DUA PULUH DELAPAN

471 33 0
                                    

Drrtttt drtttttt

"Adel? Dia ngapain telfon ya?" Batin Reygan

"Siapa Rey?" Tanya Ana

"Adel mah"

"Yaudah, kamu angkat dulu sana. Siapa tau itu penting"

"Hallo Del?"

"Oke, gue kesana sekarang"

Setelah sambungan telfon terputus, Reygan segera mengambil jaket dan sepatunya di kamar

"Loh mau kemana Rey? Kan tadi baru pulang camping. Masa mau pergi lagi"

"I-itu mah, bundanya Adel masuk rumah sakit. Reygan pergi dulu ya. Assalamu'alaikum"

"Eh-- iya, wa'alaikumussalam"

Adel kini sedang berada di depan ruang IGD. Terlihat raut wajahnya yang begitu cemas. Ia sangat berharap semoga bundanya dalam keadaan baik baik saja

"ADEL"

"Rey, hiks hiks hiks bunda Rey, bunda. Aku gak tau kenapa tadi bunda tiba tiba pingsan gitu aja" tangis Adel pecah di dekapan Reygan

"Hey, tenang ya. Kita berdo'a, semoga bunda kamu baik baik aja"

"T--tapi aku takut"

"Gausah takut, kan ada aku sayang"

Ceklekk, suara pintu IGD terbuka

"Dok, gimana keadaan bunda saya? Bunda saya gapapa kan? Baik baik aja kan?"

"Sstttt. Del, tenang ya. Sabar dulu"

"Mohon maaf, kalau bunda kamu harus segera dioperasi. Karena penjepitan syaraf tulang belakangnya sudah lumayan parah"

"A-apa dok? Operasi? Tapi saya belum punya biayanya dok. Kalau boleh tau, biayanya boleh dicicil apa enggak?"

"Mohon maaf, untuk biaya tidak bisa dicicil. Karena ini sudah ketentuan dari pihak rumah sakit" jelas dokter

"Biaya operasinya sekitar berapa dok?" Tanya Reygan

"Sekitar 15 jutaan mas"

"Emm, operasinya segera dilaksanakan aja dok. Untuk biaya biar nanti saya yang tanggung"

Adel melihat ke arah Reygan dengan tatapan se olah-olah mengartikan 'jangan'. Tapi Reygan tidak memperdulikan hal itu.

"Baik mas, kami akan mempersiapkan jadwal operasi nya. Kalau bergitu saya permisi dulu"

"Rey, harusnya kamu tadi gak ngelakuin itu. Aku kan gak mau ngrepotin orang lain"

"Udah gapapa. Yang penting bunda kamu sembuh. Kamu juga mau hal itu kan?"

"Makasih ya, karena kamu udah ngebantuin aku. Aku janji, kalau ada uang nanti, aku bakal ganti semuanya"

"Ssstttt" Reygan menempelkan jari telunjuknya di bibir mungil Adel.

"Gausah ngomong gitu, kan udah kewajiban aku."

"Tapi aku tetep ngerasa gak enak Rey."

"Ahha, biar enak, gimana kalau kita nikah"

"What?? Apaansih Rey, gak nyambung tau gak! Apa hubungannya sama nikah"

"Iya juga ya. Tapi nanti kalau nikah sama aku mau kan?"

"Enggak"

"Yahhh, masa gak mau sih?"

"Enggak mau nolak maksutnya"

"Aaaaaaa beneran mau? Oke fiks! Nanti sehabis lulus SMA kita nikah ya"

"Heh ngawur! Kerja dulu, baru nikah"

"Itumah kecil. Kan nanti aku kerja di perusahaan nya papa. Kalau kamu gausah kerja, nanti kamu tugasnya ngurusin aku  dan sama anak anak kita nanti" Reygan manaik turunkan alisnya"

Dengan cepat, Adel menggeplak lengan kanan Reygan kencang. "Apaansih, gajelas deh!"

"Hahahaha. Bercanda doang. Tapi kalau serius juga gapapa sih". Oiya, aku ke administrasi dulu ya, buat ngurus pembayaran nya"

"Iya, hati-hati sayang"

"Owhhh jadi udah berani manggil sayang nih?" Reygan mencubit kedua pipi Adel

"Ihhh sakit. Sana! Katanya mau ke administrasi. Nanti kalau suster nya cantik, jangan digodain loh! Awas aja kalau berani godain dan tebar pesona sana sini!"

"Ya enggaklah. Kalaupun susternya ngelirik atau suka sama aku, itumah wajar. Aku kan ganteng"

"Iya, ganteng kalau dilihat dari dalam sungai Amazon! sana pergi."

"Iya-iya. Pacarnya Reygan jangan galak galak dong, entar cepet tua loh. Nanti kamu tunggu disini, dan jangan kemana-mana sebelum aku balik lagi"

"Iya bapak negara yang bawel"

Reygan Dinata (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang