Keana tampak sedang duduk-duduk sendirian di depan kelasnya. Entah hari ini Keana datang terlalu pagi atau memang teman-temannya yang semakin hari semakin molor. Nyatanya, di kelas Keana belum ada satu penghuni pun selain dia.
"Nah, itu dia!" Bukan tanpa alasan dia memutuskan untuk duduk di depan kelasnya itu, sekarang dia telah menemukan orang yang sejak tadi dia tunggu-tunggu.
"Janu!" Gadis itu berteriak sambil melambaikan tangan pada beberapa siswa yang baru saja datang berombongan.
Pemilik nama yang baru saja dipanggil itu spontan menatap ke arah depan yang ternyata sudah berdiri sosok Keana dengan sebuah kotak makan berisi roti di sana. Janu tersenyum manis merespon sapaan pertama dari teman perempuan yang menyapanya hari ini.
"Janu, ini ada roti buat kamu. Di makan, ya!" Gadis cantik itu menyodorkan kotak makan tersebut pada Janu dengan perasaan senang.
Tentu saja Janu tidak akan menolak. Sebagai tanda terima kasih dan menghargai pemberian Keana, dia mengajak gadis itu untuk duduk sejenak. "Duduk di sana dulu, yuk!"
Gila. Pagi-pagi Janu sudah berulah membuat jantung Keana berdetak kencang seperti sedang lari maraton. Dengan senang hati tentunya, Keana langsung duduk di samping Janu. Sementara anggota Classy Bastard---kecuali Gerry---yang melihat tingkah Janu itu langsung memutuskan untuk masuk ke kelas. Daripada ujung-ujungnya iri sendiri, lebih baik menjauhkan diri dari Janu yang hari-harinya selalu terlihat menyenangkan dengan para siswi di SMA Pertiwi.
"Makasih ya, Ken," ucap Janu sambil memperhatikan kotak kecil itu dengan senyum. "Pas banget, nih aku tadi belum sarapan."
"Iya sama-sama."
Hingga percakapan menghilang, hanya tersisa suara-suara angin yang berembus cukup kencang di lantai atas ini. Seolah mereka kehabisan topik pembicaraan. Terutama Keana, dia benar-benar bingung harus bagaimana lagi caranya mendekati Janu.
"Ini rotinya nggak kamu makan, Jan?" Akhirnya Keana cerdas. Jari telunjuknya menunjuk ke arah kotak makan yang sedang dipegang Janu.
Melihat itu, Janu terkekeh. "Iya, aku makan, ya." Kemudian dia mulai membuka kotak tersebut dan mengeluarkan tiga potong roti yang sudah diisi sayuran hingga menyerupai sandwich.
"Itu sandwich ala kadarnya," ucap Keana dengan suara yang gugup. "Enak, nggak?"
Janu mengangguk-angguk sambil merasakan bagaimana rasa roti tersebut. Tidak terlalu buruk, dia pikir roti itu terasa enak. Janu menoleh ke arah Keana dan menatapnya sambil tersenyum. "Enak, kok."
Merasa lega mendengar itu, Keana akhirnya tersenyum senang. Untung saja Janu mengatakan roti buatannya itu enak. Kalau saja Janu mengatakan tidak enak mungkin sekarang dia sudah bingung harus membuang muka ke mana.
"Kamu mau?" tanya Janu sambil menyodorkan roti yang bekas gigitannya. Bahkan, Keana belum meng-iyakan, dia langsung menyuapkan roti tersebut ke dalam mulut Keana.
Yang disuapi itu hanya memberikan melotot tidak percaya sambil mulut yang perlahan-lahan mulai mengunyah. Dia bingung harus bagaimana sekarang. Tolong, siapa pun tolong ... ini Janu terlihat sangat tampan. Ini masih pagi, rambutnya masih agak basah. Terlebih lagi, Janu sekarang sedang menatapnya.
Semoga saja Keana tidak pingsan di sini. Jika saja Keana benar-benar pingsan, salahkah saja Janu. Semua ini karena Janu. Kenapa dia terlalu tampan? Bisakah dia itu jelek sedikit saja supaya setiap gadis yang melihatnya tidak dibuat meleleh seperti ini?
Bahkan guru-guru muda pun juga banyak yang suka melihat ketampanan Janu.
Seandainya Janu diikutsertakan dalam nominasi Top Most Handsome,, mungkin dia akan menang. Sayangnya, Janu hanya orang pinggiran biasa yang memiliki paras luar biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bastard in Love [Tamat]
Teen FictionClassy Bastard, itu nama geng kami. Bukan, kami bukan kumpulan geng motor, berandalan, atau lainnya. Bukan juga gengster yang memiliki banyak musuh dan dendam terhadap geng-geng lain. Nama itu kami buat hanya supaya terlihat mengerikan, kenyataannya...