Arsen berjalan dengan langkah yang santai, menuju tempat paling depan yang sudah disiapkan sebuah mikrofon di dekat meja-kursi khusus. Khusus untuk Classy Bastard.
"Perhatian-perhatian!" Suara laki-laki itu membuat seluruh atensi orang-orang di sana terfokus pada Arsen. Pun dengan anggota Classy Bastard yang semula masih menikmati makanan.
"Ngapain tuh anak?" bisik Alexi pada Gerry sambil menunjuk Arsen.
"Entah." Gerry juga bingung, pasti teman-teman yang lain juga sama seperti dia. Tidak ada yang tahu apa keinginan laki-laki itu.
"Daniel!" Semua orang dibuat terkejut ketika Arsen menyebut nama laki-laki itu dengan suara keras. Terutama Daniel dan kelima anggota Classy Bastard, mereka langsung melayangkan tatapan melotot pada Daniel.
"Sini lo." Arsen menatap Daniel dari kejauhan, melambaikan tangannya pada laki-laki berjaket hitam polos.
Daniel menghela napas panjang, pasrah akan semuanya. Alexi sempat menarik lengannya untuk mengatakan bahwa dia harus berhati-hati.
"Gue ikut lo, Niel. Kalau sampai itu anak bikin lo malu, gue ikut maju." Itu suara Janu. Dia ternyata membuntuti Daniel. Melihat itu, keempat lainnya memutuskan untuk membuntuti Daniel.
Mereka menghampiri Arsen secara bersama-sama. Berwaspada apabila Arsen akan membuat ulah lagi. Setelah semua yang terjadi, mereka tidak habis pikir jika malam ini Arsen benar-benar akan berulah lagi. Semoga itu tidak terjadi. Padahal yang menjadi akar masalah-Janu dan Daniel-sudah baik-baik saja sekarang.
Sementara Dela dan Oliv memperhatikan mereka dari samping kolam renang. Berdiri menghadap Arsen, dengan ponsel milik Oliv yang sudah siap berada di genggaman Dela.
"Dia macem-macem, gue putar video ini," gumamnya sambil mencari video yang sudah tersimpan di ponsel Oliv selama kurang lebih empat tahun lamanya.
Daniel sudah berdiri di samping Arsen sekarang, menjadi pusat perhatian semua orang yang ada di sana. Didampingi Omar, Yudha, Gerry, Alexi, dan Janu yang menatap Arsen dengan tatapan datar.
Arsen mengambil posisi di lebih dekat dengan Daniel. Merangkul pundaknya dan menghadap ke seluruh orang. Beberapa detik dia hanya diam, hanya mengeluarkan udara dari hidungnya.
Di saat itu anggota Classy Bastard sudah waspada, pikiran-pikiran negatif berdatangan. Mereka takut bahwa tiba-tiba Arsen akan memukul Daniel atau menghajarnya meski tanpa alasan yang masuk akal. Kalian tahu sendiri, Arsen itu keras kepala dan susah melupakan masalah. Sekalipun masalah itu telah selesai.
Begitupun dengan Dela yang semakin siap untuk menekan tombol putar pada video tersebut. Tatapannya tidak pernah terlepas dari Arsen. Meski berkali-kali dia mengatakan dalam hati bahwa dia akan menyesal sepenuhnya jika harus benar-benar memutar video itu.
"Lo semua tahu bahwa gue ada masalah sama nih anak beberapa hari lalu." Arsen mulai berbicara. Nadanya yang terdengar angkuh itu membuat anggota Classy Bastard mengerutkan keningnya kesal.
"Gue tahu, ini sebenarnya bukan masalah gue. Di sini gue cuma ikut campur, sebagai Arsen yang egois, keras kepala, semena-mena, dan semuanya sifat buruk yang dimiliki manusia." Namun, kalimat kedua yang terdengar bahwa Arsen memojokkan diri sendiri, mengurungkan niat Dela untuk memutar videonya.
"Ya, itu gue. Beberapa hari lalu, gue masih bercanda dan seru-seruan sama Daniel dan yang lain. Setelah itu tiba-tiba kebahagiaan itu hilang. Di sini, di rumah ini." Daniel menunduk mendengar itu. Tidak tahu apa yang akan dikatakan Arsen selanjutnya.
"Meskipun hati gue sakit karena dia khianati Janu, sahabat gue yang paling berarti buat gue." Arsen menjeda kalimatnya sejenak untuk melihat Janu yang kini menatapnya. "Tapi ternyata ada yang lebih sakit dari gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Classy Bastard in Love [Tamat]
Teen FictionClassy Bastard, itu nama geng kami. Bukan, kami bukan kumpulan geng motor, berandalan, atau lainnya. Bukan juga gengster yang memiliki banyak musuh dan dendam terhadap geng-geng lain. Nama itu kami buat hanya supaya terlihat mengerikan, kenyataannya...