Red Velvet : WE ARE 5!!!

485 30 3
                                    

Sebenernya plot ini udh aku pikirin sejak sekitar 2 minggu lalu. Tapi gegara males ngetiknya aku jadi mundur. Tapi liat preview member RV mendadak aku jadi POWER UP lagii..
So, let's go straight to the story
Enjoyyy~

Diantara sekian banyak manusia yang menganggap 2020 adalah tahun paling menyedihkan, Joy mencantumkan namanya dalam kategori yang sama.

Segala pemikiran positif yang Ia sebarkan sesungguhnya Ia gunakan untuk menyangkal dirinya.

Menghibur diri sendiri.

Meyakinkan hati bahwa nanti akan ada secuil ketenangan ditengah segala keresahan.

Lalu ketika sendiri, Ia hanya memandangi langit - langit kamar.

Bertepatan dengan bunyi pintu depan tertutup disusul notasi kunci digital, suara Seulgi menyelinap, berintensi membunuh aura kesuraman dorm.

Meski secara harfiah ruangan pribadi Joy tampak lebih tak memiliki harapan tanpa ada sedikitpun cahaya, berbeda dengan ruang tengah nan terang benderang, namun hawanya sukses menembus papan kayu pembatas kamarnya.

"Oh? Joohyun–Eonni."

Bekunya hati masih ditambah nada canggung Yeri.

Selalu begitu.

Seberapapun Yeri dianggap sebagai pencerah suasana, pada akhirnya Ia menjadi satu sosok yang menyerah paling awal jika sudah mengajak topik perasaan ikut bergabung.

"Eonni, kau pulang di saat yang tepat. Aku dan Seulgi baru saja membeli tteokbokki."

Untukmu.

Joy tahu.

Wendy dan Seulgi tidak semata - mata memesan tteok karena membutuhkan pengisi perut.

Jelas sekali mereka berusaha keras dalam membawa pikiran Irene lepas dari media yang menggila diluaran.

Ini tidak seperti Joy meremehkan, hanya saja batinnya seperti dirobek saat orang - orang mulai melemparkan bom dari mulut mereka ke arah Irene.

Dan lebih perih lagi sebab Ia tahu Irene memilih mengalah daripada menentang.

Umpatan terus Joy luncurkan dibawah bisikan ketika dua hari silam sebuah gambar hitam total tiba - tiba menjadi satu rekam jejak terakhir di akun instagram sang leader, mengepalai deretan kalimat yang berpokok pada permintaan maaf.

Lantas kini semua member berlomba - lomba mengalihkan fokus dari kekejaman iblis berkedok manusia nan masih terus menghujani punggung Irene.

Terlalu kentara.

Mereka ingin berada di sisi Irene tanpa membuat wanita 30 tahun itu teringat pada masalahnya.

Karena nyatanya, kebencian mulai semakin menular.

Bukan hanya di pihak Irene, satu–persatu ikut mencicip pahitnya.

Tidak bermaksud membandingkan, namun jika dikalkulasi, mungkin aman untuk mengatakan bila yang lain menerima seperempat dari yang Irene dapat, sementara Joy sendiri hampir dijatuhi tiga perempat bagian.

JoyReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang