TIGA PULUH

494 35 0
                                        

Hari Minggu. Waktu dimana seseorang bersantai setelah melakukan aktivitas seharian penuh, baik itu bekerja ataupun belajar.

Adel ditemani sahabat setianya, Ocha. Mereka bergegas ke rumah yang ber mension Dinata. Tapi sayang, orang yang Adel cari ternyata tidak ada disana.

"Owhhh gak ada ya tan?"

"Iya, tadi pagi dia udah pergi ke tempat tongkrongannya. Tante juga gak tau, dia pagi pagi disana ngapain" jelas Ana.

"Yaudah tan, Adel nyusul Reygan kesana aja. Adel pamit ya, Assalamu'alaikum"

"Ocha juga ikut pamit ya tante"

Disisi lain, Reygan bersama teman-temannya sedang berada di markas Rajawali. Sesekali Reygan menghirup rokok elektrik yang ia bawa.

"Gimana? Jadi gue menang taruhannya kan?"

"Iya deh iya, yang udah taklukin hati Adel."

What? Jadi selama ini Reygan hanya--pura-pura?

"Apasih yang enggak bisa gue lakuin. Bahkan 100 cewek pun bakal gue jabanin dalam waktu satu hari" sombong Reygan.

"Cih, lo naklukin hati Adel aja sampai berminggu-minggu tuh"

"Bodo amat! Yang penting gue berhasil menangin taruhannya. Sekarang, sini kunci motor lo berdua!"

"Yah Rey, ini motor kesayangan dari bapak gue. Masa mau lo ambil sih, Lo gak kasihan sama gue?" Ucap Barra.

"Kan yang mau ngasih motor elo sendiri. Jadi ya udah nasib lo"

Barra hanya mendengus kesal.

"Oiya Rey, terus Adel mau lo putusin kapan?" Kini Garrel mulai bertanya

"Entar, gampang"

"Gausah nunggu nanti. Biar sekarang gue yang akan mutusin Lo!" ucap seseorang yang muncul dari balik pintu.

"Adel?"

Yap! Sedari tadi, Adel telah mendengar percakapan ketiganya. Ia tidak pernah menyangka bahwa Reygan hanya menjadikannya sebagai bahan taruhan.

Ia berusaha kuat, ia gak mau terlihat lemah di depan orang lain. Apalagi di depan orang yang kini sudah menyakiti hatinya.

"Hebat ya Lo, selamat! Selamat karena lo udah menangin taruhannya"

"Del, gue bisa jelasin semuanya"

"GAK ADA YANG PERLU DIJELASIN REY! KARNA SEMUA UDAH JELAS! DAN MULAI SEKARANG, KITA BUKAN APA-APA LAGI. KITA P U T U S!!" Adel sudah tersulut emosi.

"Gak Del, lo salah paham. Plisss dengerin gue."

Reygan memegang kedua tangan Adel. Akan tetapi dihempas sang empu begitu saja.

"Cih, masih mau nyari alasan apa Lo? Alasan lo udah terlalu basi untuk gue denger Rey!"

"Gu--gue mohon, pliis dengerin gue dulu ya?"

"Sorry, gue terlanjur benci dan muak sama lo. Bahkan mulut gue ini pun terlalu lembut untuk ngucap kata brengsek untuk lo! dan jangan harap kita akan bersama lagi. Anggap aja, kenangan yang udah lo ukir di hati itu gue gak pernah ada!"

Setelah mengucapkan hal itu, Adel langsung melenggang pergi dari markas itu. Ia sudah muak dengan semuanya. Kini, ia hanya butuh ketenangan.

"PUAS LO? PUAS, HA? Meskipun Lo adalah sepupu gue, tapi gue bener bener kecewa sama lo Rey! Adel udah mulai jatuh cinta sama lo, tapi apa balasannya? Lo malah khianatin dia gitu aja. Bener kata Adel, Lo adalah cowok brengsek yang pernah gue kenal!"

"Sorry Cha, gu--gue nyesel ngelakuin ini. Dan gue gak ada maksud buat nyakitin hati Adel. Pliss, kali ini aja lo percaya sama gue.

Ocha mengeluarkan senyum smirknya. "Sadar Rey, sadar! Lo udah nerbangin hati cewek, terus lo jatuhin gitu aja. Lo kira hati cewek itu game yang setiap saat bisa lo mainin? ENGGAK! sama sekali enggak Rey!"

"Dan satu lagi. Jangan harap, Adel bisa nerima kata maaf yang keluar dari mulut busuk lo itu."

.....

Reygan Dinata (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang