.
.
.Assalamu'alaikum semua!!
Selamat membaca-***
Tok tok tok!
Seisi kelas kompak menoleh ka arah pintu yang barusaja diketuk. Begitu pula Pak Yanto sebagai guru ekonomi yang sedang menulis di white board depan kelas.
"Permisi pak, apakah saya boleh masuk?" tanya orang yang mengetuk pintu tersebut.
Reygan yang sedang melamun di pojok kelas, mengalihkan pandangannya kearah pintu. Suaranya tidak begitu asing ditelinga Reygan. Ia juga sangat terkejut bukan main.
"A--adel?" Monolognya yang terus memandang perempuan itu secara rinci. Ia menepuk-nepuk pipinya berharap ini adalah sebuah mimpi. Bagaimana mungkin orang yang sudah meninggal bisa hidup kembali?Tak hanya Reygan. Ketiga temannya yang tak lain adalah Barra, Garrel, dan juga Ocha juga sama-sama terkejut melihatnya. Barra dan Ocha saling pandang satu sama lain. Sedangkan Garrel masih melongo terhadap apa yang barusaja ia lihat.
"Oh, kamu Viona murid baru pindahan dari Jogja ya? Ayo silahkan masuk." kata Pak Yanto.
"Viona?" gumam Reygan.
Viona memasuki ruang kelas, berjalan kearah Pak Yanto yang menyambutnya dengan ramah. "Silahkan perkenalkan diri kamu." titah Pak Yanto. Viona tersenyum dan akan memperkenalkan dirinya.
"Perkenalkan, nama gue Viona Aza Kanifa, pindahan dari universitas yang ada di Jogja." singkatnya yang tak lepas dari senyuman para kaum Adam yang ada di kelas.
"Cantik banget sih. Boleh minta nomor WhatsApp nya gak?" ucap salah satu laki-laki yang duduk di bangku tengah.
"Username Instagram juga boleh tuh." sahut teman sebangkunya.
"Kalau jomblo, mau jadi pacar gue gak?" tawar cowok yang duduk di bangku depan.
Reygan menatap tak suka kepada cowok yang seakan menggoda Viona. Entah apa yang dia rasakan, ia merasa kalau Viona adalah Adelia. Istirahat nanti mungkin dia akan mencoba mengobrol dengan Viona.
Sedangkan Viona tidak menjawab ketiga cowok itu. Ia hanya melirik sekilas dan kembali setia dengan tatapan serta wajah datarnya.
"Viona, silahkan kamu duduk di bangku yang kosong." Viona mengangguk ke arah pak Yanto. Kemudian ia berjalan ke arah bangku yang terletak dekat dengan bangku Ocha. Karena itulah satu-satunya bangku yang kosong.
Ocha mengeluarkan senyum sumringah nya ke arah Viona. Hatinya begitu gembira saat melihat sahabatnya kembali. Walaupun di lubuk hati yang paling dalam, dia melihat Viona adalah orang yang hanya mirip dengan raut wajah sahabatnya, Adel. Tapi apa salahnya Ocha menganggap Viona adalah seorang Adelia? toh, untuk mengobati rasa kerinduan saja.
Viona menatap aneh ke arah Ocha yang tersenyum sumringah ke arahnya dengan mata yang berbinar. "Aneh." ucap Viona di dalam hati.
°°°
Bel tanda istirahat sudah berbunyi. Reygan segera beranjak dari tempat duduknya setelah pak Yanto keluar dari ruang kelas.
"Mau samperin dia?" tanya Barra yang seakan tahu apa yang akan dilakukan Reygan. Reygan mengangguk. Ia berjalan ke arah bangku Viona. Diikuti Barra dan Garrel yang ada dibelakangnya.
Viona mengangkat satu alisnya ketika tangan kirinya dipegang oleh Reygan. Cewek itu berdiri dan langsung menepis tangan Reygan dengan cepat. "Jangan pegang-pegang!" ketusnya.
Reygan tak memperdulikan hal itu. Tanpa aba-aba, Reygan langsung memeluk Viona dengan erat. "Adel, aku rindu kamu. Selama satu tahun aku nunggu kamu, dan akhirnya kamu datang kembali di hidup aku." ucapnya dengan tulus.
Karena merasa risih, Viona mendorong tubuh Reygan ke belakang, sampai cowok itu hampir terjatuh jika Garrel tidak menahan tubuhnya.
Reygan mengamati raut wajah Viona yang begitu mirip dengan gadisnya. Dari matanya, hidungnya, bibir, pipi, semua pahatan 99,9 persen sangat begitu mirip.
"Lo Adel kan? gue Ocha, sahabat lo."
Viona mengernyitkan dahinya, tidak mengerti maksud perkataan Ocha barusan. "Adel?"
"Iya. Lo Adel kan? jangan pura-pura lupa deh!"
"Sorry, gue Viona. Dan gue gak kenal yang namanya Adel itu. Mungkin kalian salah orang."
"Kamu bohong!. Pasti kamu cuman pura-pura. Iya kan? Jelasin semuanya kenapa kamu bisa hidup lagi?" tanya Reygan meluapkan isi pesan pikirannya.
Barra dan Garrel hanya menyimak obrolan itu.
Viona semakin tidak mengerti apa yang dimaksud dari Reygan. Dengan wajah juteknya, Viona menjawab dengan penuh penekanan "Gue Viona!" ucapnya sekali lagi.
Reygan dengan cepat menggeser tubuhnya untuk menghalangi langkah Viona yang hendak pergi. Ia menghela nafas berat. "Sorry, kalau kita kira elo adalah Adel."
Viona tidak menanggapi hal itu. Ia bergegas melangkahkan kakinya pergi keluar kelas.
"Kalau dia bukan Adel, kenapa tadi pas gue peluk rasanya masih sama seperti dulu? nyaman." ucap Reygan dalam hati.
.....

KAMU SEDANG MEMBACA
Reygan Dinata (End)
RomanceGenre : fiksi remaja, romansa. "Harga diri lebih penting daripada segala materi."- Adel. "Apa yang gue mau, harus gue dapetin!"-Reygan. Semesta mempertemukan mereka sehingga terlibat dalam skenario Tuhan. Apakah keduanya saling punya rasa? dan apaka...