LIMA PULUH

321 17 0
                                    

"Mencoba untuk lebih dekat"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mencoba untuk lebih dekat"

***

"Viona, tunggu!"

Suara panggilan itu membuat Viona berhenti melangkah menuju kantin. Dirinya menoleh ke arah sumber suara, mengetahui panggilan itu berasal dari Ocha.

"Lo mau ke kantin kan?"

"Iya."

"Gue boleh ikut gak?"

Viona terdiam sebelum ia mengangguk.

"Yaudah, yuk!" gerakan tangan yang tiba-tiba membuat Viona sedikit terkejut. Ocha menarik pelan pergelangan tangan Viona menuju kantin.

Tak ada topik pembicaraan diantara mereka berdua. Selama perjalanan menuju kantin, keduanya hanya diam, fokus dengan langkah kaki mereka masing-masing.

Suasana kantin yang begitu ramai membuat keduanya berjinjit mencari bangku kantin yang kosong. Sampai akhirnya, sorot manik mata Ocha menemui tempat meja Reygan dan Garrel yang masih tersisa dua tempat duduk. "Kita duduk disitu yuk!" Ocha kembali menarik pergelangan tangan Viona, tanpa menunggu jawaban Viona terlebih dahulu. 

"Hay, boleh gabung disini gak?" kata Ocha sembari menarik satu kursi.

"Gabung aja Vi." jawab Garrel dengan ramah. Viona tersenyum kikuk.

"Heh, garong! kan yang ngomong tadi gue. Ngapain lo senyumnya kearah Viona?!" ucap Ocha tak terima.

"Maaf, anda siapa? situ kenal saya?"

Ocha merotasikan bola matanya malas. "Kalau bukan di sekolah, udah gue mutilasi lo!" 

Garrel sedikit bergedik ngeri. "Ihhh, atut. Ayang Viona, AA Garrel takut." 

Dengan geram, Ocha mengambil botol kecap yang ada didepannya, dan dengan teganya melempar botol kecap tak bersalah itu kearah wajah Garrel. Tapi dengan beruntungnya, Garrel dapat menangkap lemparan botol kecap tersebut.

"Gak kena, wlekk!" Garrel menjulurkan lidahnya.

"Dasar anak anj-"

Ucapan Ocha terpotong ketika telapak tangan Reygan menutup rapat mulutnya terlebih dahulu. "kalau lo ngomong kasar, gue akan aduin lo ke Barra." ucap Reygan sembari melepas telapak tangannya.

Ocha hanya diam. Barra memang akan marah jika mengetahui Ocha bicara kasar ke orang lain. Kalau sampai cowok itu mengetahui nya, pasti dirinya langsung dimarahi habis-habisan. Padahal, Ocha juga sering denger cowoknya itu ngomong kasar.

Ocha hanya menatap nyalang Garrel. "Awas lo!"

"Ahahahaha, takut sama suami lo?"

"Ihihihi, tikit simi siimi li" cibir Ocha.

"Udah deh! kalian ribut mulu. Gak enak tuh sama Viona!" Reygan menatap Viona. "Sorry ya Vi, temen-temen gue ini emang hobinya bikin rusuh."

"Iya, santai aja." jawab Viona.

"Eh-" Ocha menggantungkan topik pembicaraannya.

"Minggu depan sekolah kita ada prom night pemilihan raja dan ratu kampus kan?"

"Oiya, gue sampai lupa. Mana gue belum ke salon lagi. Gue kan harus tampil ganteng maksimal. Gue nanti mau potong rambut sekalian lah." heboh Garrel terhadap dirinya sendiri.

"Lo cowok njir! gausah ke salon segala! mau jadi bencong lo?"

"Gak gitu Rey. Gue kan mau tampil maksimal di malam Minggu nanti. Siapa tau ada cewek yang kepincut sama gue." Garrel menyugar rambutnya ke belakang.

"Dih, lo mau dandan atau mau pakek pakaian jas sekalipun gak akan ada cewek yang mau sama lo!"

"Iri aja lo! gue itu selalu meminta jodoh kepada Tuhan di setiap do'a sepertiga malam!"

Mendengar hal itu, Ocha yang tadinya sedang meminum teh es milik Reygan langsung menyembur teh es yang ada didalam mulutnya ke sembarang arah. "LO KRISTEN, BEGO!"

"Lah, gue kan udah mualaf, njir!"

Semua yang ada dimeja itu melebarkan bola mata tak percaya.

"HEH! BENERAN LO MASUK ISLAM?" pekik Reygan tak percaya.

Garrel mengupas kulit kacang, lalu memasukkan isi kacang kedalam mulutnya. "Yoi, kemarin gue udah sah masuk Islam."

Ocha bertepuk tangan takjub. "Daebak! kok lo gak bilang-bilang sih?"

Garrel menaikkan satu alisnya. "Lo siapa gue? temen gue?"

Ocha merubah mimik wajahnya menjadi datar. Gadis itu mulai menggulung lengan bajunya sebatas bahu. "maju sia kadieu goblog-"

Cewek itu lalu berdiri itu dan menggebrak meja dengan keras. "Tolol!"

Garrel melempar kulit kacang yang ia makan ke wajah cantik Ocha. "HUH, EDAN!" ucapnya sambil bertepuk tangan.

Reygan menggeleng-gelengkan kepala. "Astaghfirullah, sabar."

***

"Hay?!"

"hm"

"Cuek amat mbaknya."

Viona meletakkan benda pipih yang ada ditangannya di meja didepannya. "Kenapa?" 

"Gue mau lo terima ini." ucap Reygan sembari memberikan satu kotak besar warna biru kepada Viona.

"Ini-"

"Jangan dibuka sekarang. Lo buka nya dirumah aja...biar surprise."

"Tap-"

"Udahlah Vi. Terima aja. Rezeki gak boleh ditolak." ucap Ocha yang sedari tapi memperhatikan interaksi Reygan dan juga Viona.

Viona sedikit menyunggingkan bibirnya. "makasih."

Reygan mengangguk. "Sama-sama. Gue pergi dulu." pamitnya setelah mengacak-acak puncak rambut Viona dengan gemas.

Napas Viona seperti tercekat. Antara mau marah karena rambut nya yang berantakan, atau malah senang karena mendapat perlakuan manis dari Reygan. Tapi dengan cepat, Viona langsung merubah raut wajahnya kembali menjadi datar. 

"Itu kalau mau senyum, senyum aja neng. Jangan ditahan. Kalau ditahan, nanti bisa keluar dari belakang loh!" goda Ocha yang mendapat tatapan sinis dari Viona.

...

Reygan Dinata (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang