Matanya masih menurunkan hujan di tengah-tengah musim kering yang belum puas meranggaskan pepohonan.
Ia berjalan tertatih-tatih; tungkainya terikat sehimpun kecewa, hatinya sedang menanak berdandang-dandang duka.
Ia ingin menjerit, memukul dan memorakporandakan sekelilingnya dengan gila.Seketika ia berharap menjelma batu di pinggir jalan itu; bergeming tanpa memikirkan apa-apa, apalagi perihal cara berbahagia dan menangkis duka. Sebab dengan begitu ia tak perlu mengerti sebuah makna: sia-sia.
Bencah Umbai, 23 Maret 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Sebelum Malam-Malam Tanggal
PoesiaSeketika aku semacam gigil dedaunan yang bergeletuk direngkuh embun, dan kau tangkai-tangkai waktu kering; terpanggang musim-musim hilang yang panjang.