akan Zara tunjukkan padanya. Sagara berencana untuk memberitahu Zara tentang insiden itu secara bertahap, hanya itu satu-satunya solusi yang Sagara punya saat ini.

Masih dengan seragam nakhodanya, Sagara tiba di rumah sakit tempat Zara bekerja. Sagara tentu hafal dimana letak ruangan Zara sayangnya wanita itu tidak ada di sana dan kemungkinan sedang berada di ruangan pasien.

"Sagara?"

Aley memperhatikan Sagara dari ujung kepala sampai ujung kaki karena penampilan pria itu tampak begitu mempesona, Sagara juga sejak tadi tidak sadar sudah menjadi pusat perhatian banyak orang melewati lobi dan koridor rumah sakit.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang