Ex(tra) In Love

372 33 9
                                    

Terdapat sedikit sengatan di perasaan yang mengejutkan dada Joy kala sepasang mata berkilaunya bertemu tatap dengan netra gelap lain seberang.

Perempuan mungil yang dulu merupakan miliknya kini telah dijejeri oleh sesosok lelaki tidak asing. Pinggang ramping yang dulu merupakan spot paling Joy gemari untuk meletakkan telapak besarnya disana, kini telah dirangkul posesif oleh sebuah tangan penuh otot.

Bukan hanya cubitan diatas hatinya, Joy juga mulai mendeteksi adanya kesedihan sekaligus kekecewaan, menyadari bila peluang untuk merebut Irene kembali sudah hampir mustahil sebab kriteria yang harus dipenuhi bukan lagi hanya berputar pada satu gender saja.

Pada dasarnya Irene memang tidak pernah menyuarakan secara eksplisit pada Joy ketika masih memiliki ikatan dengannya, bahwa dia adalah lesbian yang hanya menyukai para wanita saja.

Irene tak pernah memberi label pada dirinya sendiri dan Joy paling paham mengenai hal tersebut mengingat Irene memiliki pikiran yang amat sangat bebas dan terbuka.

Tidak terlalu suka aturan yang sepenuhnya mengekang kreativitas, menentang bentuk penindasan apapun yang berlindung dibawah titel 'arahan', dan bahkan berani mengekspresikan pandangannya yang unik meski tak memiliki satupun sosok yang menopang punggungnya.

Itulah yang Joy kenal dari sosok Irene. Sosok yang pernah —dan masih— Joy berikan cinta sampai detik ini meski Irene berpikir Joy berusaha melupakannya.

Mungkin memang semesta tidak pernah benar-benar memberikan ijin bagi dirinya untuk terus bersama Irene. Undian bus yang menjadikan dirinya dan Irene terpisah meski merupakan kawan satu kelas pun menjadi contoh yang entah ke-berapa ribunya.

Helaan nafas panjang yang terkesan berat menemani langkahnya ketika menapak di tangga bus. Beruntung Wendy mendapatkan nomor bus yang sama ketika mengambil satu dari ratusan gulungan kertas kecil dalam kotak beberapa menit lalu. Setidaknya Joy memiliki pendant kepositifannya; Wendy.

"Lagian kalian kenapa putus sih? Keliatan banget itu mata kalian masih sama-sama naruh harapan satu sama lain. She doesn't really put her feeling in Junmyeon's arms. Chill!" Komentar gadis blonde yang meraih medali emas dalam debat bahasa Inggris dua minggu silam selagi menata barangnya di rak bagasi atas seat bagian dalam yang sesungguhnya tidak ingin Wendy ambil.

Wendy lebih suka tempat duduk dekat jendela. Namun mendapati dengan mata kepala sendiri bila Joy langsung menyandarkan salah satu sisi dahinya di kaca ditemani ekspresi kepasrahan tak terhindarkan, Wendy mengalah.

Jelas sekali terdapat luka begitu dalam di wajah indah yang dipuja-puja itu. Seorang keras kepala yang telah memegang prinsip-prinsip sebagai pedoman hidup, lebih memilih menyakiti dirinya untuk menegakkan aturan tersebut daripada memanjakan diri sendiri dengan melebarkan batasnya.

"Ck, kamu udah tau kenapa, Wan. Don't ask."

"Yea.. yea... beda prinsip. Aku liat kalian baik-baik aja diawal waktu kalian nggak terlalu mikirin soal gimana cara pandang satu sama lain tentang sesuatu. Listen, dua orang yang total sama justru most likely won't work. Hubungan itu perlu balance. Yang positif sama yang negatif, yang suka ngatur dan yang enjoy diatur, juga yang hobi ambil first step sama yang seneng nunggu pihak lain maju duluan."

JoyReneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang