Sebuah Rumah

64 6 5
                                    

Jangan menyemai syarah ke mukaku
perihal surga bersemayam di tapak kaki ibu
itu lancut!
sebuah paham tumbuh dan mengakar
di tanah merah dalam tubuhku: ibu tak butuh tapak kaki
surga melekap di paldu uzurnya tiada berpamrih
membentengiku dari debu dan sedu
dan atap berkarat berpahala merahap aku dari terik dan rintik.

Ibuku sebuah rumah, aku amat menyayanginya
suatu malam ibu mengisahkan aku semasa kanak-kanak
sebelum aku terbuai di ribaan lantai pelupuhnya yang sesekali berkertak
akulah si anak angkat terlahir dari rahim mendiang sebuah kardus
dan nyaris nahas didahar serangga rakus
syukurlah seseorang banal saban masa menyantap redik manusia bergelar
beradab dan berakal mengantarkanku ke pelukan ibu tanpa bual.

Ibuku sebuah rumah, merangkap sebagai ayah
acap kali manusia-manusia berakal itu ripuh menginsafkanku:
"Ibu dan bapakmu manusia, bukan sebuah benda!"
mereka mencoba menyukat segara netraku
lalu karam terlilit frustrasi mengindahkan akal sendiri.

Ibu dan bapak bukan manusia
bila iya, mustahil aku menyembul dari liang rahim mendiang kardus
atau kemanusiaan mereka tergerus?
hingga secanggih apa pun tendasku menerka-nerka sembari berdoa
bertamulah di kenap ingatanku sebuah rumah kumuh
beliau lebih manusia daripada manusia utuh.

Melibur, 06 Februari 2021

Sebelum Malam-Malam TanggalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang