18# Jealous

98 19 0
                                    

Perbuatan Sagara hari itu membuatnya tidak bisa keluar dari apartemen selama satu minggu, Aksa sebetulnya ingin menghukum Sagara tidak bisa keluar apartemen selama sebulan hanya saja Aryl-ibu tiri Sagara berusaha membujuk Aksa agar memaafkan kesalahan Sagara. Meski karena bantuan Aryl dirinya bisa bebas tetap saja Sagara tidak ingin berterima kasih.

Suasana kota Bandung yang sangat panas diluar membuat Sagara enggan melangkahkan kakinya keluar apartemen namun dia harus tetap keluar untuk menggali informasi tentang Raka yang sangat mencurigakan.

"Sesuai kesepakatan, pertunangan kalian akan dilaksanakan malam ini," celetuk Aksa di meja makan. Sagara yang sedang memakai jaketnya di depan pintu sangat terkejut dengan ucapan Aksa, Sagara yakin dia tidak salah dengar.

Sagara mengikis jarak diantara dirinya dengan Aksa lalu memasang raut wajah tidak suka. "Maksud Ayah apa? Malam ini? Jangan mimpi, Sagara nggak akan pulang. Udah cukup Ayah ikut campur dengan kehidupan Sagara, kalo Ayah mau ikut campur sebaiknya Ayah adopsi anak lagi jadi nggak perlu kita berdebat setiap hari!" kata Sagara masih berusaha menjaga nada bicaranya supaya tetap tenang.

Aksa meletakkan alat makannya kemudian berdiri tepat di depan Sagara. "Siapkan semua barang Sagara dan bawa dia ke Jepang malam ini juga," ucap Aksa kepada Daniel yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.

"Yah... Kenapa selalu kayak gini?" Sagara tidak tahu lagi harus berontak bagaimana, Aksa memang berniat untuk memisahkan dirinya dengan Zara padahal tidak ada alasan kuat untuk mereka tidak bersama. Seperti ada hal besar yang Aksa sembunyikan tapi Sagara tidak tahu itu apa.

Luar negeri selalu menjadi pilihan terakhir Aksa, karena Aksa tahu betul apa kelemahan Sagara, dia tidak bisa pergi jauh dari tempat dimana Ana dan Athaya dimakamkan.

"Terserah, ancam aku terus juga nggak papa, bukannya udah biasa? Baiknya emang aku tinggal di luar negeri, tapi jangan harap Ayah bisa ketemu lagi sama aku." Keputusan Sagara sudah bulat, pria itu membuat pilihan yang berdampak besar bagi hidupnya. Dia memilih untuk tinggal di luar negeri yang kemungkinan tipis untuk dirinya kembali ke Indonesia.

Aksa terdiam mendengar keputusan Sagara, karena ini pertama kalinya Sagara memilih pilihan itu. Sebelum-sebelumnya dia tidak pernah berani mengambil pilihan itu karena risiko kembali ke Indonesia sangat kecil. Aksa memang selalu berniat membuat Sagara tinggal di luar negeri agar semua kesalahannya di masa lalu tidak pernah Sagara ketahui.

"Astaga Sagara! Apa yang barusan kamu katakan? Kamu mau tinggal di Jepang? Terus Zara gimana?" ucap Sagara pada dirinya sendiri tepat ketika memasuki lift.

Daniel berusaha mengejar Sagara dan terus memanggil namanya hingga kemudian Sagara menoleh dan memberikan Daniel kesempatan untuk berbicara.

"Tuan Sagara yakin mau melakukan hal besar ini?" tanya Daniel dengan gugup. "Iya, aku yakin. Jangan khawatir, ikutin aja perintah Ayah. Aku mau keluar sebentar, dimana kunci mobilnya?"

Sagara berusaha tetap tegar untuk keputusan yang sudah dia tetapkan untuk pergi ke Jepang entah kapan dirinya akan menginjakkan kaki di Indonesia lagi. Daniel gagal untuk membujuk Sagara kali ini, pria itu sudah menentukan pilihannya sendiri.

"Tuan Sagara yakin? Lantas dokter Zara bagaimana?" celetuk Daniel seraya menyerahkan kunci mobil.

"Zara akan baik-baik aja di sini, dia dikelilingi sama orang-orang baik dan aku juga yakin dia bakal ketemu sama pria yang dia mau, Zara nggak pernah suka sama aku, dia cuma nganggep aku sahabatnya, kalo pun aku pergi dia juga nggak akan terlalu sedih. Selama aku di Jepang nanti, Paman Daniel jangan lupa kirim kabar dia ke aku, ya."

Sagara menaikkan satu alisnya, memberi kode bahwa dirinya akan baik-baik saja di sana meskipun sendirian. Langkah kaki Sagara makin berat tapi dia berusaha untuk tetap tersenyum sepanjang jalan menuju tempat pemarkiran mobil.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang