Mengetahui ada Arsen yang mengikutinya, gadis itu mempercepat langkah kakinya. Memasang topi hoodie, kemudian memasukkan kedua tangan di saku hoodie. Gadis itu berlari kecil berusaha menjauh dari Arsen yang semakin dekat.
Usaha itu gagal, setelah dia berusaha berlari, Arsen sudah berhasil mencekal pergelangan tangannya. "Del, tunggu!"
Gadis itu menghela napas jengah ketika mendengar suara Arsen yang mengganggunya.
"Apa?" Dia akhirnya membalikkan tubuh dan menatap Arsen malas. "Cepet, gue gak ada waktu."
"Lo kenapa sih, Del setiap kali ada gue main kabur-kaburan terus?" Arsen memulai obrolan di pinggir jalan yang sepi itu.
"Udah itu aja?"
"Apanya?"
"Pertanyaannya itu doang?" Dela melipat tangan, dia masih memasang wajah jengah. Setelah itu Arsen mengangguk dengan wajah polos.
"Bacot, pertanyaan lo gak guna." Dela kembali melangkahkan kakinya menjauh dari Arsen. Dia memilih meninggalkan Arsen. "Lo pikir sendiri lah, Njing."
"Lo gak pernah jadi milik gue, tapi kenapa gue susah lupain lo?" Ucapan Arsen dari belakang sana membuat Dela menghentikan langkahnya. Sejenak dia memejamkan mata, lalu membalikkan badan. Membuka kupluk hoodie-nya, menatap Arsen dari jarak yang sudah cukup jauh.
"Gue suka sama lo, Del. Bisa nggak lo hargai gue dikit aja? Seenggaknya jangan kabur-kaburan gini. Gue---"
"Tapi gue gak suka sama lo!" Segera Dela memotong kalimat Arsen. "Terlambat. Gue gak bisa hargai orang yang bahkan gak bisa menghargai diri sendiri."
Arsen dibuat berpikir dengan kata-kata Dela baru saja. 'Tidak bisa menghargai diri sendiri', apa maksudnya?
"Gue jijik sama lo. Gak usah berharap gue bakal suka sama lo, karena gue gak mau jatuh cinta sama orang salah." Sesungguhnya, saat mengatakan itu hati Dela terasa sakit. Benar-benar seperti diremas-remas. Dia tahu bagaimana perasaan Arsen saat dia mengatakan itu.
Namun, sebisa mungkin dia harus menjadi seperti manusia tidak berperasaan di depan Arsen. Dia ingin melupakan Arsen. Dia berharap, dengan semua yang dia lakukan kepadanya, membuat Arsen sadar.
Masa lalu mereka cukup menyakitkan jika harus diingat-ingat. Sialnya, Dela belum bisa melupakan masa lalu itu.
"Makasih, lo udah patahin hati gue dan bikin mati rasa." Arsen menatap wajah Dela dengan begitu datar. Terlihat jelas kekecewaan besar sedang terselip di balik wajahnya.
"Sama sama. Semoga khusnul khatimah," balas Dela dengan wajah sinisnya.
Meskipun jarak membentang di antara mereka, Dela bisa jelas melihat laki-laki itu. Rasanya dia sangat sedih melihat Arsen seperti itu. Dela seperti menjadi orang yang sangat jahat saat mendengar Arsen mengatakan bahwa dia telah parah hati dan mati rasa.
Ah, tunggu. Dela lebih patah hati sudah dari lama. Bahkan, dia sudah mati rasa.
Arsen menatap kepergian Dela setelah beberapa detik dia dibuat diam dengan jawaban Dela. Seolah gadis itu tidak pernah menganggap serius kata-kata Arsen. Lelah rasanya mengejar Dela. Haruskah Arsen berhenti saja?
¶¶¶
Hari ini hari Minggu, Janu dan keluarganya pergi ke rumah nenek Jeno untuk menjemput mereka. Kemarin, ayah Janu meminta Jeno dan neneknya tinggak bersama mereka, meskipun awalnya nenek Jeno menolak karena tidak ingin merepotkan, semua berakhir dengan kesepakatan setelah Janu dan Jeno memaksa.
"Mas Jen!" Janu yang baru saja turun dari mobil itu langsung berlari menghampiri Jeno. Laki-laki itu sedang duduk santai di rumah kecil miliknya. "Dih, belum siap-siap?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bastard in Love [Tamat]
Novela JuvenilClassy Bastard, itu nama geng kami. Bukan, kami bukan kumpulan geng motor, berandalan, atau lainnya. Bukan juga gengster yang memiliki banyak musuh dan dendam terhadap geng-geng lain. Nama itu kami buat hanya supaya terlihat mengerikan, kenyataannya...