Suasana rumah Daniel sekarang hanya sepi. Setelah pemakaman selesai, orang-orang kembali pulang ke rumah masing-masing. Kini, hanya tertinggal anggota Classy Bastard, Keana, dan kedua orang tua Yudha.
"Daniel, tante sama Om balik dulu, ya. Kamu yang tabah, kamu boleh sedih atas kepergian nenek kamu, tapi nggak boleh terlalu berlarut-larut, ya." Sedikit nasehat dari mamanya Yudha berhasil membuat Daniel mengulas senyum tipis dan mengangguk.
"Makasih, Tante, Om, udah sempatin ke sini. Makasih juga udah biayain semua proses pemakaman nenek. Daniel gak tahu harus balas pakai apa buat kebaikan tante sama om." Air matanya yang sempat kering kini kembali menetes mengingat betapa baiknya keluarga Yudha.
Kedua orang tua Yudha yang sedang bertugas di Jakarta rela langsung meluncur ke Surabaya setelah mendengar kabar dari putranya bahwa nenek Daniel meninggal dunia. Setelah ini, mereka akan kembali lagi ke Jakarta. Sebaik itu keluarga Yudha, bukan pada Daniel, mereka juga baik dan selalu menolong kepada siapa pun.
"Yudh, mama sama papa balik lagi, ya. Kamu hati-hati, bilang ke kakak kamu jangan pacaran terus. Salam buat dia, maaf ya kita gak bisa ke rumah dulu. Kita langsung balik ke Jakarta." Yudha mengangguk sambil menyalimi kedua orang tuanya.
Sebelum kedua orang tua Yudha benar-benar pergi, mereka sempat berpesan. "Kalian harus jadi penyemangat Daniel. Jangan buat Daniel semakin sedih, ya!" Dengan begitu, anggota Classy Bastard dan juga Keana yang berada di sana langsung mengangguk paham.
Daniel berjalan dengan langkah gontai memasuki rumahnya yang masih tergelar karpet di sana. Tidak mempedulikan teman-temannya bahkan Keana. Rasanya, tidak ada sedikit pun semangat yang menempel pads dirinya.
Yang ada dipikiran Daniel sekarang hanyalah dia ingin dibawa mati oleh neneknya. Dia ingin ikut neneknya ke mana pun wanita itu pergi.
Air matanya terus mengalir ketika mengingat bagaimana saat dia menidurkan neneknya di tempat peristirahatan terakhir tadi bersama Gerry, Janu, dan orang-orang lainnya tadi. Rasanya, Daniel juga ingin tidur di sana, di samping neneknya.
Sementara beberapa menit kemudian anggota Classy Bastard ikut masuk menghampiri Daniel setelah Keana lebih dulu duduk di samping laki-laki malang itu. Mereka hanya bergeming beberapa saat. Hanya saling menatap lalu berpaling.
"Malam ini lo tidur sama siapa?" Alexi mulai berbicara. "Gak mungkin lo sendirian dalam keadaan gini. Lo butuh teman."
Entah mengapa, ucapan Alexi membuat semua orang di sana langsung melayangkan tatapan pada Janu. Sementara yang menjadi pusat perhatian itu hanya diam kaku di tempat.
Janu mengerti maksud tatapan mereka yang penuh arti. Mereka ingin Daniel tinggal bersamanya untuk beberapa hari. Itu wasiat dari neneknya Daniel.
Namun, mengingat apa yang terjadi pada Daniel dan Janu, bahkan Janu belum memaafkan Daniel atas masalah yang sudah lama berkecimpung dalam geng mereka. Gerry akhirnya bersuara setelah lama menunggu jawaban dari Janu yang nyatanya hanya bisu. "Untuk sementara ini biar Daniel tinggal di rumah gue. Kalau Daniel di sini, dia pasti makin sedih karena keinget neneknya terus."
"Nggak." Semua perhatian kembali teralihkan pada Janu yang akhirnya bersuara. "Daniel tinggal sama gue. Sesuai wasiat nenek."
Daniel mengangkat kepalanya, mendongak untuk menatap Janu yang ternyata juga sedang menatapnya. Entah bagaimana perasaannya sekarang, Daniel tidak tahu. Dia tidak ingin berharap terlalu tinggi atas ajakan Janu kali ini.
Janu hanya memenuhi wasiat dari nenek, bukan berarti Janu memaafkan dan kembali menerimanya sebagai sahabat. Itu yang Daniel pikiran.
"Yakin?" tanya Arsen yang langsung diangguki oleh Janu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bastard in Love [Tamat]
Novela JuvenilClassy Bastard, itu nama geng kami. Bukan, kami bukan kumpulan geng motor, berandalan, atau lainnya. Bukan juga gengster yang memiliki banyak musuh dan dendam terhadap geng-geng lain. Nama itu kami buat hanya supaya terlihat mengerikan, kenyataannya...