CBIL Extra Part 1

23 4 0
                                    

"Nama gue harus ada di atas, nih. Kalau enggak, gue digebukin mama nanti pulang sekolah!" Suara Alexi melengking masuk di setiap telinga siswa-siswi yang beramai-ramai mengerubungi mading sekolah untuk melihat nilai hasil ujian nasional.

Gerry dan yang lainnya pun langsung menerobos keramaian tersebut. Tentunya dibantu Janu yang mampu menaklukkan hati para gadis supaya mau bergeser agar mereka bisa melihat mading dengan lebih dekat.

"Tetep aja masih goblok," ucap Arsen pelan ketika melihat namanya berada pada urutan lima puluh dua dari dua ratus siswa.

"Lebih goblok gue, sih." Yudha menyahut ketika mengetahui namanya berada tepat di bawah nama Arsen.

Omar hanya diam. Wajahnya senyum-senyum kegirangan ketika melihat namanya berada di urutan kedua dari atas. Sebenarnya dia ingin teriak histeris, tetapi karena merasa sungkan dengan teman-temannya, dia memilih untuk mengurungkan niat itu. Saat yang lainnya mengetahui nama Omar di sana, mereka langsung kompak menoleh pada laki-laki tinggi itu dengan wajah datar.

"Gak kaget gue!" pekik keenam remaja itu secara bersamaan dengan penuh kesal. Antara iri dan menyesal bercampur aduk menjadi satu.

Alexi sejak tadi masih sibuk mencari namanya di urutan satu hingga tiga puluh. Jarinya naik-turun mengikuti nama-nama yang berurutan di sana tanpa ada namanya.

Hingga akhirnya Janu menghela jengah sebab Alexi tidak mau menerima kenyataan bahwa namanya ada di urutan empat puluh. Laki-laki kecil itu masih saja mencari hanya sampai di urutan tiga puluh.

"Lex, kurang ke bawah carinya. Coba turun sepuluh angka," saran Janu yang sudah muak.

Alexi sempat mengerutkan alis malas. Tapi akhirnya dia menuruti saran Janu. Jarinya bergerak ke bawah mencari namanya. "Jancok!" pekiknya ketika mengetahui namanya berada di posisi yang tidak sesuai ekspektasi.

Mendengar umpatan Alexi, semuanya sontak tertawa terbahak-bahak sambil memukul tubuh kecil itu. Entah mengapa rasanya lucu sekali melihat Alexi yang sedang kecewa berat dengan hasil ujiannya.

"Padahal gue udah belajar mati-matian, udah sholat tahajud tiap malam, gue udah minum vitamin biar pinter. Masih aja urutan empat puluh!" omelnya masih tidak terima.

"Tapi lo ada peningkatan, sih, Lex. Lo berhasil ngalahin Daniel." Gerry memberi jawaban sesuai kenyataan. Memang benar, biasanya Alexi selalu kalah dengan Daniel, tapi kali ini Daniel berada di urutan empat puluh dua.

"Artinya lo udah pinter. Cuma ... lebih banyak yang lebih pinter dari lo!" Lagi-lagi mereka tertawa ketika ejekan dari Janu terdengar.

Tidak mau berbuat apa-apa lagi, Alexi hanya bisa menunjukkan wajah datar. Antara kesal, sedih, dan marah, laki-laki itu akhirnya memilih ikut menertawakan diri sendiri.

Setelah lega mengetahui hasil nilai mereka masing-masing, Alexi langsung berlari menuju kelas, diikuti dengan yang lainnya. Laki-laki itu langsung menghamburkan tubuhnya pada Natasya—pacarnya sejak kelas sebelas—yang sedang mengobrol dengan Dinda.

"Sayang!" Begitu sapanya. Melihat tingkah lebay Alexi dan Natasya, anggota Classy Bastard dan orang-orang yang ada di sana langsung memasang wajah malas.

Akhirnya mereka memutuskan untuk duduk di bangkunya masing-masing. Gerry duduk di sebelah Dinda, Arsen duduk di sebelah Dela bersama Janu, sisanya entah di mana.

Yudha menghela napas jengah melihat sahabat-sahabatnya yang kini sudah memiliki pasangan masing-masing. Dia dan Omar hanya saling menatap satu sama lain, sedikit merenungi nasib. Omar meratapi nasib, menyesal pernah pacaran virtual yang nyatanya sangat tidak menyenangkan. Sementara Yudha meratapi nasib, heran pada diri sendiri sebab tidak ada gairah sedikit pun untuk memiliki pacar. Bagi Yudha, punya pacar itu repot, ribet, rungsep, dan menambah beban hidup.

Classy Bastard in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang