"Weh, ngapain lo di sini?" tanya Alexi sambil berkacak pinggang setelah memastikan bahwa dugaannya benar.
Laki-laki yang dia pergoki itu langsung menelan ludah panik. Bisa-bisanya dia bertemu Alexi di sini. Sial!
"Ngapain lo?" tanya Alexi sekali lagi. "Sama cewek, pula."
"Em ... ah, lo diem aja deh, Mas!" Laki-laki itu berdiri dan mendekat pada Alexi. "Jangan bilang ke mama, ya."
"Pret. Davi, lo tadi bilang mau kerja kelompok, ternyata pacaran. Pantesan pakai baju bagus gini. Gak kurang jauh pacarannya?" Alexi mulai mengomeli adiknya yang ternyata berbohong padanya.
Tidak lama setelah itu, Natasya datang dengan wajah bingung. "Sayang, mereka siapa?"
"Apa? Sayang?" Davi mengulang salah satu kata Natasya, kemudian dia tertawa cekikikan.
"Bangsul, bukan gue doang yang bohong. Lo diem-diem juga pacaran aja sok-sokan omelin gue." Mendengar ucapan adiknya, Alexi menghela napas jengah. Dia harus pintar-pintar mencari balasan jawaban supaya Davi terlihat selalu salah.
"Ya, tapi lo masih bocil. Masih SMP gak boleh pacaran dulu, Dav!"
"Ya elah, Mas, emangnya lo sendiri dibolehin pacaran?" Davi mengeles. Wajahnya tampak santai. "Mama nggak bolehin kita pacaran, kan?"
Natasya dan pacar Davi yang menyimak adu mulut itu reflek melebarkan mata saat mendengar bahwa sebenarnya mereka tidak dibolehkan pacaran.
"Maksudnya?!" Serentak kedua gadis itu kompak meminta penjelasan atas ucapan dua bersaudara yang baru saja menjadi perdebatan.
Rasanya Alexi ingin membungkus adiknya itu dengan karung lalu membuangnya di tempat sampah. Davi tidak berguna. Selalu saja menganggu hidupnya.
"Sayang, kamu nggak boleh pacaran?" tanya Natasya.
"Boleh, kok. Davi aja yang hoax. Biasa, mulut bocil." Sebisa mungkin Alexi berbohong. Padahal dia memang belum diperbolehkan untuk pacaran. Tetapi, untuk satu hal itu Alexi tidak ingin menurut.
Kalau sudah jatuh cinta itu harus bisa memiliki. Jangan disia-siakan apa yang sudah di depan mata.
Begitu prinsip percintaan Alexi.
Dengan begitu mudahnya, Natasya mempercayai kata-kata Alexi. Hal itu membuat Alexi lega.
"Dih, kang tipu," gerutu Davi kesal karena kakaknya berhasil menipu Natasya. "Awas aja lo, Mas. Gue aduin lo!"
"Gue aduin balik. Lo masih kecil udah pacaran, di mall pula. Gue bawa balik motor lo baru tahu rasa!" Tidak ingin berpanjang lebar dengan adiknya, Alexi akhirnya memutuskan untuk meninggalkan Davi dan pacarnya itu. Alexi memilih mencari tempat yang lebih nyaman sekaligus jauh dari Davi.
¶¶¶
Malam ini Daniel tidak ada rencana apa-apa. Dia tampak bosan di ruang tamu menonton televisi bersama neneknya. Hanya ditemani drama sinetron di Indosiar kesukaan nenek dan juga obrolan-obrolan santai, rasanya Daniel sebentar lagi akan tertidur saking bosannya. Padahal, belum juga isya."Daniel." Suara dari balik pintu depan membuat Daniel dan nenek spontan menolah bersamaan.
"Eh, ada yang manggil kamu, tuh," ucap nenek sambil menatap Daniel. Segera Daniel beranjak dari tempat duduknya menuju pintu. Di tengah itu, dia berpikir-pikir suara siapa yang memanggilnya.
Suara seorang gadis. Suaranya lantang, lucu, dan menggemaskan.
Apakah---
"Keana?" Benar dugaan Daniel. Gadis yang sejak tadi dipikirkan oleh Daniel ternyata kini ada di hadapannya. Dia terlihat sangat cantik menggunakan kaos santai berwarna abu-abu dan rok hitam. "Kamu ngapain ke sini, Ken?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bastard in Love [Tamat]
Ficção AdolescenteClassy Bastard, itu nama geng kami. Bukan, kami bukan kumpulan geng motor, berandalan, atau lainnya. Bukan juga gengster yang memiliki banyak musuh dan dendam terhadap geng-geng lain. Nama itu kami buat hanya supaya terlihat mengerikan, kenyataannya...