🎵🎵First Love - Ardhito Pramono🎵🎵
Ohm terus mengikuti ke mana perginya Nanon dan suster itu. Sampai akhirnya kursi roda itu berhenti bergerak di taman yang luas dan hijau. Ohm pun mencari tempat persembunyian yang pas agar Nanon tidak dapat melihatnya. Ia akhirnya bersembunyi di balik tembok dan mengintip dari sana yang dilakukan Nanon dari jauh.
"Aduh nih susternya ngapain nunggu disitu sih. Kan gue mau nyamperin ga enak," ujar Ohm sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.
Otaknya terus berpikir untuk mencari cara bagaimana ia bisa menghalau perhatian suster itu, dan membawa Nanon pergi ke tempat sepi untuk berbicara empat mata dengan pria itu. Tapi Ohm tidak melihat celah sedikitpun. Haruskah ia meminta izin? Tidak itu ide yang buruk, Nanon pasti akan menolaknya. Ia harus membawa Nanon dengan paksa.
Tapi, keberuntungan sedang mengikuti Ohm hari ini. Seorang anak kecil tak sengaja terjatuh tepat di sebelah suster itu. Anak kecil itu menangis histeris, kakinya terluka dan mengeluarkan banyak darah. Entah di mana orang tuanya. Suster itu langsung menggendong anak itu untuk mendapatkan pertolongan.
"Yes, kesempatan nih." Ohm beranjak dari tempatnya dengan cepat menuju Nanon. Ia harus bergerak cepat dan tepat agar tidak ketahuan oleh suster tadi. Hatinya sudah menggebu-gebu tidak karuan, bercampur aduk antara panik, takut, dan senang.
Nanon yang sedang menikmati udara segar dan pemandangan asri di depannya, tersentak ketika kursi rodanya berjalan dengan sedikit cepat.
"Suster, saya bilang kan saya ingin sendiri dulu."
"Suster, mau bawa saya kemana? Kenapa cepat sekali," ujar Nanon panik. Kenapa susternya tak menjawabnya sama sekali. Ia pun menolehkan pandangannya untuk melihat apa yang terjadi di belakangnya. Dan ketika ia mengetahui kalau bukan susternya yang membawanya, ia makin kaget dan terdiam
"Ohm!!"
"Lo ngapain??!! Berhenti gak??!!" Nanon mencoba untuk menghentikan Ohm, tapi pria itu tetap mendorong kursi roda Nanon ke suatu tempat entah di mana.
"Nggak ah, lo tadi dah ngusir gue."
"Ohm??!!"
"Nanti kalau susternya nyariin gimana?"
"Ya udah sih, kan dia yang pusing." Ohm tetap kekeh pada rencananya dan tak peduli dengan omelan Nanon. Nanon pun tak bisa melakukan apapun. Pasalnya jika ia memaksa untuk berhenti, itu bisa melukai dirinya dan masalahnya akan kembali memanjang.
"Lo mau bawa gue kemana sih??!!" tanya Nanon sedikit berteriak agar Ohm dapat mendengarnya.
Tapi Ohm tak menjawab pertanyaan Nanon. Ia terlalu sibuk sekarang. Nanon hanya bisa pasrah dan mengikuti saja kemauan Ohm.
Sampai akhirnya, kursi roda tak bergerak lagi. Ohm menghentikan kursi roda Nanon di halaman rumah sakit yang cukup sepi. Ia memilih tempat ini agar ia bisa leluasa berbicara dari hati ke hati dengan Nanon.
Ohm pun kini tengah berada di sebelah Nanon. Menatap pemandangan di depannya yang merupakan tanah kosong. Tidak ada yang menarik, tapi tak ada juga yang kunjung berbicara.
"Pemandangannya bagus ya," ujar Ohm membuka pembicaraan mereka. Sebenarnya Ohm hanya asal bicara. Padahal di depan mereka pun tak ada hal menarik sedikitpun.
Nanon menatap geram Ohm dan langsung memukuli pria yang berdiri disebelahnya itu.
"Orang gila, masih bisa lo basa-basi kek gitu setelah buat gue jantungan kayak tadi. Gila lo ya." Dengan penuh emosi Nanon memukuli Ohm sampai-sampai Ohm tak bisa menghentikan Nanon karena dia begitu kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[OhmNanon]•FRIENDZONE
FanfictionNanon dan Ohm, persahabatan yang mereka bangun, harus runtuh ketika sebuah rasa bernama cinta hinggap dalam hubungan persahabatan mereka. Akankah mereka tetap menjadi sahabat? Saling mengutarakan perasaan mereka? Atau berpisah? Top Rank 🎖 #1 : thai...