Flashback on
Di bawah pohon rindang dan hamparan taman hijau seorang cowok dengan tubuh sedikit gempal tengah asik berbincang dengan seorang gadis. Keduanya sudah menjalin hubungan yang lumayan lama. Memang masih dikatakan cinta monyet karena masa SMP adalah masa paling labil bagi semua orang.
"Nanti kalo kita udah besar, aku mau punya rumah yang besaaarrrr banget ," ujar cewek dengan rambut sebahu itu.
"Emang nanti nggak takut kalo kemalingan?" tanya Revan.
"Hmm, kan ada kamu. Kamu kan selalu jagain aku," ucapnya santai.
"Kamu juga bisa bela diri, kan, kenapa harus takut?" lanjutnya.
Cowok tersebut tersenyum tangannya terulur mengusap lembut puncak kepala gadis itu, lalu membawanya ke dalam dekapan hangatnya.
Masa SMP merupakan masa paling labil akan kebebasan, sama halnya dengan kedua remaja awal tersebut. Mengatasnamakan cinta dalam keadaan apapun. Bagi mereka hal tersebut sudah layak namun tidak bagi orang lain. Keduanya bisa disebut dengan pasangan ter bucin di sekolah itu. Tidak sedikit yang iri pada hubungan keduanya. Iri dalam tanda kutip keirian anak SMP sebayanya.
"Pengen es krim," celetuk Alya.
Revan tersenyum lalu menggenggam telapak tangan Alya erat. "Ayo, kita beli," ajaknya sambil menarik pergelangan tangan itu untuk menuju kedai es krim yang tidak jauh dari tempat mereka tadi.
"Revan!"
Cowok itu menoleh menatap Alya lekat. "Iya."
"Aku mau kasih tahu sama kamu."
"Apaan?"
"Sebenarnya Claudy suka sama kamu."
Revan mengendikkan bahu. "Terus?"
"Ya, tanggapan kamu gimana sama dia?"
Revan menghela napas. "Kenapa masih nanya sih, Al, aku udah punya kamu. Di hati aku nggak ada yang lain selain kamu. Kalo dia atau siapapun suka sama aku, itu semua salah mereka dan bukan tanggung jawab aku."
Alya mencebik. "Dulu kamu kan juga suka sama dia."
"Dulu sama sekarang udah beda, Al, apalagi urusan hati." Alya mengembangkan senyumnya setelah mendengar kalimat itu.
Flashback off
Alya mencoba memejamkan mata, namun terasa sulit. Sedari tadi ia hanya berguling-guling tidak jelas di atas kasurnya.
"Arrghh, siapa sih lo?"
"Lihat aja, kalo sampe gue ketemu sama lo. Bakal gue pites sampe mampus."
Alya terus mengoceh mengeluarkan isi hatinya, antara takut dan marah pada siapa yang telah berani mempermainkannya.
"Bisa gila gue, emang masih jaman ya trik teror-teror kayak gitu. Murahan banget, ck." Alya menjambak rambutnya frustasi. Ia tidak terima jika dirinya dipermainkan oleh seseorang. Sungguh ia tidak mau.
Dan Aryan tengah sibuk dengan laptopnya, sepulang kerja tadi ia masih berusaha untuk menemukan siapa pengirim surat singkat pada gadis itu.
Ia mencari detail ciri-ciri cowok yang Alya ceritakan tadi melalui salinan rekaman cctv sekolah yang berhasil ia dapatkan.
Tapi sialnya kamera cctv tersebut berada di belakang cowok dengan postur kurus itu. Ia hanya mampu melihat punggungnya yang sedang berbicara dengan Alya pagi hari tadi. Aryan menyimpulkan jika cowok itu bukan siswa dari sekolahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN [ Revisi ]
Teen Fiction"Hmm, gua punya info penting buat lu?" Alya yang tertarik menghentikan langkahnya dan menatap Aryan penuh tanya. "Apaan?" Aryan mendekatkan wajahnya ke arah Alya "Rasa sayang gua sama lu masih sama malah makin tambah" bisiknya. Alya melotot sedang...