EMPAT PULUH TIGA

451 36 12
                                    

🦋SELAMAT MEMBACA 🦋

"Akhirnya lo bisa jadi milik gue, Rey."

Reygan mengeluarkan senyum smirk nya.

"Gak semudah itu, cewek setan!"

BRUKKKK

"Awshhh, sial!"

Reygan mendorong tubuh Alana dengan kencang. Sampai-sampai, gadis itu sedikit terpental jauh darinya.

"ADEL, AYO LARI!!!"

Alana bangkit. "KALIAN, KEJAR MEREKA!" perintah Alana kepada anak buahnya.

Reygan selalu setia menautkan pergelangan tangannya ke tangan mungil milik Adel. Mereka mencoba berlari sekencang mungkin, agar terhindar dari kejaran anak buah Alana.

"Rey, gu--gue capek." lirih Adel.

"Gue gendong ya?"

Adel tersenyum tipis. "Lo masih perhatian sama gue?"

"Ngomong apa sih lo? ya jelas lah gue perhatian sama lo. Kan elo adalah orang yang spesial di hati gue.

Adel terkekeh dan mencubit pinggang Reygan dengan kencang. "Gausah gombal deh!"

"Sedikit gapapa kan?"

"HEY KALIAN, BERHENTI!"

"Gawat, mereka makin deket. Ayo Del, lari!"

Reygan menarik tangan Adel kembali. Gadis itu hanya pasrah dan mencoba sekuat tenaga supaya kuat untuk berlari. Namun, di pertengahan jalan, ia terpaksa berhenti karena sudah terlalu lelah.

Bibir yang tadinya merah, berubah menjadi pucat pasi. Keringat bercucuran di sekujur tubuhnya.

Adel membungkuk dan menopang tangannya di kedua lutut.

"Del, lo masih kuat kan?"

Adel mengangguk pelan.

"Atau kita istirahat dulu ya?"

Adel mendongak. "Gak usah. Kita lanjut aja, takutnya mereka semakin deket."

Tiba-tiba dari arah kiri, terdapat truk besar yang melaju tidak karuan. Sepertinya truk tersebut hilang kendali.

"REY, AWAS!!!" Adel berteriak.

Citttttttt

BRAKKKK

"ADEL!!!"

Saat truk itu mendekat ke arah keduanya, Adel mendorong tubuh Reygan dengan kencang, hingga cowok itu jatuh tersungkur di pinggir jalan.

Adel merasakan benturan keras yang menghantam tubuhnya. Ia terpental sangat jauh. Semua organ tubuhnya seolah-olah mati rasa. Dan tulang rusuknya seakan-akan patah dalam sekejap mata.

Gadis itu masih mencoba membuka kedua matanya, walau darah segar banyak bercucuran di sekujur tubuhnya.

Reygan menopang kepala Adel yang sudah berlumuran darah. Ia tak perduli bercakan darah yang menempel di baju bersihnya.

"Del, gue--gu--gue telfon ambulance bentar ya. Lo harus kuat. Lo gak boleh tinggalin gue!" Reygan mencoba menahan butiran kristal yang sudah menggenang di kedua mata indah nya.

Adel tersenyum singkat. "Gausah Rey. Per--percuma."

"Enggak! Bentar, gue telfon ambulance dulu."

"Halo? Halo mas? Cepet bawa ambulance ke sini. Di jalan ******"

Titttttt

Sambungan telfon terputus.

"Rey, bi--biarin gu--gue pergi ya?"

Reygan Dinata (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang