CBIL- 20 | Kakakku Jeno

14 2 0
                                    

Flashback on

"Jelasin ke aku, Yah. Siapa Jeno?"

Setelah menghela pasrah, sang ayah akhirnya membuka mulut untuk menjawab. Meski sempat dicegat oleh ibu, dia tetap akan mengatakan yang sebenarnya.

"Jeno itu, saudara tiri kamu." Sejenak pria yang rambutnya sudah sedikit memutih itu mendekat pada Janu. "Dulu, ayah menikah dengan ibunya Jeno. Kami gak saling cinta, karena kami dijodohkan. Berusaha menolak perjodohan itu, ternyata gak bisa. Kami punya seseorang yang dicintai masing-masing. Ayah cinta sama ibu kamu, dan dia cinta sama teman sekolahnya dulu."

"Ayah sama ibu udah saling suka sebelum dijodohkan?"

"Bahkan kita berdua sudah berencana untuk menikah, Nak," sahut ibunya dengan nada yang lirih.

"Hingga akhirnya dia hamil Jeno, anak ayah. Saat itu memang ayah yang salah. Saat dia hamil tua, ayah menghamili ibu kamu yang belum menikah---"

"Terus ayah tinggalin ibunya Jeno?!" Janu tampak sedikit marah mendengar lanjutan cerita ayahnya. Dia pikir, kenapa harus sejahat itu ayahnya.

Ayah mengangguk dengan tatapan yang merendah. "Ayah tinggalkan dia, dan menikah dengan ibumu. Setelah Jeno lahir, ayah dan ibunya Jeno bercerai."

Genangan air yang sejak tadi dia tahan supaya tidak tumpah, ternyata sia-sia. Seketika air mata itu mengalir deras. Dia tidak menyangka, bahkan kehadirannya di dunia ini bisa merusak rumah tangga yang seharusnya bahagia meski tidak saling mencintai.

Seharusnya mereka mencoba untuk saling menyayangi satu sama lain, hingga perlahan akan tumbuh rasa cinta. Bukan malah meninggalkan dan menikah dengan orang lain.

"T-terus, gimana sama ibunya Jeno?" Sebisa mungkin Janu kembali bertanya, supaya lebih jelas kebenarannya.

"Dia ... ada di rumah sakit jiwa," jawab ayah kemudian mengalihkan pandangannya. Dia tidak ingin melihat wajah Janu yang sudah tidak karuan reaksinya.

"Setelah Jeno lahir, dia jadi gila. Karena---"

"Karena ayah nikah sama ibu?" tebak Janu yang dijawab dengan anggukan oleh ayah.

Tidak habis pikir. Sangat-sangat tidak disangka oleh Janu. Ayahnya yang selama ini dia kenal sebagai orang baik, ayah serta suami terbaik di dunia ternyata tidak sebaik yang dia pikirkan. Justru, baginya dia sangat-sangat jahat. Dia tega meninggalkan istrinya dan membuatnya gila. Menerlantarkan anaknya sendiri. Sementara Janu di sini, delapan belas tahun hidup bahagia dengan penuh kebohongan ini.

"Terus, Jeno hidup sama siapa?"

"Dia tinggal sama neneknya," jawab ayah lirih. Kemudian dia mengusap mata kanannya yang ternyata berair.

"Setelah ayah nikah sama ibu, apa ibunya Jeno nggak nikah sama orang yang dia suka?" Sungguh, jika Janu terus-menerus bertanya dan ingin tahu, rasanya semakin menyakitkan. Tetapi, dia harus tahu segalanya, karena dia berhak.

"Laki-laki yang dicintai ibunya Jeno itu ... meninggal tepat saat Jeno lahir."

Janu tercengang. Membayangkan semua yang terjadi. Yang menimpa Jeno dan ibunya. Sungguh, jika dia boleh meminta kepada Tuhan, lebih baik dia tidak usah dilahirkan di dunia. Daripada kehadirannya membuat orang-orang yang berhak bahagia malah menderita. Kini Janu paham, mengapa Jeno terlihat sangat marah kepadanya.

Janu tidak bisa melawan Jeno lagi. Sudah cukup penderitaan yang dia rasakan sejak lahir, dia tidak akan menambahinya lagi. Janu berjanji. Jika dia berhadapan dengan Jeno, dia tidak akan melawannya.

Classy Bastard in Love [Tamat]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang