23.

191 100 23
                                    

Sore menjelang malam itu Alya menyibukkan diri dengan beberapa buku catatan di depannya. Ia mengulangi lagi materi yang telah diperkirakan Aryan akan keluar dalam ujian besok.

Entah mengapa hatinya mulai terketuk untuk belajar dan mencoba untuk lebih mengedepankan sekolahnya. Mungkin inilah hasil dari kerja keras Aryan selama ini, memaksanya untuk keluar dari zona nyaman dan mencoba untuk lebih menekuni belajarnya. Benar sekali, cowok itu telah banyak merubah Alya menjadi lebih baik.

"Alya kemana, Yon?" tanya Liana karena tidak mendapati atensi anak gadisnya yang biasanya ikut makan malam bersama.

"Nggak tahu, Ma, di kamarnya mungkin," jawab Dion seraya mengendikkan bahunya.

"Mama lihat dulu, ya" Liana melangkahkan kakinya menuju kamar Alya yang memang tidak di kunci.

Liana membuka pintu tersebut dan mendapati anaknya sedang duduk di depan meja belajarnya dan tampak sibuk. "Alya..."

"Eh, iya, Ma."

"Kamu nggak makan malam dulu?" Liana yang penasaran lantas menghampiri dan melihat apa yang tengah Alya kerjakan.

"Kamu belajar?"

"Hehe, iya, Ma. Besok udah ujian, Alya nggak mau nilai Alya jelek."

Liana mengelus lembut surai anaknya. "Makan dulu gih, nanti dilanjut lagi," ucap Liana mengingatkan Alya, karena gadis itu yang memiliki riwayat penyakit maag ia sedikit khawatir tentang kesehatannya.

Alya akhirnya mengangguk dan mengikuti mamanya untuk makan malam. "Kamu besok ujian ya, Al?" tanya Farhan di tengah kegiatan makannya.

"Iya, Pa, doain semoga lancar ya, Ma, Pa," ucap Alya menatap keduanya penuh harap.

Keduanya kompak mengangguk menanggapi hal itu, lain halnya dengan Dion yang hanya mencebikkan bibirnya.

"Kamu kapan ujian Yon?" pertanyaan itu membuat Dion tertegun, bagaimana bisa ia mengetahui jadwal ujian sedangkan dia sendiri hanya sesekali masuk sekolah. Itupun hanya dia lakukan jika gabut dan tidak ada pekerjaan yang ia lakukan.

"Nggak tahu, Pa, belum ada pengumuman." jawabnya asal.

"Kamu harus rajin sekolah, Yon, Papa nggak mau kamu tinggal kelas dan berakhir pindah sekolah lagi," ucap Farhan mengungkap fakta anak laki-lakinya itu. Liana dan Alya yang sama-sama diam lantas menatap Dion tidak percaya. Baru malam ini terkuak fakta tentang seorang Dion yang pernah tinggal kelas.

"Lo serius nggak naik kelas?" bisik Alya yang tepat berada di samping cowok itu.

Dion menatap Alya intens. "Bukan urusan lo,"

Alya terkekeh sendiri mengetahui jika ada manusia yang otaknya masih dibawahnya dan ternyata adalah kakak tirinya sendiri, hal itu membuatnya semakin percaya diri atas kemampuan yang tidak berbeda jauh itu.

"Gila sih, gue kira gue sendiri yang bloon, ternyata masih ada manusia lain, kayak lo," bisiknya lagi dan jangan lupakan tawa gadis itu yang seketika membuat Dion jengkel.

Karena rasa kesalnya Dion menendang betis Alya sedikit keras hingga membuat gadis itu mengaduh.

"Lo gila, ya?" desis Alya sambil menatap Dion sengit.

Liana dan Farhan hanya diam sembari menikmati makanan mereka tanpa mengetahui jika salah satu anaknya menahan ngilu di tulang betisnya sekarang.

"Sorry, gue sengaja," setelahnya Dion melenggang pergi dan menyudahi acara makannya. Padahal masih tersisa setengah makanan di piringnya. Mungkin moodnya yang tiba-tiba buruk hingga membuat nafsu makannya mendadak hilang.

ARYAN [ Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang