Sebenarnya Alya tidak terlalu bersemangat untuk berangkat ke sekolah, selain tentang 'dia' yang kembali ke dalam kehidupannya ia juga muak dengan agenda para guru yang mengharuskan siswa-siswinya untuk menambah waktu belajar, mengingat sebentar lagi ujian kenaikan kelas akan segera dimulai.
Ia menoleh menatap jam bekernya yang sudah menunjukkan pukul enam lebih. Dengan malas ia bersiap dan mulai mempersiapkan hati dan mentalnya untuk menghadapi semua yang mungkin akan terjadi.
"Bolos lo?" tanya Alya karena mendapati Dion tengah bersantai ria di sofa ruang keluarga.
Dion mengangguk sekilas. "Hm, kenapa?"
"Dasar pemalas."
Dion mencebik. "Ck, ngapain rajin-rajin sekolah, gue udah kaya. Buang-buang waktu aja," ujarnya santai.
Alya tercengang dengan ucapan kakaknya itu. Tidak menyangka jika ketidakpeduliannya terhadap ilmu begitu besar.
Dion menoleh menatap lawan bicaranya itu. "Eh, lo ngapain pake kacamata kek gitu. Udah kayak capung aja lo," ucapnya sambil tergelak.
"Bukan urusan lo," ketus Alya.
Tanpa mau memperpanjang acara debatnya ia segera melangkahkan kakinya keluar rumah dan segera berangkat ke sekolah.
Di tengah perjalanan ia mendapat pesan baru dari nomor asing itu lagi.
085xxx
Pagi, AlyaIa menghela napas jengah, sudah pasti pengirim pesan tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Revan.Ia merasa bingung ketika mengetahui jika cowok itu kembali di kehidupannya. Apa yang sebenarnya terjadi ia sama sekali tidak mengerti. Bayangannya melayang pada kejadian beberapa tahun lalu yang sempat membuatnya terpuruk.
Flashback On...
Siang itu aku merasa tidak nyaman dengan tubuhku. Suhu badanku terasa lebih panas dari biasanya, namun aku tidak terlalu memikirkan hal itu. Dan tanpa aku sadari aku sudah terlelap karena kelelahan setelah pulang sekolah.
Pukul empat sore aku terbangun dengan kepala pusing dan badanku yang menggigil hebat. Mama sudah disampingku dengan wajah cemasnya, setelah aku tersadar bahwa aku mengalami demam yang lumayan tinggi.
Dua jam kemudian aku masih pusing walaupun tidak separah tadi. Aku yang merasa haus mencoba berdiri dan melangkah ke dapur karena air minum diatas nakas itu sudah kosong.
Aku mencoba menyeimbangkan beban tubuhku karena bisa saja akan oleng jika tidak seimbang. Sebisa mungkin aku meraih knop pintu kamarku dan membukanya. Hingga kesadaranku sudah mulai terkumpul setelah meminum obat demam yang diberikan oleh mama tadi.
Pandanganku jatuh pada punggung mama yang sedang berdiri dengan ponsel menempel di telinganya. Samar - samar aku mendengar mama yang berbicara dengan orang diseberang sana.
"Revan kecelakaan?" tanya mama kepada orang di seberang sana. Suaranya setengah teriak hingga tertangkap oleh pendengaranku.
Seketika kedua mataku melotot kala mendengar itu. Aku merasa jika dunia ku hancur saat itu juga. Tertatih-tatih aku menuruni tangga dan mendekat ke arahnya. Entah benar atau tidak aku segera menghampiri mama yang menampakkan wajah terkejut sama halnya denganku.
"Al- Alya."
"Revan kenapa, Ma?" tanyaku takut air mataku juga sudah menggenang di pelupuk mata.
"Alya, kamu udah baikan? Kamu istirahat ya sayang-
"Ma, Revan kenapa?"
"..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ARYAN [ Revisi ]
Teen Fiction"Hmm, gua punya info penting buat lu?" Alya yang tertarik menghentikan langkahnya dan menatap Aryan penuh tanya. "Apaan?" Aryan mendekatkan wajahnya ke arah Alya "Rasa sayang gua sama lu masih sama malah makin tambah" bisiknya. Alya melotot sedang...