EMPATPULUHTUJUH

220 24 0
                                    

.
.
.

Pencet bintangnya yuk🥺.

***
Sepulang sekolah, Reygan sudah berdiri di depan gerbang. Sebenarnya cowok itu sudah mengajak Viona untuk pulang bersama. Tapi gadis itu malah menolak dan langsung pergi keluar kelas ketika bel pulang sudah berbunyi.

Reygan mengambil jalan pintas supaya bisa sampai gerbang sekolah terlebih dahulu. Reygan menegakkan tubuhnya ketika sudah melihat Viona yang berjalan mendekat ke gerbang sekolah.

Ketika mengetahui Viona yang berniat mengabaikannya, dengan cepat Reygan menggeser tubuhnya untuk menghalangi langkah cewek itu. Viona menatap Reygan dengan tatapan sinis.

"Gue udah bilang berapa kali sih? kalau gue itu Viona, bukan Adel!" ketus gadis itu.

"Enggak Vi, gue gak bahas itu lagi kok."

"Terus?"

"Gue mau antar lo pulang."

Tanpa menunggu jawaban dari Viona, Reygan langsung menarik tangan Viona dan berjalan ke arah motor miliknya.

"Gue bisa pulang sendiri!" ucap Viona menjauh dari motor Reygan.

"Viona, tunggu!" panggil Reygan. Tetapi cewek yang dipanggilnya tidak menoleh sama sekali.

Reygan tidak tinggal diam. Ia langsung menyalakan mesin motornya dan menancap gas untuk menyusul kepergian Viona.

Reygan mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Viona, tetapi ia tidak juga menemukan keberadaan cewek itu.
Sementara dari tempat persembunyiannya, Viona mengamati Reygan yang sedang menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. "Syukurin. Siapa suruh ngikutin gue"

"Neng geulis!"

Viona mengalihkan pandangannya dan menoleh ke arah sumber suara yang baru saja memanggilnya.

Tiga detik Viona mengamati orang itu dari atas sampai bawah yang berpenampilan seperti--"AAAAAA ORANG GILA!!" Viona terkejut karena yang memanggilnya tadi adalah sosok orang gila dengan rambut gimbal acak-acakan serta mempunyai gigi yang ompong.

Mendengar teriakan itu, mati-matian Reygan menahan tawa ketika melihat Viona yang dikejar-kejar orang gila. Tawanya pecah sehingga mengundang atensi semua orang  yang ada disana.

Tawa Reygan baru berhenti ketika Viona yang berlari kearahnya sambil menangis seperti anak kecil yang merengek meminta es krim kepada ibunya. "Please, tolongin gue. Gue takut." ucap Viona yang bersembunyi dibalik tubuh jangkung Reygan.

"Pacar aku, pacar aku. Sini dong, sama aa" orang gila itu tidak henti-hentinya menggoda Viona. Viona semakin mempererat pelukannya kepada Reygan.

"HEH! CECEP!" panggil Reygan kepada orang gila itu.

"Minggir! aku mau bawa pacar aku pulang."

"Emang ini pacar lo? orang ini pacar gue."

"Bohong! Itu pacar aku!"

Reygan memutar bola matanya malas. Ia beralih merogoh saku celananya dan mengambil dompet kulit miliknya.

"Nih! gue kasih lo uang, tapi lo pergi dari sini." ucap Reygan sambil menyodorkan uang dua puluh ribu.

Orang gila itu menggeleng. "Gak mau! aku maunya uang yang itu." Jarinya menunjuk uang di dalam dompet Reygan yang berwarna merah.

Dasar, orang gila mata duitan!

"Matre juga lo?! ok! gue akan kasih uangnya, tapi lo harus pergi dari sini ya cep?!"

Orang gila itu mengangguk dan langsung pergi bersamaan ketika Reygan memberikannya uang berwarna merah satu lembar.

Reygan melirik Viona yang masih memejamkan matanya rapat. "Pelukannya nyaman banget ya Vi? sampai-sampai lo gak mau ngelepas." celetuk Reygan.

Menyadari apa yang sedang dilakukannya, Viona langsung melepaskan rangkulan tanganya dari pinggang Reygan. "Gausah ge-er lo!"

Reygan yang masih menerima sikap jutek Viona, mendekatkan wajahnya dan terus menatapnya dengan tatapan tajam ke arah gadis itu.

Glek! Viona menelan ludahnya dengan susah payah. Keringat dingin mulai memenuhi keningnya. Reygan berada beberapa centi dari jangkauan wajahnya, hampir menyentuh hidung mancungnya.

Tanpa wajah berdosa, Reygan menyentil dahi Viona dengan keras. "Gak tau terimakasih banget lo!"

Viona menghela nafasnya berat. "Iya-iya, makasih."

"Gue gak butuh kata makasih lo."

"Lah? tadi kan lo nyuruh gue bilang makasih!"

"Lo harus bayar. Di dalam kamus gue gak ada yang gratis!"

"Lo mau uang berapa?" singkat Viona sambil membuka resleting tas untuk mengambil dompetnya.

"Gue gak mau uang."

Viona kembali berdecak kesal. "Terus mau lo apa?!"

"Kembali ke tawaran awal gue tadi. Kalau lo!" tunjuk Reygan ke arah Viona. "harus pulang bareng gue!"

"Gak! gue gak mau!"

"Kalau lo gak mau, gue akan panggil orang gila itu tadi supaya ngejar-ngejar lo lagi."

"Eh-eh jangan dong! Iya-iya, gue mau pulang bareng lo. PUAS?!"

Reygan tersenyum kemenangan. Akhirnya usahanya tidak sia-sia.

.....

Reygan Dinata (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang