All my inspiration of this story comes from... lagu Have Yourself A Merry Little Christmas by Wendy dan juga instrumennya. Aku coba ngepasin kayak kalo lagu ini pas slow bakal sampe sequence mana dan pas udah pick up the pace udah sampe mana, jadi coba begitu kalian mulai baca, sambil dengerin lagunya.
.
[SEQUENCE #1]
Seorang perempuan dalam kaus putih berbalut blazer hitam dilengkapi celana kain hitam duduk di kursi bundar bar dengan meggoyangkan gelas berisi whiskey di tangannya dengan pelan. Gelang emas putih yang mengukir nama 'Irene' terpasang di pergelangannya.
[Lantunan instrumen natal pelan dan tenang terputar di belakangnya]
[Cahaya remang, bar tidak terlalu ramai]
Seorang perempuan lain —Joy— nan mengenakan dress merah maroon berkilau, memamerkan pundak dan tulang selangka secara sempurna, melangkah secara perlahan dari lantai atas ke arah bar, kemudian duduk di sisi Irene, sela satu kursi.
Irene menoleh dan memperhatikan wajah Joy yang berkilau dibawah Cahaya kuning lampu bar, terlebih senyum tulus Joy saat menerima uluran gelas panjang berisi lemon squash. Terpana.
Joy merasa diperhatikan, lalu menoleh.
Irene meminta maaf karena melihat Joy seperti penguntit.
Joy terkekeh pelan disusul mengulurkan tangan. Irene menjabat tangannya kemudian ikut memperkenalkan diri.
Keduanya mengobrol dan tertawa sepanjang malam.
[SEQUENCE #2]
Irene lagi-lagi terduduk di kursi bar yang sama di hari berikutnya. Namun kali ini dia sesekali menoleh kebelakang seperti menunggu kedatangan seseorang.
Bel pintu bar berbunyi dengan Joy yang muncul dibalik pintu kaca yang perlahan kembali menutup.
Keduanya saling tersenyum dan kejadian sebelumnya terjadi lagi; keduanya mengobrol hingga larut, tak peduli dengan salju pertama di luar yang menghiasi hari menjelang natal.
[SEQUENCE #3]
Hal itu terus terulang.
Hari selanjutnya, dan selanjutnya, dan selanjutnya, dan selanjutnya...
Keduanya berakhir selalu bertemu di bar yang sama. Terkadang sama-sama meminum whiskey dalam jumlah yang aman, terkadang Joy memesan terlebih dahulu untuk menghindarkan Irene dari meminum whiskey.
[Sequence #4]
Irene menunggu [lagi].
Joy tidak datang sampai bahkan sampai tengah malam.
Irene berakhir meminum whiskey lebih dari biasanya dan memutuskan untuk pulang dengan terhuyung-huyung karena mabuk.
[Hari berikutnya]
Irene kembali datang ke bar, menunggu hingga malam, tetapi tidak mabuk dan kembali ke rumah tanpa senyuman.
[Hari berikutnya]
Irene terus datang ke bar setelah senja. Menunggu hingga tengah malam hanya untuk balik pulang tanpa ada perubahan.
[Hari berikutnya]
Irene mulai putus asa dan menyerah tetapi tidak berhenti datang ke bar. Dia berusaha mengurangi konsumsi whiskey dan memilih untuk memesan lemon squash karena itu yang diingatnya pertama kali tentang Joy.
[Sequence #5]
Joy terhenti di pintu bar ketika melihat punggung Irene yang sedikit lesu. Sosok yang sudah lebih dari 2 minggu sengaja tidak Ia temui.
Joy berjalan perlahan kemudian duduk di sisi Irene, memesan lemon squash. Seperti di awal dulu, Irene hanya memperhatikan wajahnya tanpa senyuman tapi juga dengan mata yang menampakkan kerinduan. Irene diam tanpa menanyakan apapun, hanya menatap Joy.
[Joy menghembuskan nafas] Joy menjelaskan bahwa Ia sengaja menghilang karena tiba-tiba hatinya merasa nyaman bersama Irene dengan cara yang berbeda dari pertemanan biasa.
Joy menjelaskan bahwa Ia pergi untuk menetapkan hatinya.
Irene tidak bertanya.
Joy tetap mengucapkan, Ia menyukai Irene sebagai seorang perempuan, bukan sebagai teman.
Keduanya terdiam. [lantunan instrumen piano pelan ala natal masih terputar di belakang]
[Suara derak kursi yang didorong]
[Lantunan semakin meredam]
Irene sudah berdiri, menangkup wajah Joy dengan bibir menyentuh milik Joy.
Irene mengucapkan "Merry Christmas" disusul "Aku sudah menyukaimu dari awal".
Joy balik menangkup wajah Irene dengan kedua tangan kemudian menciumnya perlahan tapi lebih dalam.
[Sequence #6]
Joy dan Irene bertemu di bar seperti biasa. Tapi kali diikuti dengan berjalan-jalan mengelilingi jalan bersalju di sekitar dengan tangan saling menggandeng erat.
Dan hari berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya, dan berikutnya...
[Sequence #7]
Irene duduk di salah satu kursi yang disandingkan dengan meja kotak di sebuah restoran mewah bernuansa natal. Pohon natal, kerlap kerlip hiasan natal, warna merah dan hijau ala natal.
Joy datang dengan senyum lebar, disambut Irene yang berdiri dari duduknya untuk menyambut ciuman Joy.
Irene menarik kursi untuk Joy, kemudian kembali ke kursinya sendiri.
Keduanya memesan makanan dan makan sambil mengobrol ria.
Irene merogoh saku celana kainnya.
Irene berlutut tiba-tiba, Joy terdiam membeku.
Irene menunjukkan cincin berlian di dalam sebuah kotak merah beludru kemudian menyampaikan seberapa beruntung dirinya bertemu Joy dan ingin hidup bersamanya sampai akhir.
Joy menutup mulut sambil mengangguk, mata berkaca-kaca.
Irene memasangkan cincin ke jari manis Joy dan Joy memerangkap wajah Irene untuk dicium tulus dan dalam.
[Sequence #8]
Irene terduduk di sofa, menoleh ke jendela lebar sisinya ketika salju tiba-tiba turun.
Kaki Joy terentang ke atas paha Irene, kepala Joy menyandar di bahu kecilnya. Irene mengusap punggung Joy pelan, penuh cinta. Joy tak berhenti menonton film natal di TV depannya.
Cincin terpasang di jari kedua perempuan tersebut, frame foto Irene dan Joy mengenakan gaun pernikahan terpasang di dinding atas TV.
Kaki Joy yang dibalut kaus kaki merah-hijau bergerak-gerak lucu karena kedinginan.
Irene mencium kening Joy dan berbisik "I love you forever".
Joy merapatkan diri di pelukan Irene lalu membalas dengan, "I love you more forever", mengundang Irene terkikik geli.
— THE END —
Aku tuniatnya mau bikin kayak movie script tapi this is the best I could do karenaaku nggak terlalu tau format dan settingnya gimana. Dan fontnya juga gabisa diubahkayak font movie script gtu, jadi yeaa... yaudahlah ya. Wkwkwk

KAMU SEDANG MEMBACA
JoyRene
Fiksi PenggemarOneshot collection of Joy X Irene ‼️The whole writing here is based on my own imagination plus some inspiration from another story. But I never even once plagiarized anyone's work. If there are any similarities, I sincerely apologize.