TIGA PULUH DELAPAN

543 41 3
                                    

Itu yang gak nge vote punya masalah apasih? sini cerita, ahahaha

...🦋...

"Sampai detik ini, kamu masih menjadi alasan aku bertahan untuk tidak menerima siapapun yang datang"

...🦋...

Adel tersenyum ketika melihat Reygan yang mulai berjalan kearahnya. Tangan kanannya melambai ke arah cowok itu.

Dirinya merasa aneh, kenapa cowok itu tidak membalas senyumnya? Justru malah mimik wajah datar yang ia dapatkan.

Jarak mereka mulai mendekat. Kini mereka saling berhadapan satu sama lain.
Dengan refleks, Adel membenarkan dasi Reygan yang sedikit tidak rapi.

"Kebiasaan, kalau masang dasi gak pernah bener!"

"Hm, thanks"

Adel semakin mengerutkan keningnya

"Lo kenapasih? Sakit, atau gimana?"

Terdengar suara helaan nafas kasar dari Reygan

"Kemarin lo pergi kemana hm? sampai-sampai WhatsApp gue gak lo jawab, telfon gue juga gak lo angkat"

Adel terdiam. Ia masih mencoba mencerna perkataan Reygan barusan. Sepuluh detik kemudian, ia menepuk jidatnya sendiri. Ia menatap Reygan, yang kini tengah menatapnya dengan tatapan tajam.

"Mampus gue" batinnya

"Maaf Rey, gue kemarin em itu. Gu--gue ke--"

Melihat Adel yang sedang gugup, Reygan mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu. Tangan kanannya menyapu lembut helaian rambut Adel yang sedikit menutupi wajah cantiknya.

"Jawab aja yang jujur, gue gak akan marah" lembutnya.

Adel menghela nafas pelan dan mengatur nafasnya yang sedikit tidak beraturan. Mungkin kini jantungnya sudah berdebar dua kali lipat dari biasanya.

"Gue kemarin diajak main. Sorry, gue lupa ngabarin lo."

"Main sama siapa?"

"Kak Reno"

Mendengar nama itu, mata Reygan melotot tajam, seperti mau keluar dari posisi seharusnya.

Adel yang melihat sorot mata Reygan, tak berani menatap balik ke wajah cowok itu. Dirinya memutuskan untuk menundukkan kepala, dan menggenggam rok sampingnya.

"Kok lo nekat sih? Gue kan gak suka kalau lo deket-deket sama kakak kelas itu!" Tanya Reygan dengan raut wajah yang memerah padam

Adel semakin menundukkan kepalanya, dan sedikit memejamkan matanya.

"Maaf, Rey" lirih gadis itu

"Lo gak tau kan? kalau gue kemarin khawatir banget sama lo. Gue cari ke kelas gak ada, gue cari ke semua area sekolah juga gak ada. Sampai-sampai, gue nge cek kerumah lo sendiri. Tapi bunda lo bilang, Lo belum pulang"

"Sekali lagi gue minta maaf Rey, gue kemarin bosen nungguin lo lama banget, terus tiba-tiba kak Reno dateng dan ngajak gue jalan." gadis itu mulai memberanikan diri untuk menatap lekat wajah pria yang sekarang didepannya.

Reygan kembali menghela nafas kasar. Ia memejamkan matanya sebentar untuk menetralkan emosinya.

"Gue cemburu Del. Lo sekarang harus janji, kalau lo gak bakal ngulangin hal itu dua kali!"

"Iya gue janji. Entar kalau gue ngulangin, gue janji lagi ya?"

"Anjir, ya konsepnya gak gitu lah!"

"Yaelah, sensi amat hidup lo. Lagian lo kenapasih, masih aja cinta sama gue? gue jadi gak bisa move on dari lo kan!"

"Ya--gimana gue mau move on dari lo. Lo nya aja selalu ngehantuin pikiran gue setiap detik"

Adel memutar bola matanya malas

"Kenapa lo gak cari cewek lain? Kan biasanya cowok kalau udah putus sama satu cewek, pasti langsung cari pengganti"

"Gue pengen nyoba gitu sih, tapi kayaknya tetep gak bisa"

"Alasannya?" Adel kembali bertanya

"Gimana gue mau cari pengganti lain, kalau setengah hati gue aja masih di elo. ADELIA BULAN PERMATA!"

Deg

"Tuhan, makhluk ciptaanmu ini sudah dibikin terbang seseorang sampai jauh ke langit. Tolong jangan dijatuhin lagi ya, sakit soalnya" batin Adel

Makasih yang udah baca🥰
Ditunggu vote nya, oke!

Makasih yang udah baca🥰Ditunggu vote nya, oke!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bonus foto)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Bonus foto)










Reygan Dinata (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang