CBIL- 25 | Yudha-Gerry

6 0 0
                                    


"Bentar ya, Mas. Ini bocornya gede," ucap pekerja itu sambil sibuk melepas ban luar motor Yudha. "Kena paku ini, Mas kayaknya."

Mendengar suara pekerja di depannya yang sama sekali belum menampakkan wajahnya karena sedari tadi hanya menunduk fokus memperbaiki motor tersebut, Yudha mengerutkan kening. Kemudian memiringkan kepala untuk melihat lebih jelas wajah laki-laki bertopi hitam itu. Dia penasaran, karena suara laki-laki itu terdengar familiar di telinganya.

Yudha melebarkan mata tidak percaya saat mengetahui wajah siapa di balik topi tersebut. Segera dia mengangkat topi milik pekerja itu dan semakin terkejut. "Gerry, lo ngapain?"

Gerry yang juga terkejut dengan reaksi Yudha ikut melebarkan mata. Mereka berdua sama-sama saling tidak menyangka. Setelah Yudha menatapnya dengan penuh rasa ingin mengintrogasi, Gerry menunduk.

Dia berusaha tidak mempedulikan Yudha. Gerry memutuskan mengalihkan pandangan, melanjutkan aktivitasnya memperbaiki ban motor Yudha. Meski dalam hati dia merasa sedang tidak tenang. Apalagi Yudha masih terus memperhatikannya.

"Ger, jawab gue, dong!" Itu yang terus dikatakan Yudha. Namun, Gerry sama sekali tidak memberi respon. Dia tetap menulikan pendengarannya. Bahkan, Gerry tidak berani mengangkat kepala.

Hingga Yudha yang merasa geram itu akhirnya mencekal tangan kanan Gerry supaya berhenti memperbaiki ban motornya. Dia ingin laki-laki itu menjawab pertanyaannya.

"Ger, lihat gue." Setelah menghela napas pasrah, Gerry akhirnya mengangkat kepalanya, mensejajarkan pandangan pada Yudha.

Belum sempat dia melanjutkan ucapannya, Yudha dibuat menutup mulut saat mengetahui mata Gerry itu sudah basah saat menatapnya. Yudha yakin, ada sesuatu yang membuat Gerry harus menjadi seperti ini.

"Ger ... lo ngapain di sini?" tanya Yudha setelah sepersekian detik hanya menghening menatap mata indah Gerry. Yudha tahu betul, ada kesedihan di balik mata bening itu.

Gerry berusaha tersenyum sambil mengusap matanya yang basah dengan punggung tangan. Setelah itu dia kembali melakukan pekerjaannya tanpa menggubris Yudha. Sekali lagi dia berusaha untuk tidak menjawab. Dia belum siap menjelaskan semuanya kepada Yudha.

"Ger, ayo dong kasih tahu gue. Lo kenapa bisa ada di sini? Lo kerja?" Yudha mulai menaikkan nada bicaranya karena dia sudah benar-benar kesal. Bukan kesal karena marah, dia kesal karena Gerry tidak memberikan jawaban.

Laki-laki yang kembali menunduk dan berusaha untuk terus memancarkan senyumannya itu mengangguk.

"Lo kerja?" tanya Yudha memastikan. Dia benar-benar tidak percaya bahwa Gerry bekerja. Di tempat seperti ini, untuk apa?

"Kenapa lo kerja?" lanjutnya masih penasaran.

Menghela napas panjang, Gerry mengusap keringat di pelipisnya. Dia tersenyum manis pada Yudha. "Nih, motor lo udah gak bocor. Bayarnya langsung ke pemilik bengkel aja, ya." Setelah mengatakan itu, Gerry langsung beralih pada kendaraan berikutnya yang harus dia perbaiki.

Yudha menegakkan tubuh memandang punggung Gerry yang mungkin terasa lelah. "Ger, kalau ada masalah itu cerita. Gue tahu, lo pasti kerja gini karena suatu alasan. Ayolah, kasih tahu gue. Lo itu sahabat gue!"

Mendengar itu, Gerry mengentikan aktivitasnya. Dia menoleh ke arah Yudha. Kemudian berjalan perlahan menghampirinya. "Memangnya lo masih anggap gue sahabat? Bukannya lo sama temen-temen keluarin gue dari anggota?"

"Ck, Ger ...." Yudha tidak bisa berkata apa-apa. Memang benar ucapan Gerry. Sejak beberapa minggu lalu, Gerry sudah tidak pernah lagi bergabung di Classy Bastard. Dia bahkan tidak pernah disapa dan diajak ngobrol dengan mereka.

Classy Bastard in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang