∆
Natal tahun ini sedikit berbeda bagi Irene daripada tahun-tahun sebelumnya.
Mengenal Joy lebih dari sepuluh bulan, Irene akhirnya menghembuskan nafas lega kala mendapati Joy mengangguk usai mendengar tawaran Irene untuk merayakan natal di rumah keluarganya.
Sempat Irene ditelan kecemasan selama beberapa waktu. Ekspresi terkejut yang dimata Irene lebih terlihat seperti sebuah ketegangan, mengundang pikiran Irene untuk melayang ke segala arah; terlalu khawatir bila pendekatan antara dirinya dengan Joy menjadi sia-sia hanya karena satu langkah yang bisa saja dianggap terlalu terburu-buru oleh pihak sebelah.
Namun Irene salah.
Nyatanya bukan sekedar anggukan yang Ia dapatkan, melainkan juga sebuah pengungkapan kebenaran. Mata Irene tentu langsung tertuju pada sensasi hangat yang membelai punggung tangan kanannya.
Tampak telapak besar Joy mengusap, lantas menyelinap hingga sukses menggenggam milik Irene secara sempurna diatas meja. Meski Irene sempat memindah-mindahkan sorot pandangan, Joy tetap bertahan. Baginya, terfokus pada mata elok Irene, merupakan salah satu hal favorit terbarunya.
"Kak Hyun." Panggil Joy lembut. Tak melewatkan kesempatannya untuk menyusulkan tangan lain demi menggenggam kedua tangan Irene; sama sekali tidak peduli dengan kepenuhan yang ada di meja bundar tengah-tengah mereka berdua.
"Hmm?"
Sesaat, hanya kesenyapan yang mengisi sela ruang disekitar mereka. Sekedar melalui tatapan dari masing-masing netra gelap yang berbinar, terpancar sinar kuning terang dari restoran tempat mereka lagi-lagi meluangkan hari bersama, keduanya telah paham bila mereka sudah saling memahami tanpa perlu kata-kata.
Kalimat lisan hanyalah sebuah deklarasi yang menyuarakan gejolak di hati sejak pertama bertemu. Perlahan-lahan, suara bising dari para pengunjung lain pun tenggelam, tertutupi atmosfer yang hanya bisa dirasakan oleh dua insan tersebut.
"Maukah kau menjadi kekasihku, Kak Joohyun?"
Irene sesungguhnya sudah menebak bila perasaannya mutual, bukan hanya satu arah. Tapi Ia juga tidak terlalu memikirkan kemana hubungan mereka akan tertuju kedepannya, mengingat Irene dan Joy sama-sama sudah terlalu nyaman hanya dengan menikmati presensi satu sama lain.
Menyisihkan sebagian besar waktu luang dengan saling menemani ditengah-tengah kesibukan perkuliahan tingkat magister, juga aktivitas-aktivitas dalam organisasi volunteering, mereka selalu menemukan diri mereka sendiri duduk berhadapan di akhir pekan.
Entah ketika musim panas datang hingga mereka terpaksa bertemu menggunakan pakaian tanpa lengan lalu duduk di cafe ber-AC disisi hutan, atau juga ketika mereka menikmati makan malam dalam sebuah restoran elegan usai berjalan-jalan ke banyak tempat, di tengah-tengah hujan salju ringan.
Namun, walau segala kemungkinan sudah disuguhkan di depan mata bahkan berminggu-minggu sebelum hari ini datang, Irene tetap tak dapat menahan wajahnya agar tetap terkontrol.
Senyum yang seketika meluntur, langsung digantikan oleh rahang yang menganga terbuka. Belum lagi mata sedikit membelalak yang tampak terkejut.
Mungkin lebih pada pengekspresian kelegaan daripada keterkejutan.
Disisi lain, Joy tetap diam. Sekitar tiga detik, salah satu alisnya terangkat; cukup heran mendapati fakta bahwa pengakuannya tetap mencengangkan Irene meski mereka berdua tau, inilah tujuan utama mereka saling menggali informasi sejak awal.
Dengusan geli juga akhirnya tak terhindarkan sebelum raut dikembalikan ke suasana romantis layaknya dua menit silam.
"Yeah! I mean, of course aku mau, Sooyoung–ah!"
![](https://img.wattpad.com/cover/248609034-288-k939964.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JoyRene
FanficOneshot collection of Joy X Irene ‼️The whole writing here is based on my own imagination plus some inspiration from another story. But I never even once plagiarized anyone's work. If there are any similarities, I sincerely apologize.