Gravel to Tempo [Joyrene ver.]

149 18 0
                                    

Hai, ini aku terinspirasi dari mv nya Hayley Kiyoko yang Gravel to Tempo ya guise. Mungkin biar tau mana yang aku bayangin sebagai joyrene, kalian bisa tonton mvnya dulu yg kutaruh diatas

.

Hayley Kiyoko  >> Joy

Cewek sweater biru/ cewek headphones  >> Irene

.

Sungguh sebuah rutinitas yang melelahkan, menurut Joy. Datang ke kampus, mengikuti kelas dari pagi hingga sore hari, mengerjakan tugas. Lesu jelas menjadi satu-satunya kondisi yang tersampaikan dari ekspresinya. Namun selalu ada satu hal yang membuatnya bertahan melakukan rutinitas tersebut.

Seorang perempuan rambut coklat gelap dengan sweater biru, Irene, yang tengah mengobrol dan tertawa bersama teman-teman populernya-lah yang berperan menjadi penyemangatnya. Joy bahkan tidak pernah mengobrol atau sekedar berbicara dengannya. Namun entah bagaimana caranya Joy dapat merasakan sebuah percikan antusiasme di dadanya kala menangkap keberadaan orang itu di sekitarnya. Terlebih sorot mata Irene kepada sesama wanita yang sedikit berbeda membuat Joy merasa cukup yakin bahwa Irene pun memiliki hal 'spesial' terhadap sesama kaumnya.

Ini tidak seperti Joy malu untuk memulai. Joy terkenal sebagai orang yang 'don't give a fuck' kepada siapapun yang tidak Ia kenal. Jadi dikomentari atau takut dipandang aneh oleh orang-orang karena mendekati sekelompok selebriti kampus bukanlah alasan keraguannya. Faktanya, Joy sekedar menikmati kesenangannya mengagumi perempuan itu secara diam-diam. Tetapi kini seiring Irene menjadi semakin populer terlebih di kalangan junior yang baru saja resmi menjadi mahasiswa, membuat Joy ingin maju satu langkah dari posisinya kini.

Maka dari itu, Ia dengan percaya diri berjalan menuju arah yang berlawanan dari Irene dan keempat temannya hanya untuk memblokir jalan mereka. Namun Joy tidak ingin langsung menunjukkan kesukaaannya terhadap Irene. Oleh karena itu, dengan bantuan musik yang selalu diputar cukup kencang di koridor kala belum waktunya memasuki kelas, Joy menari bebas di depan kelima perempuan nan merespon secara berbeda; tanpa peduli penghuni kampus lain nan juga memperhatikannya.

Tidak bohong, terdapat kepuasan yang membuncah di hatinya kala menyaksikan Irene memindainya dari kepala hingga kaki ditemani senyum miring seolah sedang mempertimbangkan keinginan dia untuk menarik tangan Joy dan menciumnya. Tapi yang jelas, terdapat rasa penasaran di mata berkilau perempuan berambut coklat tersebut.

Dan siang itu Joy melangkah pergi berpisah dari sekelompok selebritis dengan senyum miring menghiasi wajahnya. Ia tampak begitu girang dengan hasil keputusannya.

Joy hanya tidak memperkirakan bahwa di sore harinya Ia melakukan aksi nan sama persis dengan keputusan sebelumnya. Hanya saja perbedaan kali ini Ia menari di kantin kampus, yang mana lebih ramai dibandingkan koridor, dan di atas meja di hadapan para perempuan populer yang telah disebutkan.

Joy tidak peduli bila kursi dan meja tersebut merupakan tempat yang disoroti oleh mahasiswa lain oleh karena pengguna rutinnya, juga pada berpasang-pasang mata nan tengah memeriksa penampilannya sambil menghujat dalam bisikan.

Dan ketika koreonya selesai, Ia duduk tepat di depan Irene lantas menarik headphones yang melingkar di lehernya hingga jarak wajah mereka hanya sebatas udara kini. Sebuah bisikan sekaligus sorakan 'whoa' terdengar begitu jelas menelusup gendang telinga Joy kala Ia memajukan wajah hingga hidungnya dan milik Irene bergesekan. Joy tentu kembali dibahagiakan oleh senyum miring nakal dari pihak oposisi nan seolah-olah menantang Joy untuk melakukannya detik ini juga.

Namun alih-alih menuruti tantangan, Joy sekedar berucap, "Aku ingin mendekatimu." dengan nafas yang sengaja ditiupkan ke bibir Irene.

Hari ini sungguh menyenangkan.

– CREDIT SCENE –

Sebuah nafas yang tertatih-tatih dapat terdengar hingga beberapa meter jauhnya. Di tembok putih belakang gedung utama kampus, seorang perempuan bersweater biru tengah bersandar sambil menangkup wajah familiar di tangannya. Bibir mereka saling mencicip selama beberapa menit terakhir dan usapan halus dari si jangkung di kedua pinggangnya hanya membuat kupu-kupu semakin terasa di perutnya.

"Bagaimana? Sudah cukup dekat?" Bahkan di tengah nafas yang terengah-engah, Irene masih bisa menggoda Joy dengan senyum miringnya yang menurut Joy begitu sexy.

"Nope. I want more." Lantas dengan kalimat tersebut Irene hanya bisa memasrahkan segalanya pada pihak yang lebih tinggi; tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya diantara mereka.  

***

JoyReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang