/1/
Sementara, jalan pulang dilukis dari kecewa dan prahara dalam dada. Sebatang rokok tersumpal lagi di mulutmu yang hilang kata-kata. Kaupikir kembali selalu bermakna baik, sampai kausadari semakin berkurang jarak kian pula kau tercekik./2/
Tidak ada tempat untuk benar-benar bisa pulang. Tubuhmu adalah petualang malang terjebak rayuan kota, yang menawarkanmu beberapa puisi jelita mengandung tuba: kautenggak tak bersisa dan berharap kaulupa pada siapa-siapa terlebih pada diri sendiri yang teramat kaucerca./3/
Sementara, pelukan seseorang tak lagi memintamu kembali. Percakapan-percakapan bukan lagi perihal menahanmu bertahan. Tangis tak bermakna luka, tawa ialah duka yang merupa. Menerimamu datang sejatinya menyuruhmu kembali menghilang./4/
Sebatang rokok lagi kausulut, berharap menampal kalut yang kian larut di malam yang meniraikan tangis-tangis. Kau, tak perlu berpura-pura lagi.Melibur, 24 Juni 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Malam-Malam Tanggal
PoetrySeketika aku semacam gigil dedaunan yang bergeletuk direngkuh embun, dan kau tangkai-tangkai waktu kering; terpanggang musim-musim hilang yang panjang.