Flashback on
Di suatu sore terdapat dua remaja yang tengah berjalan dengan sebuah payung berwarna jingga di atasnya. Rintik hujan mulai turun di awal bulan Ferbuari itu. Mereka tampak serasi dengan ketampanan dan kecantikan antar keduanya. Usianya masih anak SMP, namun komitmennya sudah seperti manusia dewasa.
"Besok jangan lupa ke rumah aku."
Sang cowok mengangguk seraya menyunggingkan senyumnya. "Iya, aku nggak bakal lupa kok."
Pandangan mereka bertemu seakan menyiratkan sebuah perasaan yang luar biasa. Cinta monyet. Sebagian orang mengira jika masa SMP masih dalam kategori cinta monyet karena belum memaksimalkan penggunaan hati dalam berhubungan.
Cuaca yang sangat dingin mengharuskan mereka berhenti untuk sekedar meminum kopi dan menikmati langit sore.
"Harapan kamu kedepannya apa, Al?" tanya Revan.
Revan Deandra, laki-laki dengan perawakan sedikit gempal juga rambutnya yang tebal. Namun walaupun begitu, Alya sangat menyukai laki-laki itu lebih dari apapun.
Alya mendongakkan kepala layaknya orang yang sedang berpikir. "Aku mau hidup selamanya bareng kamu."
"Hmm, kalo impian kamu?" tanyanya lagi.
"Bukannya harapan sama impian sama, ya?"
Revan tersenyum. "Emang iya, ya?"
Alya mengangguk lalu senyumnya mengembang. "Kalo harapan Revan apa?"
"Mm, kalo aku cuma mau nanti bisa hidup sama orang yang tulus mau sama aku,"
Setelahnya Alya memeluk tubuh gempal berisi tersebut. "Kamu nggak malu punya suami gemuk kayak aku?" tanya Revan sambil terkekeh.
Dengan cepat Alya menggeleng. "Apapun itu kalo udah sama Revan aku pasti suka."
"Bisa aja." Revan yang gemas mencubit pelan hidung gadis itu.
Flashback off
##
Pagi menyapa dengan sinar mentari yang menghangatkan. Menggantikan tugas sang rembulan dan karena kewajibannya untuk memberikan cahaya bagi alam dan seisinya.
Tuhan Maha Kaya, apapun sudah Dia persiapkan jauh sebelum kita datang ke dunia ini. Malam yang panjang begitu cepat berlalu, begitu juga dengan siang yang sangatlah sebentar bagi mereka yang memiliki kesibukan.
Seorang gadis sedang bersiap untuk menunaikan kewajibannya sebagai pelajar untuk mencari ilmu. Walaupun ia tidak memiliki otak yang cukup mudah untuk menerima pelajaran, namun ia berusaha keras menjadi yang terbaik.
Perfeksionis, Alya memliki sifat tersebut, ia begitu totalitas dalam melakukan apapun. Ia sangat menjunjung kesempurnaan dalam hidupnya.
"Ma, Pa, Al berangkat dulu, ya," ucap Alya sambil mencium kedua tangan orang tuanya.
"Hati-hati, ya, Nak, maaf papa nggak bisa anterin kamu hari ini," ucap Farhan dengan rasa bersalah. Pasalnya semalam ia berjanji untuk mengantar Alya ke sekolah namun, karena ada panggilan pekerjaan yang mendadak akhirnya ia tidak bisa menepati janjinya itu.
Alya tersenyum. "Nggak apa-apa, Pa, lagian Alya udah dijemput kok."
"Siapa, Al?" tanya Liana yang mulai penasaran.
"Hmm, temen, Ma, biasa. Yaudah Al berangkat, ya?" ucap Alya dan melangkahkan kakinya keluar rumah.
Tepat ia keluar dari gerbang, seorang laki-laki dengan jaket coklat itu menghentikan motornya di hadapan Alya. Ia melepas helm dan menyugar rambutnya yang terlihat sedikit basah, mungkin karena keramas pagi yang membuat rambutnya masih setengah basah.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN [ Revisi ]
Teen Fiction"Hmm, gua punya info penting buat lu?" Alya yang tertarik menghentikan langkahnya dan menatap Aryan penuh tanya. "Apaan?" Aryan mendekatkan wajahnya ke arah Alya "Rasa sayang gua sama lu masih sama malah makin tambah" bisiknya. Alya melotot sedang...