44

160 34 44
                                    

Hari ini Malvorius besar sedang mengadakan makan bersama memperingati kembalinya Jordi dari rumah sakit dan berkumpulnya Malvorius dalam formasi lengkap, tidak termasuk Reno tentunya. Cowok itu telah tenang di alam sana.

Tempo hari memang sudah makan besar atas traktiran Vakra si sultan namun, sekarang Dion sang ketua yang menjadi atm berjalannya. Tidak tanggung-tanggung memang, demi kesejahteraan anggotanya Dion rela mengeluarkan sejumlah uang walaupun hanya untuk sekadar makan.

Dia termasuk orang yang memiliki kedermawanan tinggi, selagi ia rasa penting dan memang patut diberi ia tidak segan-segan membagikannya. Seperti Malvorius ini yang sudah menjadi bagian dari keluarganya.

"Gua berharap banget bisa kayak gini tiap hari," celetuk Zian dengan tangannya yang tidak berhenti menyuapkan nasi dengan ayam bakar itu.

"Yoi, bisa tenang banget hidup gua, haha," Vano menimpali.

"Lo berdua makan mulu, mending cari strategi baru buat hancurin tuh Glenster," ucap Alvin terlihat serius.

Semua menatap cowok yang tengah bersandar santai itu dengan tatapan bermacam-macam.

"Jangan cari gara-gara sama mereka, gua nggak bakal kasih ampun kalo kalian buat ulah," ucap Dion kemudian ekor matanya melirik ke arah Jordi.

Jordi mengangkat tangan rendah. "Gua udah berubah kali, Yon," ucapnya dengan kekehan pada akhir kalimat.

"Bang Jordi udah nyolong start aja, masa udah baku hantam sama si Gara. Gua kan pengen juga, pengen nonjok muka sok berkuasanya itu," ucap Vakra kelewat serius, dengan wajah yang menggebu tentunya.

"Gua nggak yakin kalo lo bisa, Kra,"

Vakra mendelik tidak terima. "Jangan gitu lah Bang, kasih tahu gua kelemahan si Gara dimana," desak Vakra yang sekarang sudah beralih duduk di samping cowok itu.

Entah mengapa Vakra seambisius itu untuk mengalahkan Gara_pentolan Glenster, padahal kemampuannya tidak terlalu memadai untuk itu. Sayangnya Vakra belum menyadarinya.

"Nggak ada, dia terlalu kuat buat kita." Semua orang menyimak, informasi sepenting ini tidak boleh dilewatkan.

"Gua hampir mati kalo Zian sama Ogim nggak dateng waktu itu," ungkapnya.

"Nyali lo gede juga ya, Bang, berani banget dateng ke markas Glenster sendirian, gila," ujar Vakra kagum.

"Sebenarnya gua ditawarin dua pilihan sama Gara,"

"Pilihan?" tanya Dion bingung.

Jordy mengangguk, "dia minta gua buat jadi mata-mata di sini, gila aja. Akhirnya gua milih duel sama dia daripada gua jadi pengkhianat di keluarga gua sendiri,"

Semua terpana dengan ucapan itu, ternyata diam-diam Glenster memang sudah lama menaruh penasaran pada Malvorius.

"Mata-mata?" Ogim bersuara.

Semua mata tertuju pada Ogim, si manusia genius tak tertolong itu.

"Gimana kalo kita main-main bentar, bakal seru nih." Lagi-lagi tidak ada yang mengerti jalan pikiran cowok berbadan proporsional itu. Semua orang menampakkan wajah bingungnya.

"Jangan cari gara-gara!" ucap Dion dengan tegas, ia bangkit dari duduknya dan melenggang pergi.

"Kan udah dibilangin tadi, si bos ngambek tuh,"

"Gua kan cuma berpendapat aja," cowok itu menyandarkan punggungnya.

"Tapi pendapat lo sangat membuat saya kepo, saudara Ogim," ucap Vakra alay.

ARYAN [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang