Kemarin sore prediksi Keana salah besar. Daniel tidak seburuk yang dia bayangkan. Suasana di atas motor tidak hening. Bahkan, mereka sering bercanda tawa dan yang memulainya adalah Daniel sendiri. Sempat juga mampir ke warung kecil untuk membeli es teh. Daniel ternyata menyenangkan.
Sepertinya Keana harus meminta maaf karena sudah berburuk sangka terlebih dahulu kepada Daniel.
Lupakan soal kemarin sore. Mari kita fokus pada laki-laki konyol dan pasangannya yang terlihat sedang heboh sendiri di pojok kelas. Berduaan. Menghadap kamera dari ponsel Natasya, lalu mengambil beberapa foto, kemudian tertawa cekikikan melihat hasilnya. Mereka tampak bahagia.
"Sayang, lihat nih apa yang aku bawa." Alexi menghentikan aktivitas berfoto-foto itu. Mengambil sesuatu dari kantong celananya lalu memberikannya dengan senyum yang ceria.
"Cokelat? Buat aku?" Natasya tampak kegirangan hanya dengan sebuah coklat berukuran kecil itu. Tanpa aba-aba, dia langsung menyambar cokelat tersebut. Hei, padahal Alexi belum meng-iyakannya.
Laki-laki itu menghela pasrah. Padahal niatnya ingin romantis. Dia ingin membukakan cokelat tersebut, lalu menyuapkannya pada Natasya. Tapi ternyata ekspektasi itu terlalu tinggi.
Baiklah, tidak masalah. Alexi berdiri, meninggalkan tempat dan berjalan menuju bangkunya. Membuka resliting tasnya yang agak susah dijalankan, lalu mengambil kain cukup besar berwarna lilac.
Tunggu. Itu bukan kain. Melainkan dua buah kaos.
"Nana!" panggilnya kepada Natasya yang tidak menyadari bahwa Alexi sudah pergi dan berdiri di bangkunya sendiri.
Membentangkan salah satu kaos tersebut ke arah Natasya. Tersenyum lebar, lalu menaik-turunkan alisnya. Dengan segera, Natasya berlari kecil melewati beberapa meja menuju Alexi.
"Kaos, punya siapa?"
"Punya kita dong. Nih, semalam aku beli dua. Couple-an, kamu satu aku satu." Menyodorkan salah satu kaos yang berukuran L kepada Natasya yang tampak bersemangat menerima kaos tersebut. Tentu saja dia sangat senang.
Beruntung dia punya pacar seperti Alexi. Meski genit dan menyebalkan, tapi dia selalu punya cara untuk membuatnya senang. Sudah berapa banyak barang-barang couple milik mereka. Mulai dari gelang—barang couple pertama—lalu topi, kacamata, jaket, dan sekarang kaos. Setelah ini apa lagi?
"Aaa ... makasih, Sayang!" Natasya mencubit kedua pipi Alexi yang pada dasarnya memang tembam. Dia tampak sangat senang. Sesekali menempelkan kaos tersebut ke tubuhnya, melihat-lihat apakah pas atau tidak. Begitu seterusnya sampai bel berbunyi menghentikan aktivitas mereka berdua.
Teman-teman sekelasnya bersyukur bel berbunyi. Karena mereka bisa mendapat ketenangan setelah Natasya dan Alexi duduk di bangkunya masing-masing. Mereka berdua jika bersama, terlalu berisik.
¶¶¶
"Nih, ulangan lo." Selembar kertas hasil ulangan harian IPS dibagikan. Dela yang bertugas membagikan itu, kini berdiri di samping Arsen. Seperti biasa, wajahnya tanpa ekspresi.
Awalnya, laki-laki itu hanya bersandar di dinding sambil melipat tangan di bawah dada. Karena keberadaan Dela, reflek dia mengubah posisi. "Oke, makasih ya, Del."
"Bangga lo dapet nilai segitu?" Pada dasarnya, gadis yang satu ini memang sedikit sewot kepada orang-orang membuatnya jengkel.
Dela sering menampar Arsen dengan pertanyaan-pertanyaannya. Ya, begitulah salah satu contoh pertanyaannya. Bukan karena apa, Dela juga orang baik. Dia ingin pertanyaan-pertanyaan itu membuat Arsen berubah dan sadar. Ini demi kebaikan. Itu maksudnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bastard in Love [Tamat]
Fiksi RemajaClassy Bastard, itu nama geng kami. Bukan, kami bukan kumpulan geng motor, berandalan, atau lainnya. Bukan juga gengster yang memiliki banyak musuh dan dendam terhadap geng-geng lain. Nama itu kami buat hanya supaya terlihat mengerikan, kenyataannya...