13# Misteri Kematian Papa

157 19 0
                                    

Pulang tengah malam sudah menjadi kebiasaan Sagara, sayangnya tidak seperti dahulu lagi, dia tidak bisa kembali ke rumah melewati jendela karena saat ini keluarganya tinggal di apartemen selama menyelesaikan bisnis di kota ini. Pada akhirnya pintu menjadi satu-satunya cara agar Sagara bisa masuk kemudian tidur.

Sagara tidak banyak berekspektasi Aksa akan rendah hati kali ini dan meloloskan Sagara tanpa harus berdebat. Mata Sagara sudah sangat mengantuk, dia tidak ingin mendengar celotehan Aksa. Begitu memasukkan kode pin apartemen, Sagara berusaha tidak mengeluarkan suara dan berharap mereka sudah tidur.

"Menemui Raka, ke rumah sakit, jalan-jalan dengan seorang wanita, membeli cincin lalu tengah malam begini kamu baru pulang? Sagara, kamu nggak ada kerjaan? Ayah sudah banyak melakukan hal untuk kamu! Tapi balasan kamu ini apa?!"

Keberuntungan memang tidak selalu memihak Sagara, lagi-lagi pria itu mendapat protesan dari Aksa. Seolah tindakan yang dia lakukan selalu salah dimatanya dan tidak pernah benar.

"Melakukan banyak hal? Coba pikirkan, hal apa aja yang selama ini Ayah lakukan dan bisa buat aku tersenyum?" Sebetulnya Sagara tidak ingin berdebat dengan Aksa karena sudah jam dua belas malam, energinya juga sudah terkuras habis untuk melakukan banyak hal diluar termasuk pekerjaannya.

Sagara menatap Aksa dengan begitu malas lalu memilih untuk tak menghiraukannya lagi. "Jauhi wanita itu! Jangan sampai kamu jatuh cinta dengannya!" Langkah Sagara terhenti begitu Aksa memerintahkan satu hal yang membuat Sagara makin membencinya.

Pria itu berbalik tersenyum kecut menatap Aksa seolah meremehkan perintahnya. "Atas dasar apa Ayah mencampuri urusan cintaku? Dengar, kalau sampai Ayah melakukan sesuatu padanya, aku nggak akan diam!" Tangan Sagara mengepal kuat menunjuk ke arah Aksa dan balik mengancam.

Menurut Sagara, Aksa sudah sangat keterlaluan. Zara tidak ada hubungannya dengan masalah yang Sagara lakukan tapi Aksa malah menyeret Zara kedalamnya. Sagara tidak akan pernah membiarkan Aksa melukai atau bahkan menjauhkan dirinya dari Zara, sudah cukup Sagara kehilangan Athaya dan Ana, dia juga tidak ingin kehilangan Zara, satu-satunya wanita yang saat ini ingin Sagara lindungi.

Pintu kamar Sagara ditutup begitu keras dengan sengaja agar Aksa mendengar bahwa itu adalah bentuk pemberontakannya, ucapan Sagara tidak pernah bermain-main. Hati Sagara yang semula memanas beberapa detik kemudian menjadi sejuk kembali setelah mendapat notifikasi dari ponselnya.

Tentu saja pesan itu dari Zara yang mengucapkan terima kasih karena sudah membantunya mencari hadiah yang cocok untuk mamanya.

Notifikasi dari ponselnya kembali muncul dan anehnya itu bukan dari Zara melainkan dari nomor yang tidak dikenal. Sagara penasaran lalu membuka pesan tersebut. Nomor asing itu mengirimkan satu foto yang memperlihatkan Aksa sedang menyerahkan berkas pada seorang pria yang usianya terlihat seumuran dengan Sagara. Sayangnya wajah pria itu tidak begitu jelas karena tertutup dengan topi.

Sagara yakin itu bukan dirinya dan selama ini Aksa tidak akan pernah mempekerjakan sosok anak muda, apalagi untuk mengirimkan sebuah berkas, itu sangat tidak mungkin.

"Apa maksudnya?" Sagara mengerutkan kening mencoba memutar otaknya untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Aksa dan anak muda itu. Sagara yakin Aksa tidak pernah bertemu sembunyi-sembunyi seperti itu diluar kecuali di dalam suatu ruangan.

Tidak ingin memusingkan kepalanya, Sagara menekan nomer telpon asing itu dan kemudian menelpon. Teror semacam ini benar-benar ingin mengganggu kehidupan Sagara yang perlahan membaik sejak bertemu dengan Zara lagi. Sagara memutuskan untuk mencari tahu perlahan siapa pemuda yang ada didalam foto itu dan apa berkas yang Aksa sembarangan kasih untuknya.

"Pria tua itu benar-benar banyak tingkah."

Sagara tidak bermaksud mengatakan hal buruk tentang ayahnya sendiri namun sosok pria yang selalu Sagara panggil dengan sebutan ayah memang tidak pernah menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dengan baik. Namun orang-orang diluar sana malah menganggapnya orang yang sangat baik dan selalu dipuja-puja.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang