Alya mematut diri di depan cermin, hari ini ia akan menghadiri undangan dengan kolega bisnis orang tuanya, meskipun malas karena waktu liburnya yang tersita namun ia tetap mengiyakan permintaan orang tuanya tersebut.
"Alya," seorang wanita dengan setelan jas rapi itu memasuki kamarnya.
"Iya, Ma,"
"Aduh, anak mama cantik banget, sih," puji Liana.
"Hmm, biasa aja, Ma, mama juga cantik kok," ucapnya setelah mencium pipi kanan mamanya.
"Udah siap, kan, yuk kita turun,"
"Mm, nanti acaranya nggak lama, kan, Ma, soalnya Alya mau jengukin bundanya Aryan."
Liana mengangguk. "Enggak lama kok, bundanya Aryan sakit lagi?"
"Iya, Ma, Alya mau kesana, udah lama juga Alya nggak main ke rumah dia,"
"Iya sayang, kita jamin acaranya nggak bakal lama." Alya mengangguk dan mengikuti mamanya untuk turun dan segera berangkat.
##
"Kalian udah cukup akrab, ya?" tanya Farhan. Dion yang mendengar lantas melirik Alya melalui spion kecil di mobilnya, dan tepat sekali Alya juga melihat Dion dari tempatnya duduk."Hmm, lumayan, Pa," jawab Alya apa adanya, bagaimanapun ia harus segera menyadari kehadiran Dion sebagai kakaknya dan mulai menerimanya.
Liana tersenyum tangannya terulur menyentuh telapak tangan Alya. Kali ini posisi duduknya adalah Alya dan Liana di belakang sedangkan Farhan di depan dengan Dion di kursi kemudi.
"Mama yakin kalian bisa jadi saudara yang baik, kalian cuma butuh waktu aja." ucap Liana menatap kedua anaknya bergantian. Alya mengangguk sebagai jawaban sementara Dion masih dengan wajah datarnya.
Srettt...
"Ada apa, Yon?" tanya Farhan bingung karena mobilnya tiba-tiba berhenti. Alya dan Liana pun hampir terjungkal jika tidak seimbang tadinya.
"Ada kucing, Pa," ucap Dion.
"Hati-hati, Yon, nggak usah buru-buru," ingat Liana.
"Iya, Ma." Dion mulai menjalankan mobilnya dengan kecepatan rata-rata.
Alih-alih ada kucing, Dion memang baru saja tersadar dari pikiran yang melintas di otaknya. Cepat-cepat ia mengalihkan fokusnya pada mobil yang dikendarainya.
Sesampainya di tempat acara, Alya hanya berdiri mematung tanpa kegiatan apapun. Pandangannya menatap lalu lalang orang dengan pakaian formal di sekitarnya. Orang tuanya juga entah kemana, mungkin tengah berbincang dengan kolega bisnisnya.
Tanpa sengaja bahunya tersenggol oleh pelayan yang melewatinya, dan membuat gadis itu hampir terjungkal jika tangan kekar tidak menangkapnya.
"Kalo berdiri gabisa, mending duduk aja," ucapnya dingin dan Alya sangat mengenali suara tersebut.
Alya mendengus kesal lantas segera melepas diri dari Dion. "Gue juga nggak minta bantuan sama lo," ketus Alya.
"Ck, dasar cewek." ucapnya sambil berlalu.
Alya tidak habis pikir jika ia mempunyai kakak tiri iblis sepertinya, padahal ia tidak melakukan dosa besar selama hidupnya, namun mengapa Tuhan mengirim manusia aneh yang tiba-tiba hadir di bagian hidupnya.
"Sayang, kakak kamu mana?" tanya Liana yang tiba-tiba menghampirinya.
"Nggak tahu, Ma," Alya mengendikkan bahu, ia masih kesal dengan Dion.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN [ Revisi ]
Teen Fiction"Hmm, gua punya info penting buat lu?" Alya yang tertarik menghentikan langkahnya dan menatap Aryan penuh tanya. "Apaan?" Aryan mendekatkan wajahnya ke arah Alya "Rasa sayang gua sama lu masih sama malah makin tambah" bisiknya. Alya melotot sedang...