39# Pencarian Aksa

107 15 0
                                    

Sagara menghirup bau ruangan yang tak asing untuknya, perlahan dia mengerjapkan mata berkali-kali untuk memastikan dirinya berada di mana. Memori semalam mulai datang bermunculan hingga membuat Sagara mengalami sakit kepala.

Apa yang terjadi padanya semalam membuat Sagara merutuki dirinya sendiri.

"Iblis macam apa yang merasukimu semalam hingga memutuskan untuk bunuh diri? Beruntungnya kau masih selamat," kata Sagara menasehati dirinya, berulang kali dia memukul tangan ke arah tembok untuk melampiaskan amarahnya karena sudah melakukan kesalahan yang sangat fatal.

Bagaimana jika percobaan bunuh diri semalam berhasil? Sagara tidak akan menghirup udara segar pagi ini, dia juga mungkin tidak akan pernah bertemu dengan Athaya dan Ana di akhirat karena cara Sagara menjemput kematian berbeda dengan mereka.

"Tuan Sagara sudah sadar? Silakan minum." Tenggorokan Sagara terasa sangat kering, beruntungnya Daniel sangat peka dan mengambilkan segelas air putih dari nakas lalu Sagara tengguk hingga habis.

"Apa yang tuan Sagara lakukan semalam? Gimana kalo saya tidak datang karena ketiduran?"

Daniel memiliki peran penting dalam hidup Sagara, jika pria itu tidak datang semalam ke kamarnya mungkin hari ini akan menjadi hari pemakamannya dan seluruh berita televisi hanya tentangnya.

"Ak—u cuma kehilangan akal sehat, aku nggak berpikir jernih setelah membaca buku harian Bunda. Ayah udah bisa dihubungi?" Sagara mengalihkan pembicaraan karena tidak ingin mengingat-ingat kesalahan bodohnya untuk melakukan bunuh diri yang sudah berkali-kali.

"Tuan Aksa tidak bisa saya hubungi, saya dengar beliau tidak ada di Bandung. Saya akan berusaha mencarinya lagi, sekarang dia menjadi incaran polisi."

"Kalau dapat kabar soal Ayah langsung bilang sama aku. Oiya Paman, boleh minta bawakan laptop? Aku mau menghubungi Dinar dan Rayan. Aku perlu bicara sama mereka."

Daniel menuruti perintah Sagara membawakan laptop untuknya. Daniel punya pekerjaan lain di pelabuhan karena Aksa sedang tidak bisa dihubungi sehingga Daniel tak bisa selalu ada di samping Sagara. Banyak hal yang harus dia urus terutama wartawan yang terus-menerus mencari tahu kondisi Sagara.

Setelah mendapatkan keinginannya, Sagara membuat janji bertemu dengan Dinar dan Rayan. Awalnya Sagara ingin berbincang di rumah, nahasnya rumah Sagara sudah diserbu wartawan. Rumah sakit menjadi tempat ter aman untuk Sagara saat ini. Sagara hanya ingin menghindari pertanyaan dari wartawan, mereka pasti akan menanyakan dimana Aksa? Bagaimana pernikahan Sagara? Siapa saudara tirinya? Sagara belum mempersiapkan jawaban.

Dengan pakaian serba hitam, Sagara keluar dari ruang rawatnya. Dia memakai topi untuk menghindari wartawan mengenalinya. Sebelum Daniel pergi mengurus pekerjaan, Sagara meminta dirinya untuk meninggalkan satu mobil di parkiran belakang. Sagara berhasil kabur dari para wartawan dengan aman karena mereka tidak menyadarinya.

Apartemen milik Rayan adalah tempat paling tepat untuk pertemuan mereka. Sagara menekan bel berkali-kali sampai penghuni apartemen menunjukkan wajahnya.

"Tuan Sagara sendirian? Kalau terjadi sesuatu gimana?" panik Dinar.

"Buktinya aku nggak papa, aku nggak enak terus minta kalian datang ke tempatku, di sana juga banyak wartawan dan tempatnya kurang aman," jelas Sagara.

Rayan menggelengkan wajahnya heran dengan Sagara, padahal semalam dia baru mendengar kabar jika Sagara dilarikan ke rumah sakit karena meminum banyak obat, di duga sebagai percobaan bunuh diri. Tapi apa? Pria itu kini tampak segar dan sudah tidak sabar untuk menunggu informasi dari Rayan.

"Sagara, kamu amnesia atau pura-pura lupa kejadian semalam yang menghebohkan dunia pertelevisian?" celetuk Rayan yang masih penasaran dengan jawaban Sagara.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang