CBIL- 15| Janu Anak Haram

26 8 5
                                    

Suasana di kantin sudah sedikit sepi. Bukan karena penghuni kantin sudah bosan atau kenyang. Tidak mungkin mereka meninggalkan kantin yang dinobatkan sebagai tempat ternyaman di SMA Tri Satya begitu saja. Tentunya, mereka terpaksa harus meninggalkan kantin karena beberapa alasan. Salah satu contohnya adalah ada tugas yang harus diselesaikan hari ini juga.

Dinda, Keana, Natasya, dan anggota Classy Bastard masih setia duduk di kantin, tapi sibuk sendiri-sendiri. Natasya asik berpacaran dengan Alexi, mereka tampak bahagia ber-selfie menggunakan filter dari aplikasi Snapchat. Apalagi yang dipakai bukan filter yang bagus atau mendukung nilai estetika. Mereka berdua lebih memilih ber-selfie menggunakan filter konyol, seperti filter tukar wajah, muka jadi celana dalam, gigi ompong, sampai wajah paling jelek pun mereka coba.

Dinda duduk di depan Janu. Wajahnya tidak seperti biasanya yang terlihat semangat. Dinda dighosting Gerry.

Di samping Janu ada Keana yang sejak tadi hanya diam. Gadis itu tentu masih terngiang-ngiang akan percakapan Alexi dan Janu tadi di toilet. Dia memilih menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Meski sempat beberapa kali diajak bicara dengan Janu, responnya tidak begitu baik.

Dan sisanya asik bermain game online.

"Hei, ketemu lagi kita di sini. Masih hidup lo, Orang Ganteng?" Suara yang terdengar menjengkelkan dari arah belakang membuat semua orang di sana menoleh.

Seorang laki-laki bertubuh tinggi sedang berdiri di belakang kursi Janu. Dia terlihat sangat-sangat menjengkelkan. Melipat tangan di bawah dada dengan senyuman yang menjijikkan. Dia terlihat sangat licik.

Tukang cari gara-gara datang lagi. "Ngapain lo?" tanya Janu sembari menegakkan kedua lutut, kemudian berdiri di hadapan kakak kelas gila itu. Iya, kakak kelas gila yang selalu mengganggu Janu. Kalian tidak lupa, kan?

Tanpa mengucapkan sepatah kata lagi, laki-laki itu langsung mendorong tubuh Janu hingga punggungnya terbentur meja kantin. Bahkan, meja tersebut sampai bergeser. Terlebih lagi Dinda yang posisinya tadi berada di depan kursi Janu, gadis itu ikut terjatuh dari kursinya. Sial, Dinda malu.

Area dan orang-orang di sekitar Janu kini menjadi pusat perhatian seluruh warga yang berada di kantin. Para gadis sudah bersiap untuk menonton perkelahian Janu. Ini adalah sebuah tragedi yang menarik. Mereka senang jika melihat Janu berkelahi. Bahkan, tidak sedikit yang merekam perkelahian mereka di ponselnya masing-masing.

"Bangsat, apa-apaan lo?!" Berusaha berdiri tegak meski punggungnya sakit, Janu membalas laki-laki tersebut dengan cara menendang perutnya.

Menarik kerah seragam putih kusut itu, Janu menatapnya dengan penuh amarah. Tanpa sengaja tatapan matanya turun ke dada sebelah kanan laki-laki tersebut. "Oh, sekarang udah punya nama, ya?"

Yang ditanya hanya tersenyum miring. Merasa Janu sedang lengah, dia mendorong tubuh Janu sekuat tenaga hingga lagi-lagi Janu harus menabrak meja. Melihat itu, Arsen tidak bisa tinggal diam. Dia paling suka jika urusan berkelahi, bukan? Lagipula dia tidak terima jika Janu diserang secara tiba-tiba.

"Guk-guk, beraninya nyerang dadakan ya, udah mirip tahu bulat aja!" Dengan wajah santai tapi sadis, Arsen berdiri di hadapan laki-laki yang kini memiliki nama 'Jeno Rahul Satya'.

"Minggir lo, gue gak ada urusan sama lo, Bangsat!"

Sebelum Jeno mendorong Arsen, rupanya Arsen lebih dulu memukul wajahnya. Laki-laki itu melayangkan tatapan marah. Tapi itu justru membuat Arsen tersenyum lebar.

"Gue ingetin sama lo, gue gak ada urusan sama lo!" ketusnya dengan suara yang pelan tapi penuh penekanan. "Gue cuma punya urusan sama anak haram itu!" Jarinya kini menunjuk Janu yang sedang berjalan ke arahnya.

Classy Bastard in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang