11# Asisten Sagara

140 24 2
                                    

Jangan khawatir, kita bisa bertemu lagi karena takdir.

-Sagara Biru-

*****

Setelah melihat Sagara tanpa sengaja dibawa para polisi, Zara tidak menemukan batang hidung pria itu lagi. Jejaknya di rumah sakit benar-benar sudah lenyap tak tersisa sedikitpun, entah dirinya ditahan di penjara atau sudah pulang. Pernah sekali Zara sengaja melewati ruangan yang ditempati Sagara namun tidak ada siapapun di sana. Sebetulnya Zara ingin bertanya kepada beberapa dokter yang bertanggung jawab atas pasien Sagara. Tetapi kembali lagi, Zara tidak ingin rekan kerjanya tahu tentang kedekatan dirinya dan Sagara sebelumnya.

Bisa-bisa mereka melontarkan banyak pertanyaan terkait Sagara hingga membuat Zara tak bisa bernapas dengan tenang. Rekan kerja Zara memang terkenal begitu aktif ketika membahas pasien yang tampan sekaligus kaya. Seperti Sagara yang dua hari terakhir menjadi trending topik di grup. Banyak hal yang mereka bahas, tapi tidak sekalipun Zara merespon melainkan hanya menyimak.

Topik tentang Sagara mulai meredup hari ini mungkin karena rumornya pria itu dinyatakan bersalah. Zara tidak habis pikir dengan Sagara yang berani membawa mobil dengan kecepatan tinggi seperti itu, bagaimanapun dia harus menerima konsekuensinya melalui hukum, tidak ada yang perlu dibenarkan dari tindakannya meskipun dirinya tampan dan kaya.

Ruangan bercat putih dengan banyak alat-alat pemeriksaan tertata begitu rapi sudah menjadi rumah kedua bagi Zara yang terasa sangat membosankan, meski begitu Zara tak pernah membenci pekerjaannya yang harus siap dipanggil kapanpun. Bahkan saat dirinya sedang bersantai di rumah, karena posisi Zara di rumah sakit ini sangat penting.

Pertama kali memasuki ruangan bernuansa putih itu mata Zara menangkap sesuatu di atas meja kerjanya. Zara kemudian berjalan mundur satu langkah dari pintu untuk melihat siapa yang pagi-pagi sekali iseng memberikan tas belanja yang entah isinya apa. Tidak ada tanda-tanda seseorang di sana, Zara memutuskan untuk membukanya saja.

"Isinya apa, ya? Kalo sesuatu yang berbahaya gimana? Aley nggak pernah ngasih tas belanja mirip kado kayak gini, hari kelahiranku juga masih jauh," pikir Zara. Entah darimana pikiran negatifnya itu muncul.

Perlahan jemarinya membuka pelan tas belanja yang dibungkus rapi, rupanya di dalamnya ada kotak yang ternyata berisi donat.

"Donat? Aley nggak mungkin ngasih donat apalagi pagi-pagi kayak gini, dia tahu aku udah lama nggak makan donat lagi."

"Sagara?" Nama itu refleks terucap dari bibirnya, hanya pria itu yang selalu datang membawakan donat. Tapi itu tidak mungkin sekali, karena dua hari ini Zara sungguh tidak pernah melihat Sagara di rumah sakit ini. Bukankah dia sedang ditahan di penjara, lantas siapa yang mengirimkan donat ini?

Zara tampak cemas, takut jika donat yang berada di atas mejanya berbahaya atau mungkin beracun.

"Dokter Zara!" Begitu mendengar sahutan Aley, Zara terlonjak kaget bahkan tak bisa mengontrol mimik wajahnya yang begitu ketakutan.

"Kok pucet gitu mukanya? Biasanya aku kagetin juga biasa aja. Kenapa?" Aley panik melihat Zara yang terkejut dengan muka pucat karena panggilannya.

Zara menelan salivanya kuat-kuat untuk mengembalikan detak jantungnya yang sempat tidak normal seperti orang selesai lari maraton. Begitu napasnya sudah teratur, Zara langsung menatap Aley dengan tatapan mata yang sangat tajam ingin menerkam saat itu juga.

"Bisa nggak kalo masuk ruangan orang lain ketuk pintu dulu? Aku lagi takut banget sekarang. Ada orang yang naruh donat diatas meja aku. Itu kamu?"

Pertanyaan yang Zara lontarkan membuat Aley merasa terpojokkan. "Hehe maaf... Tapi serius bukan aku yang ngasih donat itu, kamu kan udah pernah bilang juga sama aku nggak mau makan donat lagi."

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang