40# Pria Misterius

107 16 0
                                    

Dua hari sudah berlalu, polisi masih belum bisa mencari keberadaan Aksa. Sagara juga masih belum mendapatkan informasi Aksa lebih lanjut. Dia seperti lenyap bak ditelan bumi dalam waktu singkat. Sagara tidak ingin melihat Aksa bunuh diri karena tindakan itu tidak bisa membayar rasa sakit orang yang sudah Aksa lukai, Sagara ingin Aksa berubah menjadi orang baik setelah menyadari kesalahannya.

Sagara hanya bisa berdiam di rumah sakit layaknya menyewa apartemen padahal sakitnya sudah sembuh. Apa yang Sagara lakukan memang salah, tapi rumah sakit ini kebetulan memiliki banyak ruang VIP yang tidak berpenghuni, jika ada pasien darurat Sagara bisa keluar dari sana dan memutuskan menghadapi para wartawan dengan segala pertanyaannya karena sampai kapanpun Sagara tidak bisa menghindar.

Memang betul hari-hari lalu Daniel tidak mengizinkan Zara masuk ruangan Sagara tapi hari ini lolos begitu saja karena Daniel sedang mengurus pekerjaan di pelabuhan. Sagara merasa sangat canggung dengan kehadiran wanita itu.

"Kamu perlu sesuatu? Mau aku kupasin apel?" sahut Zara meletakkan sebuket bunga yang tampak sangat segar di nakas. Sagara mampu menghirup bau harumnya.

"Aku masih bisa gerakin tanganku," balas Sagara dingin. Zara masih berusaha memulai pembicaraan dengan Sagara meskipun pria itu hanya menjawabnya saja dan tidak balik bertanya.

"Kamu masih mau di sini? Aku anak dari pembunuh papa kamu, Zar. Didalam tubuhku mengalir darah seorang pembunuh," ujar Sagara.

Zara menghentikan aktivitasnya mengupas apel. Lalu menatap mata Sagara yang sibuk berkutat dengan laptopnya. Sagara berusaha mengalihkan tatapannya dengan mengetik sesuatu di laptop. Dia mengirimi Aryl pesan supaya mengangkat panggilan videonya.

"Maaf... Aku nggak percaya sama ucapan kamu waktu itu. Yang lakuin kesalahan ayah kamu bukan kamu. Nggak pantes kamu bilang gitu," balas Zara.

Sagara tak menghiraukan jawaban dari Zara, melainkan fokus menyapa orang yang berada di layar laptopnya. Dengan begitu gembira Sagara menerima panggilan dari seberang.

"Hai, Aryl. Where are you?"

Dari seberang tampak wanita itu menjawab senang dan sedikit suara berisik dari sana. Zara tidak tahu apa yang terjadi antara Sagara dan Aryl mengapa mereka tampak sangat dekat dan sudah berbaikan? Padahal terakhir kali bertemu Zara tahu mereka masih tidak saling bicara, apalagi Sagara yang sangat membencinya.

"Hi, babe... aku lagi jalan-jalan sama temen buleku, cantikkan dia," balasnya menunjuk wajah temannya.

"Cantik."

"Masih di rumah sakit? Sama siapa? Sendirian?"

Sagara melirik Zara sebentar yang sedang membuka ponselnya. Setidaknya wanita itu diam tidak banyak bicara. "Iya, sendirian." Zara hanya menyimak obrolan mereka dalam diam. Rasanya memang menyakitkan apalagi dianggap tidak ada oleh Sagara. Padahal pria itu biasanya sering gombal dan menggoda Zara.

"Calon istrimu si Sabella kemana?"

"Nggak ada." Sagara malas jika Aryl terus membahas Sabella sedangkan di sini sebenarnya ada Zara. Jangan sampai Aryl menanyakan soal kapan pernikahan mereka yang sempat tertunda karena masalah ini. Karena pernikahan itu tidak akan pernah terjadi.

"Dingin banget balasnya! Awas kalo kamu jatuh cinta sama dia, ngomong-ngomong dia cantik juga hahahahaha. Lalu, gimana sama ibu tiri kamu? Ada jengukin kamu nggak?"

Ibu tiri? Mendengar kata itu Zara menjadi sangat tertarik, seperti apa wujud ibu dan saudara tiri Sagara. Apakah pria itu sedikit mirip dengan Sagara? Atau dominan gen ibunya?

"Diem kamu! Jangan ngobrolin mereka," gerutu Sagara.

Hatchim! Zara tak sengaja bersin karena debu yang masuk hidungnya tanpa permisi, suaranya sampai terdengar Aryl. Mereka lantas sama-sama diam, Aryl menyadari jika di tempat Sagara ada orang lain.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang