27# Ketika Bersama

70 14 0
                                    

Kemarin malam merupakan hari dimana Zara akan selalu mengingatnya karena itu termasuk bagian terpenting dalam hidupnya. Rasa gugup, takut, dan cemas bercampur menjadi satu saat akan bertemu dengan sosok calon ayah mertua, Zara masih ingat jelas bagaimana tatapan Aksa saat pertama kali melihat wajah Zara-tatapan ingin membunuh. Namun malam itu Aksa seolah menjelma menjadi orang lain, tatapan kejam dan ingin membunuh itu seolah lenyap menjadi tatapan yang penuh kasih sayang.

Perjanjian apa yang telah Sagara lakukan dengan Aksa, Zara menjadi sangat ingin tahu mengapa Aksa bisa mengubah sikapnya dalam sekejap. Zara juga tak menyangka sosok seperti Sagara lah yang akan menjadi calon suaminya, trauma besar tentang pria dan pernikahan berhasil Zara atasi karena bertemu dengan sosok pria seperti Sagara.

Aley memperhatikan perubahan sikap Zara yang tampak tak seperti biasanya. Zara lebih banyak tersenyum padahal sejak tadi banyak orang yang menurut Aley membuatnya jengkel, tetapi sikap Zara justru biasa saja dan malah menampilkan senyuman itu. Hal itu membuat Aley bertanya-tanya apa yang terjadi kepada sahabatnya dalam satu malam ini.

"Zar, kamu lagi nggak sakit, kan? Atau semalem kamu habis mimpi sesuatu?" Aley sudah tidak tahan untuk menanyakannya pada Zara. Melihat Aley dengan wajah kebingungan, Zara memutuskan untuk menceritakan segalanya pada Aley, karena dia bukan orang lain melainkan sahabat Zara yang sudah sepantasnya tahu tentang hal ini.

Zara menunjukkan jemarinya yang tersematkan cincin dengan ukiran yang sangat cantik. "Kamu habis beli perhiasan baru? Gila cantik banget cincinnya, harganya berapa? Mau minta Kevin beliin!" rengek Aley. Zara menghembuskan napas berat, Aley ternyata tidak peka. Padahal selama ini Aley selalu merutuki Kevin jika dirinya tidak peka tetapi ternyata mereka berdua sama-sama tidak peka, pantaslah jika mereka berjodoh.

Raut wajah Zara yang berubah membuat Aley berpikir keras, setelah cukup lama berpikir Aley baru menyadari. "OMG! Aku nggak peka banget! Ini pasti dari Sagara? Kalian bakal nikah?!" seru Aley, akhirnya wanita itu sadar hingga membuat Zara menghembuskan napas lega karena tidak harus menjelaskan kepada Aley.

"Kamu selalu marah-marah katanya Kevin nggak peka, padahal kamu sendiri juga nggak peka," omel Zara.

"Kalian serius mau nikah?" Aley mengabaikan celotehan Zara, dia tidak sabar untuk mendengar jawabannya langsung dari mulut sahabatnya itu.

"Iya, cincin ini di rancang oleh almarhum ibunda Sagara, cantik sekali kan? Hanya ada satu, sayang sekali kamu nggak bisa beli," ledek Zara dengan puas karena selama ini Aley selalu saja meledek Zara tak kunjung menikah.

"Nggak papa deh, buat kamu aja, Zar. Kasian udah lama jomblo soalnya."

Kini giliran Zara yang merasa marah karena sikap ucapan Aley yang baru saja dilontarkan. Zara memutuskan mengganti topik pembicaraan mereka karena saat ini mereka masih berada di rumah sakit, tidak sepantasnya membahas kehidupan pribadi.

"Pasien yang aku kasih tahu kamu kemarin gimana?"

Aley berusaha mengingatnya lalu dia berkata, "Oh dia, kayaknya masih di rawat di sini. Belum bisa lakukan operasi katanya karena biayanya belum ada. Terpaksa kita cuma bisa merawatnya aja."

"Serius?"

"Eemm... Masa aku bohong?"

Mau tidak percaya tapi yang mengatakan itu Aley tentu saja Zara harus mempercayainya. Mau bagaimana lagi, Zara tidak bisa membantu banyak wanita bernama Sabella itu, dia hanya bisa membantu sedikit. Zara juga mengharapkan ada keajaiban beberapa hari ke depan.

"Calon suami kamu gimana? Udah lama dia nggak ngabarin aku, dia punya kasus lain?" tanya Zara penasaran karena sudah cukup lama Kevin tidak menghubungi Zara untuk memberitahu kelanjutan dari kasus papanya.

Lembayung Sagara | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang