CBIL- 33| Revolusi

10 1 0
                                    

"Kamu gimana, sih, Ken? Dulu ngejar-ngejar Janu sampai segitunya, sekarang malah mau lepasin dia gitu aja," protes Dinda yang saat ini sedang duduk anggun di atas sofa sambil sesekali bermain ponsel.

"Ya ... iya, sih. Tapi ... tapi kamu tahu sendiri, kan, Janu itu susah digapai. Ibaratnya aku itu kayak mau nyentuh langit pakai telunjuk, gak bisaaaa!" Gadis yang sejak tadi mengoceh panjang lebar mencurahkan isi hatinya itu menghentakkan kaki sebal.

"Tapi tadi Janu ngajak kamu pulang bareng gitu, artinya apa coba? Pasti dia mau PDKT sama kamu, Keana." Sebisa mungkin Dinda membuat Keana berpikir secara logis. Dia kasihan jika Keana harus kecewa dengan keputusannya nanti.

Keana menghela. "Tapi aku lebih seneng deket sama Daniel. Kalau sama Daniel, tuh aku bahagia banget rasanya, terus aku ngerasa lebih deg-degan, lebih baper, lebih salah tingkah. Pokoknya aku lebih suka kalau sama Daniel."

Mendengar pengakuan sahabatnya, Dinda tercengang sejenak untuk mencerna kalimat-kalimat Keana. Sungguh, ini baru pertama kalinya Dinda mendengar bahwa Keana dekat dengan Daniel. Selama ini dia tidak pernah tahu bahwa itu terjadi. Yang dia lihat, Daniel dan Keana hanyalah teman biasa.

"Kamu dekat sama Daniel?" tanyanya setelah berpikir. Keana mengangguk, lalu merebahkan tubuhnya di atas sofa panjang milik Dinda.

"Kamu suka kalau sama Daniel?" tanyanya lagi masih tidak percaya. Keana mengangguk lagi.

Dinda mengembuskan napas tidak percaya. Ini adalah sebuah plot twist  bagi Dinda. Bagaimana bisa seorang Keana bisa dekat dengan Daniel.

Dinda juga tidak tahu bagaimana Keana tiba-tiba datang ke rumahnya. Saat dia selesai mandi tadi, tiba-tiba Keana sudah duduk santai di sofa. Mungkin, mamanya yang menyuruh Keana masuk. Begitu menurut pikiran logis Dinda.

Soal Keana yang ujuk-ujuk datang ke rumah Dinda tidak sudah diherankan lagi, Keana sangat sering datang ke rumah Dinda hanya untuk membuat berantakan rumah. Iya, seringkali Keana menghabiskan camilan-camilan di sana, kadang sampai ketiduran di sofa, bahkan tidak sungkan untuk menumpang buang air besar. Untung saja dia hanya menghancurkan rumah Dinda di area ruang tamu saja. Jika seluruh rumah dia buat berantakan, Dinda yang dasarnya kalem itu tidak akan segan-segan mengusir Keana setiap kali datang.

"IH,  APA AKU JATUH CINTA SAMA DANIEL?" Keana yang semula rebahan di sofa spontan bangkit sembari mengatakan itu. Dia baru menyadari tentang perasaannya. Membuat Dinda sedikit terkejut dengan ekspresi berlebihan Keana.

"Maybe," balas Dinda dengan senyum yang dipaksa.

"Terus gimana, dong, Daniel suka sama aku juga nggak, ya?" Memeluk bantal yang terasa sangat nyaman, Keana menenggelamkan wajahnya di sana dengan rasa sedikit frustasi.

"Sini, aku kasih tahu caranya biar kamu bisa tahu." Setelah mengatakan itu, Dinda menggeser duduknya untuk lebih dekat dengan Keana. Kemudian dia membisikkan sesuatu kepadanya.

¶¶¶

Arsen berjalan tanpa tahu arah, berusaha menjauh dari segerombolan laki-laki yang dapat diprediksi usianya sebaya dengannya. Mereka mengejar Arsen sambil sesekali berteriak memanggil namanya, sementara Arsen hanya menunduk dengan perasaan takut.

"Woi, lo Arsen, kan?" Arsen akhirnya berhenti saat berhasil di hadang oleh seorang laki-laki berjaket hitam dengan celana model robek-robek.

Arsen pasrah. Dia mengangkat kepala menatap laki-laki di depannya. "Wah-wah, udah glow up, ya?" Laki-laki itu terkekeh melihat Arsen.

"Udah lama nggak ketemu, sekarang udah berubah total aja, nih." Sekali lagi, Arsen masih dibuat diam saat teman-teman lelaki itu berdatangan dan bergantian mengoceh.

Classy Bastard in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang