2

906 69 0
                                    

Eunha dan Daejung membelah pekatnya malam. Mengabaikan sejenak hawa dingin yang datang karena Korea sudah memasuki musim gugur. Keduanya memutuskan untuk menyewa motel untuk mengistirahatkan tubuh mereka.

Jam sudah menunjukkan pukul tiga dini hari. Eunha masih saja terjaga tanpa bisa memejamkan kedua matanya untuk waktu yang singkat saja. Otaknya penuh dengan pikiran-pikiran kacaunya yang terus saja berputar di kepalanya. Bagaimana kelanjutan hidupnya esok hari? Jika malam ini dia bisa beristirahat di mini hotel ini, bagaimana dengan besok? Uang miliknya tidak akan cukup untuk menyewa motel dalam waktu yang lama. Eunha pun tak ingin membebani sang Ibu.

"Tentang dimana aku akan tinggal besok, biar ku pikirkan nanti, sekarang yang penting adalah bagaimana caranya agar Ibu segera kembali ke Seoul, jadi Ibu tidaj perlu memikirkan dimana kita akan tinggal besok...."

"....maafkan aku Bu, aku masih saja menjadi beban untuk Ibu..." Ucap Eunha dalam hati. Gadis itu tak henti-hentinya menatap raut wajah sang Ibu yang terlelap dalam tidurnya. Air matanya pun bergulir seiring perasaan sesak yang tiba-tiba menghantam manakala dia mengingat tentang perjuangan sang Ibu menjaga dan merawatnya semenjak dia kecil. Eunha berangan-angan, suatu hari nanti dia akan mewujudkan keinginan terbesarnya, membawa serta Ibunya dalam kebahagiaan yang sesungguhnya, membalas ribuan perjuangan yang telah di laluinya. Meski pepatah mengatakan tidak akan bisa seorang anak membalas perjuangan kedua orang tuanya, namun Eunha yakin dia akan dapat menggapai bahagia itu bersama sang Ibu.

Dalam lamunannya, Eunha di kejutkan oleh suara deringan ponsel milik sang Ibu. Lantas gadis itu mengusap air matanya dengan cepat dan memejamkan kedua matanya berpura-pura tengah tertidur pulas. Terdengar suara Daejung yang merancu kesal karena tidurnya yang terganggu oleh sebuah panggilan telepon.

"Yeoboseyo..." ucap Daejung dengan suara paraunya.

"...."

"Sudah Nyonya, acaranya sudah selesai tadi sore"

"...."

"Baik Nyonya, saya akan segera kembali, tapi Nyonya-" Daejung menjeda ucapannya, melirik sekilas Eunha yang pura-pura terlelap. "...bolehkah saya membawa serta anak saya ke Seoul? Kami sedang mengalami masalah dan kami tidak memiliki tempat tinggal lagi, saya janji tidak akan merepotkan Nyonya dan keluarga, saya hanya meminta izin untuk anak saya agar dia bisa ikut tinggal bersama saya di rumah Nyonya, saya pastikan anak saya akan berperilaku baik dan akan membantu pekerjaan saya di rumah Nyonya" lanjut Daejung dengan nada bicara yang membuat Eunha mati-matian menahan sesak karena air mata yanh ingin segera tumpah.

"...."

"Sungguh?! Terimakasih banyak Nyonya, terimakasih banyak.." suara Daejung berubah riang manakala mengetahui sang majikan mengizinkannya untuk membawa serta Eunha. Wanita itu mengucap syukur karena dirinya tak lagi risau jika dia kembali ke Seoul dan meninggalkan Eunha seorang diri di Daegu tanpa tempat tinggal seperti ini. Terlebih Eunha masih belia dan belum memiliki pekerjaan untuk membayar sewa rumah yang tergolong mahal.

Eunha yang diam-diam mendengar apa yang di ucapkan sang Ibu pun menghela napasnya dengan perlahan,  menetralkan sesak di dadanya dan berusaha untuk tetap tenang agar sang Ibu tidak menaruh curiga padanya. Gadis itu merasa lega, dia tidak akan kebingungan lagi mencari tempat untuk tinggal. Namun di sisi lain hatinya, Eunha kembali meruntuku dirinya sendiri, lagi-lagi dia harus menjadi beban untuk wanita terhebatnya itu.

🍂🍂

Eunha telah berada di stasiun Dongdaegu, bersandar pada sebuah pilar menunggu kereta yang akan mengantarnya ke Seoul. Kedua matanya melihat kesana-kemari mencari Lim Minji sabahat karibnya yang berjanji akan menyusulnya ke stasiun. Sejak Ibunya memberitahu bahwa keduanya akan pergi ke Seoul, Eunha dengan cepat memberi kabar kepada Minji untuk berpamitan.

SO FAR AWAY [M] 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang