Spicy in A Job

729 38 10
                                    

Aku mau jadi laknat selaknat-laknatnya dulu malem ini. Coba sambil dengerin yang aku taroh diatas, pasti bakal lebih ah mantab wkwkwkwkwk

~ 🌚 ~

Sebagai pejabat tertinggi eksekutif di rumah sakit terkenal pusat kota, sudah tak heran lagi bila Joy tampak berdiri di depan, di sebuah panggung kecil dengan mimbar berlengkapkan mic, tempat Ia berbicara.

Tidak seperti di drama-drama yang dapat melayang di posisi atas dengan bantuan orang tua, Joy sungguh menguras seluruh keringat demi mencapai kesuksesannya kini; bukan hanya dengan waktu, namun juga skill nan sudah dikagumi oleh banyak manusia.

Tidak sedikit pula dokter-dokter dari rumah sakit terkenal di luar negeri yang sampai datang ke Korea hanya untuk mengikuti seminar yang acap kali diperebutkan kursinya.

Lantas saat ini, bersama sebuah layar dengan lebar kurang lebih 10 meter menampilkan materi tentang kerusakan pada tulang nan mengganggu arteri yang memunculkan sebuah pertanyaan dari si presentator.

"Jadi apa yang harus dilakukan pada cidera ini? Dokter Jung?"

Suara lembutnya menggema dari speaker sudut-sudut ke seluruh sisi ruangan; memanjakan kesadaran Jaehyun, si dokter ortopedi pemula, untuk berpikir keras supaya dapat memberikan jawaban terbaik pada sang pemimpin rumah sakit.

"Umm... Fraktur terlalu parah dan menyenggol—"

"Dokter Kim?"

Nyatanya, sikap Joy jika sudah menyangkut pasien akan berbanding terbalik dengan persona keseharian dimana Ia begitu ramah dan mudah didekati.

Jika telah menyinggung tentang medis, Joy akan berubah buas; menjadi seorang nan begitu tegas dan to the point sehingga ketika Ia mendapatkan jawaban nan berbelit-belit, Joy akan langsung beralih.

Perempuan bernetra tajam yang mengerti bila marga itu ditujukan padanya meski tidak hanya dirinya saja yang memilikinya, langsung mengangkat kepala; menyorotkan sudut mata kucingnya tepat ke arah Chief nan seolah tengah menantangnya.

Joy tahu bila Ia bisa mengandalkan Jennie, dokter kepala ortopedi, dilihat dari seluruh kemampuan yang perempuan itu kumpulkan selama berbelas-belas tahun. Senyum tipis yang lebih terkesan mengerikan daripada ramah pun tak lupa Joy lontarkan pada sosok yang sudah Ia anggap sebagai sahabatnya itu.

"Amputasi. Arteri terlalu rusak, tidak ada yang bisa diselamatkan."

Bisik-bisik terpana akan karisma Jennie yang dingin namun mengagumkan agaknya juga menular pada Joy jika dilihat dari bagaimana si pemimpin menunduk bersama anggukan pelan; isyarat samar bahwa dirinya pun puas memiliki Jennie di rumah sakit ini.

Tapi Joy suka sesuatu yang diluar akal. Ia lebih senang akan balasan nan dapat menimbulkan pertanyaan lebih jauh, sehingga mungkin saja eksplanasi singkat barusan tidak cukup kuat untuk mengenyangkan keserakahan Joy akan ilmu.

Satu-satunya nama yang sudah Joy tahan supaya tak disebutkan pun tetap pada akhirnya terpeleset keluar dari bibir tebalnya. Matanya nan mengarah ke satu titik pasti ti tengah kumpulan dokter sudah bisa pihak lain tebak; bahwa dia akan dipilih oleh Joy sebentar lagi.

"Dokter Bae. Bagaimana pendapatmu?"

"Maaf, Dokter Park. Tapi aku bukan dokter ortopedi."

JoyReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang