Langit tidak terlihat cerah seperti biasanya. Cuaca pagi setengah siang kali ini cukup buruk. Mendung, angin yang terasa dingin menusuk setiap pori-pori kulit membuat merinding. Untungnya para siswa-siswi sudah dihimbau untuk membawa jaket atau memakai pakaian yang tebal tadi pagi.
"Sayang, kamu pasti kedinginan. Mau aku peluk biar anget?" Alexi berlari kecil ke arah Natasya yang duduk di kursi bis paling belakang. Dia tidak sendiri, ada tiga teman lainnya yang duduk di sana. Bangku bis paling belakang kan panjang dan tempat paling nyaman bagi yang suka.
Alexi menyerobot dan menyuruh Dinda menggeser duduknya yang bersebelahan dengan Natasya. Dia berusaha keras supaya dapat menyingkirkan Dinda, Alexi ingin di dekat Natasya. "Din, kamu mending pergi aja deh jangan di sini. Aku mau duduk di sebelah Nana."
"Kok kamu enak banget, Lex? Aku suka duduk di sini, kamu kan udah ada tempat duduk di depan sana." Gadis yang disuruh pergi tidak menuruti permintaan Alexi, laki-laki konyol yang dunianya dipenuhi dengan cinta-cintaan.
"Ya udah kamu duduk di tempat aku aja, Dinda."
"Gak mau. Tempat kamu itu pas sama ban bis, itu bikin mual tahu, nggak. Ntar aku mabuk gimana?" Dinda tetap keukeuh dalam pendiriannya, dia sudah nyaman duduk di kursi paling belakang.
"Jamban berisik! Udah sayang kamu pergi aja sana, aku mau duduk di sebelah Dinda." Natasya yang sedari tadi hanya diam menyimak obrolan mereka akhirnya kini bersuara. Mengibaskan rambutnya ftustasi dan mendorong Alexi supaya pergi.
"Loh, Sayang kok kamu malah usir aku. Kamu udah gak sayang lagi sama aku? Udah gak cinta lagi? Kamu jangan gitu dong, aku udah bawain kamu jaket tebal punya mama aku loh ini," oceh Alexi panjang lebar. Sementara Natasya hanya menutup kedua lubang telinganya, kemudian mengalihkan pandangan ke jendela bis untuk melihat pemandangan pinggir jalan yang sudah basah terkena rintik hujan. Entah sejak kapan hujan itu turun, Natasya tidak tahu.
"Dia itu PMS, makanya jangan diganggu," bisik Dinda. Kemudian Alexi ber-oh dan mengangguk paham. Untunglah, ternyata Natasya sedang PMS. Bukan sudah tidak sayang lagi ke Alexi. Baiklah.
"Din, ayolah kamu pindah ke tempat aku aja." Tidak berhenti di situ, Alexi tetap memohon supaya gadis keras kepala itu pergi dan mengijinkannya duduk di samping Natasya. "Tahu nggak, aku sebenarnya duduk sama Gerry loh. Kalau kamu duduk di tempat aku, artinya kamu duduk sama Gerry."
Dinda menengok ke depan, tepatnya di kursi kosong yang tadi diduduki Alexi. Di sebelah kursi tersebut ternyata ada Gerry, dia sedang bercanda dengan Daniel yang duduk di kursi depannya.
"Ck, kenapa gak bilang dari tadi. Tahu gitu kan kita gak perlu ribut!" Tanpa basa-basi, Dinda segera berdiri. Membiarkan Alexi menduduki tempat duduknya baru saja. Kemudian dia berjalan mendekat pada kursi Gerry.
Kedatangannya membuat Daniel memainkan mata kepada Gerry. Seolah mereka sedang mengungkapkan sesuatu yang tidak diketahui oleh orang lain.
"Ger, aku diusir sama Alex, disuruh duduk sama kamu. Boleh?"
Setelah tersenyum lebar dan wajahnya tampak sangat bahagia, dengan senang hati Gerry menggeser duduknya. Membiarkan Dinda duduk di bangku sebelah yang kosong.
Melihat itu, Daniel menepuk pundak Gerry sambil berkata, "asik berduaan, cihuy. Gue gak mau jadi nging-nging, ah. Bye!" Setelah mengucapkan itu, Daniel kembali ke posisi benarnya. Menghadap depan lalu bercakap-cakap random dengan Arsen, Omar, dan Yudha.
Jangan tanyakan Janu ada di mana sekarang. Dia sedang ditarik-tarik oleh para teman-teman sekelasnya. Para gadis itu lagi-lagi berebut supaya Janu duduk dengan salah satu dari mereka. Terlihat jelas, wajah Janu di sana sangat tertekan. Bahkan, rasanya hampir muntah karena keadaan tubuh yang tidak bisa duduk dengan tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bastard in Love [Tamat]
Novela JuvenilClassy Bastard, itu nama geng kami. Bukan, kami bukan kumpulan geng motor, berandalan, atau lainnya. Bukan juga gengster yang memiliki banyak musuh dan dendam terhadap geng-geng lain. Nama itu kami buat hanya supaya terlihat mengerikan, kenyataannya...