2.

669 275 167
                                    

Sedari tadi Alya menatap ponselnya dengan kesal, sudah setengah jam lebih, sejak ia memesan ojek online namun masih belum kunjung datang. Gerutuan kecil mulai keluar dari mulutnya. Ia menyapu pandang keadaan sekitar dan menyadari jika sekolahnya sudah benar-benar sepi.

Ia menyesal sudah menolak tumpangan Aryan yang sudah berniat mengantarnya pulang, ia menolak karena mengetahui jika Aryan sudah ada urusan dengan bundanya. Ia tidak enak hati jika mengganggu urusan laki-laki itu.

Tinn...

Suara klakson tib-tiba terdengar dan mobil berwarna hitam mendekatinya. Ia menatap mobil itu sejenak dan sudah tahu siapa pemilik mobil tersebut.

"Masuk!" ucap seseorang setelah menurunkan kaca jendela mobilnya.

Alya sudah menduga jika kedua orang tuanya pasti berusaha untuk mendekatkannya dengan kakak tirinya itu. Karena Alya sudah lelah berdiri akhirnya mau tidak mau ia pulang dengan Dion.

Dion menatap Alya sekilas. "Gue disuruh bokap, dia khawatir sama lo." ucapnya singkat.

Alya hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah Dion. Detik berikutnya mobil melaju dengan kecepatan rata-rata dan hanya ada keheningan di dalam mobil tersebut. Keduanya sama-sama bungkam. Untuk mengurangi rasa bosannya Alya memainkan ponsel dan berselancar menjelajah aplikasi instagram.

Alya menatap keluar jendela namun ia bingung karena arah mobil itu berbelok bukan ke arah rumahnya. "Mau kemana lo, ini bukan arah rumah gue," teriak Alya.

"Nyokap nitip kue di toko langganannya."

Alya hanya ber-oh ria, ia lega karena Dion tidak berniat untuk macam-macam dengannya. Ia sempat berpikir yang tidak-tidak, bagaimanapun Dion bukan kakak kandungnya bisa saja, ah sudahlah, lupakan.

"Gue juga pilih-pilih kali," ucap Dion ketus.

"Heh, maksud lo apa, hah?"

Dion menghela napas. "Gue nggak yakin cewek kayak lo nggak paham sama omongan gue barusan."

Alya menatap Dion tajam, bisa-bisanya ia mengetahui apa yang tengah ia pikirkan. Mungkin orang satu ini tingkat cenayangnya tinggi, pikirnya.

Jam makan malam sudah Alya lewatkan karena tugas sekolahnya yang menumpuk, mengingat deadline tugas besok dan masih beberapa mata pelajaran lagi yang belum ia selesaikan.

Bunyi perutnya yang sedari tadi tidak membuatnya beranjak dari kursi belajarnya. Ia hanya ingin menyelesaikan tugasnya tanpa menundanya lagi.

Memang menyebalkan, baru satu minggu masuk sekolah sudah banyak tugas yang menumpuk dan lagi-lagi membuat isi kepala Alya ingin meledak.

Drrt..Drrt..

"Apaan? Gue sibuk," Alya berbicara asal.

"Lo kenapa, Al?"

"Gue lagi nugas, Ar, ah elah," Alya masih grusak grusuk mencari buku modul juga tab untuk mencari rumus soal fisika didepannya. Orang di seberang sana mengernyitkan dahi lantas menghela napas.

Memang benar Alya adalah seorang yang sangat ambisius dan perfeksionis. Ia akan melakukan apapun dengan sesempurna mungkin. Walaupun nanti hasilnya belum tentu sempurna tapi ia masih mengagungkan kata usaha dalam prinsip hidupnya.

ARYAN [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang