"THE" Girl Out There [Pt. 03]

328 20 2
                                    

Guess I just miss them both so much :')

~ ❤️💚 ~

Ada bertumpuk-tumpuk rasa terima kasih serta syukur yang diam-diam Irene rapalkan dalam batin karena telah diberi kesempatan oleh semesta untuk menjadi kekasih dari seorang Joy.

Irene pikir nama perempuan semampai itu memang dimaksudkan untuk lebih memancarkan auranya.

Semenjak resmi berpacaran dengan Joy, tidak ada hal lain yang Irene dapatkan selain pengaruh positif serta kegembiraan. Joy terus saja berhasil membuat Irene merasa seperti ratu akibat perlakukan-perlakuan spesial Joy.

Meski begitu, terkadang masih terdapat kekecewaan, juga keresahan sebab beberapa siswa yang tak kalah populer dari Joy memutar arah dari mendukungnya, jadi menghujat si jangkung di belakangnya.

Kalimat-kalimat seperti 'seleranya sudah jatuh karena terlalu lama sendiri', atau 'mungkin dia hanya menggunakan si kutu buku untuk bahan taruhan', atau bahkan yang satu tingkat lebih ekstrim seperti, 'Irene tidak pantas untuk wanita sesempurna Joy', sudah biasa Irene dan Joy dengar di sepanjang lorong kampus.

Hingga sedikit demi sedikit, orang-orang yang benar-benar adalah teman Joy mulai menampakkan diri untuk menyelamatkan Irene dari segala pikiran minusnya sendiri; sempat berpikir untuk meninggalkan Joy karena tidak ingin si jangkung terus menerima hujatan karena memacarinya.

Lantas beberapa minggu berlalu, sepasang sejoli pun telah mengalami banyak hal. Percekcokan pun juga beberapa kali terjadi seperti ketika Irene membiarkan teman baru yang juga merupakan teman dekat Joy di awal semester, Wendy, merangkulnya secara akrab.

Kadang juga diawali oleh tatapan tajam Joy pada Seulgi dan Irene sendiri sebab keduanya sibuk menertawakan video yang ditunjukkan si monolid, sementara Joy ditinggalkan terdiam tak mengerti apapun di kursi seberang Irene.

Bahkan ada satu waktu dimana adu mulut mereka bermula dari Joy yang menyaksikan Moonbyul menawarkan Irene untuk menjadi bagian dari panitia penyambutan mahasiswa baru; lebih tepatnya sebagai MC.

Dua hari dua malam Irene tidak menerima pesan ataupun kesempatan untuk mengobrol dengan Joy sebab si jangkung sibuk merajuk dan menghindarinya.

Mungkin beberapa orang yang melihat hal ini akan berpikir bahwa Joy sangat posesif dan mengganggu.

Well, Irene tak akan menyangkal pernyataan yang pertama, namun Ia tak pernah benar-benar merasa terganggu. Malah, Irene berpikir bahwa bibir mengerucut Joy telah menjadi hal favoritnya yang baru.

"Yap. Sekali lagi, kami mewakili segenap panitia, mengucapkan selamat pada kalian semua yang diterima di program studi ini. Kami......."

Dan satu hal yang akan selalu menempati posisi teratas di list hal-hal favoritnya dari diri Joy ialah tatapannya.

Seperti saat ini, dimana Irene sempat menangkap Joy terduduk di bangku barisan depan auditorium, tak ingin mengalihkan tatapan bangganya darinya.

Senyuman tipis Irene sampaikan pada sang kekasih sebelum matanya kembali terfokus di kamera jauh beberapa meter di depannya bertepatan dengan tangan nan mengangkat mic lebih dekat ke mulutnya.

"Thank you and good luck!"

Tepuk tangan para panitia yang duduk berjarak di bagian bangku penonton, memeriahkan suasana sepi kali ini akibat sistem online yang teraplikasikan di semua acara termasuk penyambutan mahasiswa baru.

"And.... Cut!!! Done!!! It's all done!!"

Sorakan kegembiraan yang berdasar atas keberhasilan melaksanakan serangkaian acara tanpa gangguan, seketika memenuhi auditorium luas yang hening.

Namun kala semua orang terpecah ke beberapa kelompok yang merupakan grup divisi mereka masing-masing, Irene tak bisa memikirkan hal lain selain meletakkan mic serta skrip lantas berjalan lurus menuju ke arah Joy yang sudah siap berdiri di depan panggung.

"Hai,"

"Congrats, kau berhasil."

Bersamaan dengan lengan panjang Joy nan secara santai menyelip di pinggang Irene, menarik si mungil agar berdiri rapat dengannya, Irene pun tak malu-malu berjinjit untuk mendaratkan kecupan singkat di pipi Joy.

Selama beberapa minggu terakhir, kesibukan mereka di dalam divisi yang berbeda membuat keduanya tak dapat menghabiskan banyak waktu berdua seperti sebelumnya; mejadikan kerinduan semakin menumpuk di dada.

Tapi nyatanya, bagi Irene semuanya terbayar dengan seluruh perhatian dan tatapan mata yang Joy sorotkan padanya sepanjang acara berlangsung.

"Aku merindukanmu, Joy"

"Aku selalu merindukanmu, Rene."

Dan ketika jarak wajah mereka hanya sebatas udara, mendadak—

"aWw... aKU jUgA mERinDuKAn kALiAn..."

Seulgi dan Wendy memang selalu tahu kapan waktu yang tepat untuk mengganggu.

~ 💚❤️ ~

JoyReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang