Di sebuah tempat yang jauh dari keramaian kota, terdapat setidaknya belasan orang di dalam ruangan tersebut. Ruangan dengan ukuran tidak terlalu besar namun masih nyaman bagi mereka.
"Gue nggak setuju," ucap seseorang memecah keheningan yang ada. Beberapa pasang mata menatapnya dengan berbagai ekspresi.
"Kenapa?"
"Kita bukan manusia yang gampang di adu domba, kita cari tahu sebelum bertindak," ucapnya telak.
"Sialan, apa yang lo cari udah di depan mata, apa perlu gue bawa mayat Reno ke sini, hah!" teriaknya.
Semua menatap Jordy tidak percaya, ada raut keberingasan dalam wajah tegas tersebut. Rahangnya yang mengeras dan beberapa kali ia melakukan tinjuan pada apa saja yang ada didekatnya.
Bughh...
Satu pukulan mendarat pada pipi seorang cowok di sebelahnya hingga menarik perhatian semua orang.
"Shitt!"
"Jauh-jauh dari gue, kalo lo semua masih mau hidup."
"Arrgghh!"
Jordy, wakil ketua yang pantas mendapat predikat tertinggi dalam baku hantam apapun bentuknya. Hingga temannya sendiri sudah biasa menjadi samsak ketika ia dan emosinya berbaur.
"Gue temen lo, sialan." orang tersebut meraba pipinya dan khawatir kulit atau dagingnya yang terkoyak atau semacamnya.
Keadaan semakin menegangkan saat adu mulut itu terjadi. Dion yang bersandar di kursi kehormatannya mau tak mau beranjak dan mulai memisahkan dua orang tersebut.
"Berhenti lo!" ucap Dion menahan tangan Jordy yang sudah siap melayang lagi di depan wajah Vano. Jordy yang tidak terima langsung menghempas kasar tangan Dion.
"Gue mau balas dendam sekarang juga," Jordy kembali bersuara dengan suara beratnya.
Lagi-lagi cowok itu menjadi pusat perhatian. Semua pandangan menatap ke arahnya dengan tatapan yang bermacam-macam.
"Lo tenangin dia dulu, gue cabut bentar," ucap Dion menyentuh bahu Raka dan berlalu pergi dengan kunci motor di tangannya.
Sepeninggal Dion keluar markas, keadaan kembali senyap. Ada yang memainkan ponsel di tangannya, ada yang berbisik-bisik entah apa yang dibahas, ada juga yang menatap kosong dengan pandangan nanarnya.
Raka yang bingung harus melakukan apa hanya mampu diam sesekali menghela napasnya berat. Ia menatap Jordy yang sudah lebih tenang daripada sebelumnya.
Semua sedang menyibukkan diri dengan pikirannya masing-masing. Setelah kabar kematian Reno muncul di permukaan, semua anggota Malvorius ikut tersulut atas semua itu.
Geng MALVORIUS. Geng tertutup dan hanya diketahui oleh para anggota dan perkumpulan besarnya saja. Diketuai oleh Dion Cakrawala dengan 9 anggota inti. Namun karena kematian Reno beberapa hari lalu sekarang hanya menyisakan 8 anggota yang tersisa. Suasana berkabung belum kunjung usai namun Jordy sudah mengotot untuk membayar lunas dendamnya itu.
"Gue bersumpah atas kematian Reno, harus dibayar tuntas nyawa dengan nyawa." teriaknya tepat di atas makam Reno tempo hari.
Tidak ada yang mengira jika Reno secepat itu meninggalkan semuanya. Semua terlihat menyedihkan setelah mendengar kabar buruk itu. Terutama Jordy yang sangat terpukul kala itu, mengingat Reno adalah salah satu teman serta sahabat terdekatnya. Di mana pun mereka selalu bersama, jika ada Reno di situlah pasti ada Jordy. Begitu pula sebaliknya.
Keduanya memang dikenal sebagai sahabat dekat tanpa lupa solidaritas. Jordy dengan keberingasannya juga Reno dengan sifat angkuhnya. Mereka menyatu dengan naluri batin yang kuat. Namun Tuhan berkehendak lain, Dia telah memanggil lebih dulu teman tersayang Jordy itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN [ Revisi ]
Teen Fiction"Hmm, gua punya info penting buat lu?" Alya yang tertarik menghentikan langkahnya dan menatap Aryan penuh tanya. "Apaan?" Aryan mendekatkan wajahnya ke arah Alya "Rasa sayang gua sama lu masih sama malah makin tambah" bisiknya. Alya melotot sedang...